Dark/Light Mode

Jagung Pak, Bukan Jengkol Atau Petai

Minggu, 16 Juni 2019 07:18 WIB
Ngopi - Jagung Pak, Bukan Jengkol Atau Petai
Catatan :
SUGIHONO

RM.id  Rakyat Merdeka - Libur Lebaran usai. Para perantau yang mudik ke kampung halaman sudah kembali bergelut dengan kesibukannya di kota. Oleh-oleh yang dibawa dari kampung pun sudah habis dibagikan ke tetangga di negeri rantau. Itu juga yang dirasakan oleh saya setelah mudik ke kampung istri di Pasaman Sumatera Barat.

Tak banyak buah tangan yang kami bawa. Hanya kripik sanjai, kipang dan tentu saja dodol berbalut tikar pandan khas Pasaman. Tapi dari sederet oleh- oleh itu justru “oleh-oleh” pelajaran hidup dari kesederhanaan orang kampung yang paling berkesan buat saya.

Pelajaran bagaimana mereka menyiasati kesulitan hidup berbekal sumber daya alam karunia Allah. Malam itu selepas Isya saya asyik ngobrol ngalor-ngidul dengan ipar saya. Ramli namanya. Dia bicara soal anjloknya harga sawit jelang Lebaran tahun ini yang dirasakan sangat parah. Dia bilang, menjerit kita harga sawit sekarang cuma Rp 450-500 per kilogram.

Baca juga : Masuk Kerja, Basuki Salam-salaman Dengan Ribuan Pegawai PUPR

Saya yang mendengar pun sangat terkejut. Sebab Lebaran tahun lalu saat saya mudik, sawit saat itu masih Rp 800 per kilogram. Kini kebih terpuruk lagi. “Sekarang serba salah kita. Enggak dipanen busuk, dipanen kita cuma kebagian Rp 250 perkilogram. Karena Rp 200-nya untuk biaya me-langsir (ongkos angkut dari kebun ke truk),” kata Bang Ramli.

Memang, kata Bang Ramli, sudah empat tahun lebih harga sawit jatuh. Dulu saat sawit berjaya per kilogramnya bisa mencapai Rp 1.800- 2.000. Mendengar cerita Bang Ramli ini saya teringat solusi yang diberikan Presiden Jokowi. Dia menyarankan petani sawit mengganti dengan menanam jengkol atau petai.

Solusi Presiden itu saya tawarkan pada Bang Ramli. Lugas dia menimpalinya, “Ah sama saja itu (jengkol dan petai) harganya pun murah.” Dia bilang, Presiden itu orang kota mana tahu dia kondisi di sini. Kita tahu mana komoditas yang dapat cepat laku dan hasil penjualan cukup untuk memenuhi kebutuhan kita. Mendengar kata “cukup” saya terperanjat.

Baca juga : Jamur Merang Angkat Kesejahteraan Petani Karawang

Saya berpikir sebenarnya petani kecil itu hanya menginginkan hasil yang cukup, bukan berlebih. Sederhana bukan. Untuk menyiasati kondisi yang ada, belakangan Bang Ramli pelan-pelan mengganti sawit di kebunnya dengan menanam jagung.

Puluhan batang pohon sawitnya ditebang. Diganti dengan jagung. “Harga jagung di Pasaman lagi lumayan bagus,” katanya. Pokok muda batang sawit yang ditumbangkannya pun dimanfaatkan untuk sayur.

Kalau di Jawa ada rebung bambu muda. Di Sumatera pucuk sawit pokok mudanya diolah menjadi gulai yang nikmat sebagai teman nasi. Rasanya nyaris mirip dengan rebung. Gulai itu dibagikan ke saudara dan tetangganya.

Baca juga : BNI Kembangkan Platform Digital untuk Petani

Kembali ke perbincangan saya dengan Bang Ramli. Ketika sedang asyik ngobrol, ujug-ujug anak bontot Bang Ramli datang. “Ayah di rumah nggak ada lauk. Umak minta dicarikan ikan,” begitu dia berkata sambil memberikan seperangkat alat yakni; kacamata selam seadanya plus senapan rakitan yang diujungnya terhunus busur panah untuk berburu ikan. “Sebentar ya saya ke sungai dulu cari ikan,” pamit Bang Ramli.

Kurang dari setengah jam Bang Ramli kembali dengan membawa dua ikat ikan sungai beragam jenis untuk digoreng di rumahnya. Saya bergumam dalam hati. “Begitu sederhananya kehidupan Abang ipar saya itu. Terasa nikmat rasanya hidup bersama alam bergantung pada rahmat Allah yang luar biasa besarnya.”

Agak sulit rasanya kita yang berada di kota menemukan bukti dari pola hidup sederhana, nerimo bergantung sepenuhnya pada karunia Allah lewat alam raya. Ingat yang dibutuhkan orang daerah hanya cukup. Bukan berlebih. ***

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.