Dark/Light Mode

Pengamat: Agar Harga Tetap Terjangkau, Ada Subsidi Besar Untuk BBM Dan LPG 3 Kg

Sabtu, 9 April 2022 22:47 WIB
Ilustrasi. (IST)
Ilustrasi. (IST)

 Sebelumnya 
Harga BBM RON 92 (Jenis BBM Umum) dihitung menggunakan formula biaya perolehan (bahan baku & pengolahan) + biaya distribusi + biaya penyimpanan + margin usaha + PPN + PBBKB.

“Berdasarkan formulasi tersebut harga keekonomian BBM RON 92 saat ini berada pada kisaran Rp 15.000 – Rp 17.000 per liter,” ujarnya.

Namun, Pertamina menetapkan harga jual BBM RON 92 atau Pertamax per 1 April 2022 sebesar Rp 12.500 setelah hampir tiga tahun lamanya tidak mengalami penyesuaian. Itu pun Pertamina harus nombok Rp 3.500 per liter.

Kenaikan tersebut dipengaruhi sejumlah faktor, terutama harga minyak mentah dunia dan kurs dollar AS terhadap mata uang rupiah serta daya beli masyarakat.

Padahal, beberapa pesaing Pertamina berkali-kali menaikkan harga, termasuk terakhir pada pertengahan pekan ini.

Baca juga : Pengamat: Minim, Dampak Kenaikan Harga Pertamax Terhadap Inflasi

Hingga akhir pekan ini, Pertamax adalah satu-satunya BBM RON 92 paling murah harganya. Sementara badan usaha lain kembali menaikkan harga BBM RON tersebut.

Vivo misalnya, menaikkan Revvo 92 (RON) 92 menjadi Rp 12.900 dan BP 92 (RON 92) yang dijual di SPBU BP-AKR Rp 12.990. Adapun V-Power (RON 92) Shell dijual Rp 16.500 per liter.

Sejak Pemerintahan Joko Widodo berkuasa pada Oktober 2014, harga BBM mengalami fluktuasi. Bahkan, dalam satu tahun kerap terjadi penyesuiana beberapa kali.

Khusus Pertamax, penurunan terdalam terjadi pada 15 Mei 2016 yaitu menjadi sebesar Rp 7.350 per liter dari harga sebelumnya 30 Maret 2016 yang ditetapkan Rp 7.550 per liter.

Sejak awal 2020 hingga akhir Maret 2022, Pertamina tak pernah menyesuaikan harga BBM nonsubsidi, termasuk Pertamax.

Baca juga : Pengamat: Nantinya, Harga Pertalite Kudu Disesuaikan, Nggak Bisa Subsidi Terus

Analis Komoditas yang juga Direktur Ekuator Swarna Investama Hans Kwee, mengatakan wajar bahwa harga BBM termasuk juga LPG, saat ini dalam tren naik karena kedua komoditas tersebut mengalami gangguan pasokan akibat geopolitik global.

Sebagian besar kenaikan akhir-akhir ini karena perang di Ukraina dimana negara anggota NATO mengurangi pembelian gas dan minyak Rusia dan mencari sumber lain.

“Hal ini mendorong kenaikan harga. Dibandingkan China dan India harga BBM di kita lebih murah, kendati beberapa negara lain seperti Malaysia jauh lebih murah. Di Malaysia murah karena disubsidi pemerintahnya,” ujarnya.

Hans mengapresiasi sikap Pemerintah dan Pertamina yang tidak menaikkan harga Biosolar, Pertalite, dan LPG 3 kg. Pasalnya, ketiga komoditas tersebut dikonsumsi masyarakat kelas menegah ke bawah. Dan, dipakai untuk transpostasi publik dan barang dan jasa.

“Bila tiga komponen ini naik, inflasi akan naik tinggi dan daya beli masyarakat kelas menegah ke bawah akan sangat terganggu,” ujarnya.

Baca juga : Sinergi Jaga Keamanan, Kapolri Harap Bankamda Bali Jadi Percontohan Daerah Lain

Terkait Pertamax yang dijual di bawha harga keekonomian, Hans menilai, BBM RON 92 tersebut tidak disubsidi. Harga keekonomian BBM tersebut lebih dari Rp 16 ribu per liter.

Pertamina terpaksa menjual rugi Pertamax di Rp 12.500 karena kawatir pengguna BBM nonsubsidi itu pindah (shifting) ke Pertalite bila dijual dengan harga keekonomian. [FAZ]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.