Dark/Light Mode

Pertemuan Kepala Negara Champions GCRG Awali Babak Baru Pemulihan Krisis Pangan, Energi, Dan Pemulihan Global

Sabtu, 21 Mei 2022 16:18 WIB
Sekretaris Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, 
Susiwijono Moegiarso (Foto: Humas Ekon)
Sekretaris Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Susiwijono Moegiarso (Foto: Humas Ekon)

RM.id  Rakyat Merdeka - Mewakili Presiden Jokowi, Sekretaris Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Susiwijono Moegiarso, selaku Sherpa GCRG (Global Crisis Response Group) menghadiri pertemuan pertama tingkat Kepala Negara/ Kepala Pemerintahan dari Pertemuan Pertama Champions Group of the GCRG on Food, Energy, and Finance secara virtual pada Jumat (20/5).

Pertemuan dipimpin oleh Sekretaris Jenderal PBB António Guterres, dan dihadiri oleh para Champions GCRG. Antara lain Kanselir Federal Jerman Olaf Scholz, Perdana Menteri Bangladesh Sheikh Hasina, Perdana Menteri Barbados Mia Amor Mottley, Presiden Senegal Macky Sall, dan Sekretaris Jenderal United Nation Conference on Trade and Development (UNCTAD) Rebeca Grynspan.

Presiden Indonesia dan Perdana Menteri Denmark diwakili oleh masing-masing Sherpa GCRG.

Dalam forum Champions Group of the GCRG, para Kepala Negara/ Kepala Pemerintahan tersebut membahas rekomendasi solusi untuk mengatasi tantangan besar yang saling terkait dalam mewujudkan ketahanan pangan, energi, dan keuangan global, akibat konflik Rusia-Ukraina.

Sekretaris Jenderal PBB António Guterres menekankan kompleksitas situasi yang dihadapi saat ini, terkait kondisi pangan, energi dan keuangan dunia.

“Progres telah dilakukan untuk mengatasi krisis pangan, dengan prioritas mengembalikan ekspor bahan pangan dari Ukraina dan Rusia dalam waktu dekat. Berbagai kemungkinan juga telah dikaji untuk solusi atas krisis keuangan. PBB juga memerlukan masukan dan dukungan dari negara-negara dunia, untuk mengatasi krisis energi," kata Sekjen PBB Guterres.

Dalam pertemuan ini, Kanselir Jerman, Olaf Scholz menyampaikan tiga pandangan utama.

Baca juga : Kementan Tawarkan Solusi Perdagangan Pertanian Global

Pertama, Jerman telah mengambil peran sebagai salah satu negara donor terbesar di dunia, dengan mengalokasikan 430 juta euro untuk mengatasi kebutuhan mendesak dari krisis pangan.

Selain itu, Jerman juga akan menginvestasikan miliaran euro dalam kegiatan terkait ketahanan pangan, kerja sama pembangunan, dan bantuan kemanusiaan.

Kedua, pada area food security, bersama dengan World Bank, Jerman telah mengusulkan Global Alliance for Food Security untuk meningkatkan ketahanan pangan global.

Usulan tersebut telah disepakati oleh anggota G7 lainnya pada G7 Agriculture Minister Meeting.

Ketiga, Jerman menyayangkan adanya disinformasi terkait efek sanksi ekonomi.

Rusia mengklaim, penerapan sanksi merupakan penyebab kenaikan harga dan kekurangan pangan. Sementara faktanya, saat ini 25 Juta ton gandum Ukraina tidak dapat diekspor, karena blokade Rusia terhadap pelabuhan Laut Hitam.

Kanselir Jerman juga menyerukan penghentian perang.

Baca juga : Lagi, IPDN Kumpulin Kepala Daerah Bahas Kiat-Kiat Pemulihan Ekonomi Di Masa Pandemi

“Sanksi yang ada selama ini adalah sebagai reaksi atas pelanggaran terang-terangan Rusia terhadap Piagam PBB. Sanksi tidak menargetkan komoditas pangan, termasuk ekspor gandum Rusia. Tidak ada sanksi terhadap upaya kemanusiaan. Perang harus segera dihentikan," tegas Kanselir Olaf Scholz.

Sementara Perdana Menteri Bangladesh, Sheikh Hasina menegaskan dukungan negaranya untuk penghentian perang. Serta sanksi yang berdampak pada berbagai aspek di banyak negara di dunia.

Untuk merespon kondisi saat ini, PM Hasina menyerukan agar solidaritas global dan lembaga pembiayaan internasional diperkuat.

Dukungan yang tepat sasaran perlu diberikan kepada negara yang rentan. Termasuk akses pasar, rantai pasok, logistik global dan akses pembiayaan.

Selain itu, juga diperlukan dukungan teknologi dan penelitian untuk sektor pertanian.

Perdana Menteri Barbados, Mia Mottley, menyoroti dampak luar biasa berat yang dialami kelompok Small State Island Countries, akibat perang Rusia-Ukraina.

Misalnya, kenaikan harga-harga komoditas dan gangguan rantai suplai.

Baca juga : Pertahankan WTP, Kemenpora Ikat Komitmen ASN Lewat Penandatanganan Perjanjian Kinerja

Ditambah lagi, negara-negara ini juga sulit mengakses fasilitas pinjaman dari lembaga-lembaga keuangan. Seperti DSSI dan the Common Framework.

“Barbados mengundang kontribusi aktif dan kepemimpinan politik dari G7 dan G20, untuk membantu penyelesaian permasalahan terutama dari sisi keuangan. Mengingat sebagian besar negara dalam kelompok ini memiliki tingkat hutang yang tinggi," tegas Mia Mottley.

Dalam merespon beberapa pernyataan Champions GCRG, Sekretaris Jenderal UNCTAD Rebeca Grynspan menyambut baik pertukaran informasi yang dilakuka  para Champions. Dia berharap dapat menyuarakan aspirasi setiap negara yang terdampak krisis.

“Kerja sama yang baik diharapkan dapat terjalin dalam mengatasi krisis ini”, ujar Sekjen UNCTAD Grynspan.

Sekretaris Jenderal PBB menutup pertemuan dengan menyampaikan apresiasi kepada seluruh Champions GCRG.

“Presiden Senegal telah mewakili suara Afrika, dan dapat mempengaruhi keputusan penting yang akan diambil oleh berbagai lembaga. Terutama, lembaga multilateral yang akan memutuskan kebijakan finansial. Kita berharap akan ada sebanyak mungkin pengaruh positif dari forum ini, G7, G20 dan semua aktor kunci lainnya," pungkas Sekjen PBB.

Usai pertemuan ini, Sekjen PBB akan melakukan pembicaraan khusus dengan Presiden Jokowi pada Senin (23/5) dan dengan Perdana Menteri Denmark Mette Frederiksen, sehari setelahnya. ■

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.