Dark/Light Mode

Tumpang Sari Kopi dan Jahe Menguntungkan

Minggu, 30 Juni 2019 11:38 WIB
Tanaman jahe yang ditumpang sari dengan kopi (Foto: Humas Kementan)
Tanaman jahe yang ditumpang sari dengan kopi (Foto: Humas Kementan)

RM.id  Rakyat Merdeka - Aceh Tengah dengan ibukotanya Takengon terkenal sebagai kawasan perkebunan dan hortikultura potensial. Wilayahnya sejuk dan merupakan sentra Kopi Gayo. Selain kopi, daerah ini prospektif untuk pengembangan jahe.

Masyarakat Gayo mengenal jahe dengan sebutan bing. Racikan secangkir kopi jahe khas Tanah Rencong tidak perlu diragukan lagi kenikmatan dan khasiatnya. Kedua tanaman ini akrab di kebun. Penanaman jahe di sela-sela pohon kopi memberikan keuntungan tambahan, tidak hanya kepada tanaman kopi, juga kepada petani kopi itu sendiri.

"Saya sudah bertahun-tahun melakukan penanaman jahe di sela-sela tanaman kopi. Sebenarnya bukan hanya jahe saja kami tanam, juga kunyit. Mungkin karena itulah Kopi Gayo yang kami tanam punya cita rasa yang khas dan unik sehingga menjadi kopi nomor satu di dunia," ujar Juli, salah seorang petani. 

Baca juga : Dibagikan Gratis, Koran IDN Times Resmi Mengudara

Pertanaman bersama jahe dan kopi ini tidak mengganggu produktivitas. "Memang tanaman jahe dan kopi tidak saling mengganggu bahkan tanaman jahe menggemburkan tanah di sekitar pertanaman kopi, jadi tak ada masalah," ujar, Kabid Hortikultura Dinas Pertanian Kabupaten Aceh Tengah, Thamrin. 

Salah satu tantangan yang dihadapi petani ketika menanam bersama kopi dengan jahe adalah pemasaran yang belum kontinyu dan masih terbatas untuk kebutuhan pasar lokal Takengon. 

"Pada 2018 lalu sudah ada toko atau pedagang pengumpul di daerah ini yang mematok harga jahe segar berkisar Rp 5 -6 ribu per kg di tingkat petani. Tahun ini tidak lagi berjalan karena kesulitan finansial," papar Kasi Pengembangan Hortikultura Dinas Pertanian Aceh, Dedi.

Baca juga : IMF: Perang Dagang Tidak Menguntungkan Siapa Pun

Tantangan yang kedua, lanjut Dedi, dikarenakan belum adanya hilirisasi produk turunan jahe di Takengon, misalnya jahe instan, kopi jahe instan dan lainnya sehingga jahe belum menjadi komoditas primadona di Aceh Tengah.

"Padahal jahe potensinya sangat luar biasa. Berdasarkan data BPS Kabupaten Aceh Tengah, pada 2018 luas kebun kopi rakyat 49.365 hektare, minimal 25 ribu hektare dapat ditanami jahe atau kunyit," tambah Dedi.

Direktur Sayuran dan Tanaman Obat, Kemennterian Pertanian (Kementan) Moh Ismail Wahab menyatakan bahwa ke depan pengembangan tanaman obat khususnya jahe harus terus dilakukan.

Baca juga : Modalnya Memang Gede, Tapi Tanam Bawang Putih Sangat Menguntungkan

"Tanaman obat dibutuhkan tidak hanya sebagai bumbu dapur dan minuman beraroma jahe, juga sebagai bahan baku untuk jamu dan fitofarmaka, serta komoditi ekspor. Apalagi, pemanfaatan obat tradisonal untuk peningkatan kesehatan masyarakat sedang digalakkan oleh pemerintah,” jelas Ismail. [KAL]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.