Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Moeldoko Bicara Menyusutnya Lahan Sawah

Kalau Ada Ibu-ibu Teriak Harga Mahal, Saya Jengkel

Jumat, 14 Desember 2018 12:05 WIB
Kepala Staf Kepresidenan, Moeldoko (tengah) dengan para pengurus Himpunan Kerukunan Tani Indonesia. (Foto: IG @dr_moeldoko)
Kepala Staf Kepresidenan, Moeldoko (tengah) dengan para pengurus Himpunan Kerukunan Tani Indonesia. (Foto: IG @dr_moeldoko)

RM.id  Rakyat Merdeka - Tantangan agro bisnis ke depan tidak enteng. Lahan pertanian di Tanah Air setiap tahun mengalami penyusutan. Tak hanya itu, kualitasnya pun menurun. Kondisi itu dipaparkan Kepala Staf Kepresidenan (KSP), Moeldoko saat mengisi seminar tentang Outlook 2019 Agrobisnis 4.0 di Jakarta, kemarin. Acara ini dihadiri ratusan pengusaha agro industri. Mereka yang hadir antara lain  Ketua Umum Gabungan Perusahaan Makanan Ternak Desianto B. Utomo, Direktur PT Indofood

Sukses Makmur Tbk Franciscus Welirang, dan Ketua Dewan Pakar HKTI (Himpunan Kerukunan Tani Indonesia) Agus Pakpahan.  Moeldoko menyebutkan, ada tiga persoalan utama dialami petani. Pertama, menurunnya lahan pertanian produktif.  "Tanah kita lahan bakunya menyempit, rata-rata (penyusutan) 0,2 sampai 0,3 juta hektare (ha). Selain itu, ada lahan yang rusak karena penggunaan pestisida luar biasa banyak,” ungkapnya.

Baca juga : Manjain Konsumen Saat Natal dan Tahun Baru, KAI Maksimalkan Layanan

Berdasarkan catatan Moeldoko, penyusutan  sekitar 120 ribu ha lahan pertanian di Indonesia menyusut setiap tahunnya. Oleh karena itu, pemerintah ingin mengatur pengelolaan lahan pertanian agar tidak terjadi alih fungsi. Menurutnya, untuk daerah-daerah yang subur dan sudah ditopang dengan irigasi yang baik, seharusnya dilarang saja alih fungsi. 

Berdasarkan survei terakhir yang dilakukan Badan Pusat Statistik (BPS), lahan sawah di Indonesia hanya tersisa 7,1 juta hektare. Angka ini menyusut 9 persen jika dibandingkan tahun 2013 yang masih ada sekitar 7,75 juta hektare. Penurunan lahan pertanian ini telah menekan produksi beras sehingga mempengaruhi harga komoditas itu.

Baca juga : Perusahaan Perakit iPhone Mau Bangun Pabrik Di Batam

Moeldoko mengaku jengkel mendengar banyak ibu rumah tangga yang berteriak harga pangan mahal.  “Kalau ada ibu-ibu teriak harga mahal, saya jengkel saya. Mbok ya ambil 2 sampai 3 pohon tanam di rumah," ajaknya.
Untuk menanam benih, lanjut Moeldoko,  tidak perlu membutuhkan lahan yang luas. Karena, bisa ditanam di halaman rumah dalam kantong plastik. “Jangan sukanya mengeluh  (harga mahal), tetapi tidak ada upaya keras untuk memenuhi kebutuhan pribadi," cetusnya. 
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.