Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Agar Rumusan Kebijakan Tepat

Pakar Serukan Pentingnya Penelitian Tembakau Alternatif

Jumat, 24 Juni 2022 10:56 WIB
Foto: Ist.
Foto: Ist.

RM.id  Rakyat Merdeka - Pengurangan dampak buruk tembakau adalah intervensi yang kian populer untuk berhenti merokok. Hal ini tercermin dari tren pemakaian produk tembakau alternatif seperti vape, tembakau yang dipanaskan (HTP), dan snus yang semakin meningkat dan menarik perhatian pemerintah di berbagai belahan dunia.

Tercatat, dari laporan Global Tobacco Harm Reduction 2021, jumlah vapers global yang semula 68 juta pada 2020 meningkat jadi 82 juta pengguna di 2021.

Dengan potensi yang besar, informasi yang akurat bagi regulasi tembakau alternatif sangat dibutuhkan untuk mendukung industri yang tengah berkembang.

Belakangan, muncul perdebatan mengenai efisiensi rasa likuid (flavour) dalam menurunkan angka prevalensi merokok. Pakar toksikologi dari Universitas Graz Profesor Bernd Mayer menyampaikan bahwa berbagai regulasi yang melarang varian rasa vape untuk dijual di publik berawal dari ketidaktahuan publik mengenai kandungan dari varian rasa vape itu sendiri.

Baca juga : RS Afghanistan Ada Yang Hanya Punya 5 Tempat Tidur

Bernd mengklarifikasi bahwa varian rasa tidak menargetkan anak-anak, melainkan menjadi pilihan pengguna vape dewasa, seperti ia sendiri.

“Saya telah melakukan analisis di laboratorium yang bersertifikasi. Hasilnya menyatakan bahwa rasa tembakau adalah yang paling kompleks karena mengandung sebanyak 60–70 senyawa individu. Sementara senyawa yang terkandung pada rasa vape lain pada umumnya hanya sebanyak 10 senyawa individu," beber Bernd.

Di sisi lain, pakar kesehatan mancanegara Dr Alex Wodak mengatakan, produk alternatif yang terdiri dari vape, tembakau yang dipanaskan (HTP), snus, dan kantong nikotin sebagai sebuah inovasi disruptif yang dapat mengurangi dampak buruk kesehatan.

Melansir dari artikel inovasitembakau.com, ketua dari Australian Tobacco Harm Reduction Alliance (ATHRA) ini menyampaikan, bahwa selain resah dengan misinformasi yang beredar, mempublikasi jurnal kesehatan terkait produk tembakau alternatif menjadi tantangan besar di Australia.

Baca juga : Gus Halim Tekankan Pentingnya Peran BUMN Dan Swasta Untuk Pembangunan Desa Berkelanjutan

Senada dengan pendapat dalam negeri, Ketua Umum Asosiasi Personal Vaporizer Indonesia (APVI) Aryo Andrianto menilai fenomena penggunaan produk tembakau alternatif seperti vape, kian populer karena masyarakat semakin mendapatkan ilmu tentang kelebihan rendah risiko kesehatan yang ada.

Industri vape di tanah air juga memiliki prospek dan kontribusi terhadap penciptaan lapangan kerja.

“Saat ini industri vape mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 80-100 ribu tenaga kerja. Kami meyakini vape akan terus berkembang selama 10 tahun ke depan, inovasi-inovasi akan terus berjalan dan pelaku usaha pun akan bertumbuh,” kata Aryo, Jumat (24/6). 

Sementara Ketua Asosiasi Vapers Indonesia (AVI) Johan Sumantri menyatakan, industri yang berkembang ini membutuhkan penelitian yang lebih banyak untuk mendukung pemahaman publik serta formulasi kebijakan yang lebih akurat.

Baca juga : Optimasi Lahan Kering Tingkatkan Indeks Pertanaman Dan Produktivitas Pertanian Garut

Johan berharap untuk menyamakan komitmen komunitas, industri, dan pemerintah dari sisi sistem dan regulasi. Ia menyebut, sinkronisasi misi menjadi awalan yang penting dalam mencapai tujuan bersama.

Kolaborasi dan kerja sama antara pemerintah, pelaku usaha, konsumen, akademisi dan juga organisasi masyarakat dalam sinkronisasi menjadi penting untuk penyusunan kebijakan yang tepat dan berbasis bukti ilmiah.

"Hal ini guna mendukung perokok dewasa yang sulit berhenti merokok untuk beralih ke produk tembakau alternatif yang lebih rendah risiko," tutup Johan. ■

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.