Dark/Light Mode

CSIS Optimis, Indonesia Bisa Lewati Krisis Di Tengah Situasi Ekonomi Global, Ini Syaratnya...

Jumat, 15 April 2022 16:15 WIB
Kepala Departemen Ekonomi Centre for Strategic and International Studies (CSIS) Fajar Hirawan (Foto: CSIS)
Kepala Departemen Ekonomi Centre for Strategic and International Studies (CSIS) Fajar Hirawan (Foto: CSIS)

RM.id  Rakyat Merdeka - Kepala Departemen Ekonomi Centre for Strategic and International Studies (CSIS) Fajar Hirawan angkat bicara soal tren kenaikan harga pangan hingga energi di Indonesia dan di banyak negara. 

Fajar menyebut, kenaikan harga pangan dalam di dalam negeri, sangat terkait dengan permasalahan produksi dan distribusi.

Di samping, terhambatnya perdagangan antara Indonesia dengan Ukraina dan Rusia, sebagai imbas konflik yang melibatkan kedua negara tersebut. 

Baca juga : Mau Diskon Tambah Daya Listrik Di Promo Lebaran Ceria, Ini Caranya

Terlebih, Ukraina dan Rusia merupakan produsen komoditi pertanian. Gandum, misalnya. Selama ini, Ukraina adalah pemasok gandum terbesar bagi Indonesia.

Sebaliknya, bagi Ukraina, Indonesia adalah negara tujuan ekspor gandum terbesar kedua di dunia setelah Mesir.

“Kenaikan harga gandum, cepat atau lambat akan berdampak pada konsumen di Indonesia. Ini salah satu dampak yang akan terasa, karena terjadi gangguan suplai pada komoditi gandum,” kata Fajar, saat menjadi pemateri pada Focus Group Discussion (FGD) bertema “Antisipasi Dampak Ekonomi Global Terhadap Perekonomian Indonesia”, di Jakarta.

Baca juga : BPKH Optimis Jemaah Haji Indonesia Bisa Berangkat Tahun Ini

Dalam menghadapi berbagai kenaikan harga bahan pangan akibat ketidakpastian ekonomi global, Fajar meminta pemerintah bergerak cepat, terutama dalam menjaga daya beli masyarakat.

Menurutnya, kebijakan pemerintah menyalurkan berbagai bantuan sosial yang bersifat tunai, sementara ini bisa membat kondisi ekonomi dan inflasi terjaga.

“Apa yang dilakukan pemerintah dengan menyalurkan bantuan berupa uang tunai, sudah tepat. Kebijakan ini bisa menjadi bantalan atau penyelamatan sementara, untuk menjaga daya beli masyarakat. Apalagi, kontribusi konsumsi masyarakat terhadap PDB cukup besar. Di atas 50 persen,” terangnya.

Baca juga : Indonesia Usulkan Jalan Tengah Tuntaskan Konflik Rusia-Ukraina

Fajar optimis, jika pemerintah bisa tetap menjaga daya beli masyarakat dengan memberikan bantuan sosial yang bersifat tunai, dan program-program yang bersifat jangka panjang, Indonesia bisa melewati krisis akibat ketidakpastian ekonomi global.

Bahkan, ekonomi Indonesia bisa tumbuh di kisaran 3,5 - 4 persen.

"Memang harapannya di atas itu ya. Tapi dengan kondisi ekonomi global seperti sekarang ini, bisa mencapai persentase 3,5 hingga 4 persen menurut saya sudah sangat bagus,” pungkasnya. [HES]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.