Dark/Light Mode

Pertalite Cs Bukan Harga Sebenarnya

Jokowi: Inflasi Kita Masih Didukung Oleh Antengnya Harga BBM

Kamis, 18 Agustus 2022 13:16 WIB
Pertalite Cs Bukan Harga Sebenarnya Jokowi: Inflasi Kita Masih Didukung Oleh Antengnya Harga BBM

RM.id  Rakyat Merdeka - Presiden Jokowi mengingatkan masyarakat, agar tidak terlena oleh tingkat inflasi, yang saat ini  berada di angka 4,94 persen. Relatif rendah dibanding negara lain, yang rata-rata di atas dua digit.

Jokowi mengatakan, angka inflasi tersebut masih didukung oleh tidak naiknya harga BBM, karena subsidi yang digelontorkan pemerintah.

“Pertalite, Pertamax, Solar, LPG, listrik itu bukan harga yang sebenarnya. Bukan harga keekonomian. Itu harga yang disubsidi oleh pemerintah. Hitung-hitungan kita di tahun ini, subsidinya Rp 502 triliun,” beber Jokowi.

Presiden juga menekankan jajarannya  untuk tidak bekerja secara rutinitas. Karena keadaan saat ini, tidak pada kondisi normal. Mereka diminta bekerja dengan melihat suatu masalah secara mikro. Tak hanya makro.

Baca juga : Perempuan Berkebaya Indonesia Dukung Pendaftaran Kebaya Ke Unesco

“Saya meyakini, kalau provinsi, kabupaten, kota, gubernur, bupati, wali kota; TPID-TPID, TPIP semuanya bekerja, kita bisa mengembalikan inflasi, hingga ke angka di bawah 3 persen. Wong kita barangnya juga ada kok,” tandas Jokowi.

Sebelumnya, Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menyampaikan, inflasi pada bulan Juli 2022 mencapai 4,94 persen.

“Masih lebih rendah dari negara lain, tapi melebihi batas atas sasaran 3 persen plus minus 1 persen,” ujar Perry.

Perry menjelaskan, inflasi ini terutama disebabkan oleh tingginya inflasi kelompok pangan bergejolak, yang mencapai 11,47 persen. Mestinya, ini tak lebih dari lima persen. Maksimal enam persen.

Baca juga : Sebanyak 20 RT Di Ibu Kota Masih Terendam Banjir

“Tekanan bersumber terutama dari kenaikan harga komoditas global, akibat berlanjutnya ketegangan geopolitik di sejumlah negara, yang mengganggu mata rantai pasokan global. Ini mendorong sejumlah negara melakukan kebijakan proteksionisme pangan,” ujar Perry.

Di dalam negeri, gangguan pasokan di sejumlah sentra-sentra produksi hortikultura. Termasuk, aneka cabe dan bawang merah akibat permasalahan struktural di sektor pertanian, cuaca, serta ketersediaan antarwaktu dan antardaerah.

Kenaikan harga energi global, juga telah mendorong kenaikan inflasi kelompok barang yang diatur pemerintah (administered prices), termasuk angkutan udara.

Perry memaparkan, tekanan dapat tertahan, sejalan dengan kebijakan pemerintah untuk meningkatkan subsidi energi. Sementara itu tekanan inflasi dari sisi permintaan atau yang sering disebut inflasi inti, masih tetap rendah.

Baca juga : Jokowi: Kita Masih Berduka...

"Ini menunjukkan, daya beli masyarakat belum sepenuhnya pulih. Meskipun sudah meningkat. Sementara ekspektasi inflasi juga terjaga,” pungkas Perry. ■

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.