Dark/Light Mode

Bakir Siapkan Strategi Menuju Green Industry

Dekarbonisasi Topang Bisnis Pupuk Indonesia

Sabtu, 21 Mei 2022 07:30 WIB
Direktur Utama PT Pupuk Indonesia Bakir Pasaman (kiri) 
bersama Wakil Direktur Utama Pupuk Indonesia Nugroho Christijanto, begitu atraktif menjelaskan soal pupuk dari A-Z, saat berkunjung ke dapur redaksi Rakyat Merdeka, di Gedung Graha Pena, Jakarta, kemarin. (Foto: KHAIRIZAL ANWAR/RM).
Direktur Utama PT Pupuk Indonesia Bakir Pasaman (kiri) bersama Wakil Direktur Utama Pupuk Indonesia Nugroho Christijanto, begitu atraktif menjelaskan soal pupuk dari A-Z, saat berkunjung ke dapur redaksi Rakyat Merdeka, di Gedung Graha Pena, Jakarta, kemarin. (Foto: KHAIRIZAL ANWAR/RM).

 Sebelumnya 
Tambah Pabrik

Ditanya soal dampak perang antara Ukraina dengan Rusia, Bakir bilang hal tersebut mempengaruhi ketersediaan bahan baku pupuk. Mengingat, komposisi pada pupuk masih bergantung pada impor. Seperti unsur hara fosfor (P) dan kalium.

Saat ini kapasitas produksi yang dimiliki perseroan sebanyak 3,1 juta ton per tahun. Sementara, Kementerian Pertanian berharap Pupuk Indonesia bisa meningkatkan produksinya hingga 6 juta ton per tahun.

Baca juga : Sabet 3 Medali, Jerry Sambuaga Apresiasi Perjuangan Tim Boling Indonesia

“Kapasitas kami 3,1 juta ton, tapi rata-rata produksi 2,8 juta ton. Kami akan berusaha maksimum untuk NPK (Nitrogen, Fosfor dan Kalium). Makanya, kami harus mulai membangun pabrik untuk menambah kapasitas,” katanya.

Ia menyebutkan, penambahan kapasitas tengah dilakukan di pabrik Iskandar Muda berlokasi di Lhokseumawe, Aceh Utara.

“Kalau ini bisa selesai sesuai target, di Agustus nanti akan ada tambahan 500 ribu ton. Sambil bangun pabrik ini, kami tetap menyiapkan strategi lainnya untuk mendatangkan pupuk NPK. Termasuk dari impor,” akunya.

Baca juga : Gandeng JRB, BNI Salurkan Pinjaman Yen Ke Ichii Industries Indonesia

Selama ini, kebanyakan bahan baku diimpor dari Rusia dan Ukraina karena banyak pabrik pupuk di kedua negara tersebut.

Sayangnya, Ukraina dan Rusia terlibat perang sehingga terjadi kelangkaan suplai. Dan berujung pada kenaikan harga bahan baku pupuk yang melonjak hingga empat kali lipat.

“Dampak perang, tentu ada negatif, ada positif. Negatifnya, harga bahan baku naik, seperti fosfor dan kalium. Positifnya, harga internasional pupuk sekarang naik,” katanya.

Baca juga : Lawan India Di Final Piala Thomas, Ini Persiapan Tim Bulutangkis Putra Indonesia

Selama ini, Pupuk Indonesia memiliki traditional buyer seperti Jepang, Amerika, India, Pakistan, bahkan ke Afrika.

“Kalau jualan (ekspor) kami tetap ada. Terpenting, kebutuhan pupuk subsidi dalam negeri sudah terpenuhi semuanya,” imbuhnya. ■

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.