Dark/Light Mode

Peringkat Daya Saing Indonesia Meroket

Senin, 3 Juni 2019 06:01 WIB
Ilustrasi daya saing. (Foto: Starberita)
Ilustrasi daya saing. (Foto: Starberita)

RM.id  Rakyat Merdeka - IMD World Competitiveness Yearbook (WCY) merilis penilaiannya tentang daya saing global tahun 2019. Hasilnya, peringkat Indonesia melesat. Kini bertengger di posisi 32 dari 63 negara.

Director IMD WCY Arturo Bris mengatakan, daya saing Indonesia mengalami kenaikan. Skornya cukup baik 73,59. Padahal tahun lalu ada di peringkat 42. Penilaian ini rutin dilakukan setiap tahun sejak 1989 dan menjadi rujukan global.

“Sebanyak 63 negara di evaluasi peringkat daya saingnya. Berdasarkan overall ranking dari empat faktor daya saing (competitive factors). Yaitu kinerja ekonomi (economic performance), efisiensi pemerintahan (government efficiency), efisiensi bisnis (Business Efficiency), dan Infrastruktur (infrastructure),” terangnya di Jakarta, kemarin.

Kata Arturo, empat faktor daya saing tersebut meliputi 143 kriteria dari hard data. Seperti data-data statistik dari sumber nasional dan internasional. Serta 92 kriteria dari riset data yang merupakan gabungan dari international panel of experts dan executive opinion survey. Penilaian hard data merepresentasikan 2 per 3 dari bobot skor akhir daya saing, dan riset data merepresentasikan 1 per 3 bobot skor akhir daya saing.

Baca juga : Peringkat Daya Saing Indonesia Melesat

Koordinator Riset IMD WCY sekaligus Direktur Konsultasi LM FEB UI Willem Makaliwe mengatakan, peningkatan daya saing yang dialami Indonesia sangat signifikan. Hal itu bisa dilihat dari tren sejak 2015. Peringkat daya saing Indonesia masih berada di atas 40.

“Peningkatan peringkat daya saing Indonesia ini adalah yang kedua paling signifikan setelah Arab Saudi yang juga naik 13 peringkat dari posisi 39 ke posisi 26. Sementara itu, perubahan peringkat negara-negara lain tidak terlalu signifikan,” kata Willem.

Jika dilihat secara kawasan, peringkat daya saing Indonesia di wilayah Asia Pasifik masih stagnan seperti tahun 2018. Yakni di posisi 11 dari 14 negara. Sementara jika dilihat di wilayah ASEAN, daya saing Indonesia masih di bawah Singapura peringkat 1, Malaysia peringkat 22, dan Thailand peringkat 25.

Willem mengatakan, hal menggemberikan datang dari negara-negara dengan populasi di atas 20 juta penduduk. Peringkat daya saing Indonesia naik tiga peringkat. Kini berada di urutan 14 dari 29 negara.

Baca juga : Bukber IFA, Muncul Curhat Nasib Pelatih Indonesia

Dalam keterbukaan informasi hasil riset IMD WYC 2019, Willem menuturkan, peningkatan ranking daya saing Indonesia merupakan capaian positif. Peningkatan kinerja mencakup pada tiga faktor daya saing. Yaitu kinerja ekonomi, efisiensi pemerintahan, dan efisiensi bisnis. Ketiga faktor ini menjadi pendorong naiknya peringkat daya saing Indonesia secara keseluruhan.

“Untuk economic performance, dalam beberapa tahun ke belakang perlahan tapi pasti terus mengalami peningkatan kinerja. Hingga pada tahun 2019, Indonesia mampu berada di posisi 25. Naik dua peringkat dari tahun sebelumnya,” kata Willem.

Peningkatan cukup tajam juga terjadi pada efisiensi pemerintah. Dari peringkat 36 menjadi peringkat 25. Sementara, pada efisiensi bisnis, peringkat Indonesia mengalami kenaikan pesat dari posisi 35 ke posisi 20 pada 2019. Pada aspek infrastruktur terjadi sedikit peningkatan, Indonesia masih berada di posisi 53.

“Hasil ini menunjukkan iklim ekonomi, bisnis dan pemerintahan di Indonesia mendorong perusahaan berkompetisi. Baik di level domestik maupun internasional. Namun, dampak pembangunan infrastruktur di Indonesia masih belum signifikan berpengaruh terhadap mendorong aktivitas ekonomi dan bisnis,” tutur Willem.

Baca juga : Ganti Rugi Kok Tak Sepadan

Hasil riset IMD WCY 2019 di Indonesia yang dilakukan LM FEB UI ini juga menunjukkan beberapa indikator yang cukup menonjol dari faktor daya saing. Di antaranya ekonomi domestik peringkat 7, kebijakan pajak peringkat 4, serta pasar tenaga kerja peringkat 3.

Menurut peneliti LM FEB UI Taufiq Nur, berbagai upaya perbaikan yang mengalami peningkatan di tahun 2019 ini di antaranya mencakup: suap dan korupsi, adaptabilitas krbijakan pemerintah, serta birokrasi.

Managing Director LM FEB UI Toto Pranoto menyebut terdapat lima tantangan yang masih dihadapi Indonesia tahun ini. Stagnannya pertumbuhan ekonomi dan ekspansi kredit, kurangnya penguatan industri dasar, inkonsistensi penerapan kebijakan dan penegakan hukum, perlunya peningkatan kompetensi dan keahlian SDM, serta perubahan struktur pemerintahan pasca Pemilu 2019. [MEN]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.