Dark/Light Mode

Bos Pupuk: Bahaya, Kalau Anak Muda Nggak Mau Terjun Ke Dunia Pertanian

Senin, 13 Desember 2021 10:45 WIB
Dirut PT Pupuk Indonesia Bakir Pasaman (tengah) saat ngobrol dalam program Muda Podcast-RM, bersama Ketua BUMN Muda yang juga Direktur PT Biofarma Soleh Ayubi dan Direktur Rakyat Merdeka Kiki Iswara. (Foto: BUMN Muda)
Biofarma, Soleh Ayubi (kiri) dan Direktur Rakyat Merdeka, Kiki Iswara (kanan).
Dirut PT Pupuk Indonesia Bakir Pasaman (tengah) saat ngobrol dalam program Muda Podcast-RM, bersama Ketua BUMN Muda yang juga Direktur PT Biofarma Soleh Ayubi dan Direktur Rakyat Merdeka Kiki Iswara. (Foto: BUMN Muda) Biofarma, Soleh Ayubi (kiri) dan Direktur Rakyat Merdeka, Kiki Iswara (kanan).

RM.id  Rakyat Merdeka - Direktur Utama PT Pupuk Indonesia Bakir Pasaman meminta agar profesi petani, tidak dianggap profesi orang-orang tua. 

Generasi muda harus diajak menyukai pertanian. Apalagi, pada tahun 2030 nanti, Indonesia bakal punya bonus demografi yang banyak anak mudanya.

"Bahaya, jika milenial banyak yang tidak tertarik terjun ke dunia pertanian. Selain akan membuat jumlah petani semakin sedikit, kondisi ini juga bisa berdampak pada ketahanan pangan, yang merupakan bagian dari ketahanan nasional atau national security,” jelas Bakir dalam acara Muda-Podcast RM.

Baca juga : Nicke: Sulit, Kalau Perempuan Nggak Punya Bekal Hidup

Bakir berpendapat, anak muda perlu di-challenge dengan platform digital, supaya tertarik dengan dunia pertanian dan pupuk. Apalagi, sekarang ini banyak bermunculan aplikasi terkait pertanian, perkebunan.

Misalnya, ada teknologi sensor kebutuhan unsur hara di perkebunan kelapa sawit, sehingga dapat diukur perkembangannya. Sensor itu juga dapat memberi informasi kebutuhan pupuk dan lainnya.

“Saya rasa kalau ada mainannya, dan kita bisa siapkan ini. Insya Allah petani-petani muda akan tertarik,” kata alumnus Teknik Kimia ITB.

Baca juga : Berwisata Ke Ende, Sandiaga Ajak Anak Muda Dalami Pancasila

Sebagai langkah konkret, Bakir menggandeng sejumlah pihak, termasuk perguruan tinggi untuk melakukan pengembangan teknologi di bidang pupuk. Semisal teknologi PreciPalm (Precision Agriculture Platform for Oil Palm).

Teknologi hasil kerja sama Pupuk Indonesia dengan Institut Pertanian Bogor (IPB) ini mampu menghitung kebutuhan nutrisi perkebunan kelapa sawit, hanya lewat foto satelit.

“Kita bisa mengambil foto klorofil dari sawit. Nah, kalau klorofil itu difoto, dilihat, dianalisis, itu bisa diketahui berapa kebutuhan pupuknya. Kebutuhan pupuk N (Nitrogen)-nya berapa, P (Phospor)-nya berapa K (Kalium)- nya berapa,” terang penggemar berat mie celor Palembang ini.

Baca juga : Jokowi: Maaf Saya Keras, Kapolda Yang Nggak Becus Kawal Investasi Harus Diganti

Selain itu, pengukuran unsur hara tanah dan deteksi kebutuhan pupuk juga bisa dilakukan secara digital.

“Saya rasa, kalau ada mainannya, dan kita bisa siapkan ini. Insya Allah petani-petani muda akan tertarik,” katanya. [OKT]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.