Dark/Light Mode

Bos OJK Pede Kinerja Sektor Keuangan Tetap Moncer

Kenaikan BBM Tak Bikin Orang Takut Ambil Kredit

Kamis, 8 September 2022 07:30 WIB
Konferensi Pers RDK (Rapat Dewan Komisioner) OJK. (Foto: ANTARA/Agatha Olivia Victoria).
Konferensi Pers RDK (Rapat Dewan Komisioner) OJK. (Foto: ANTARA/Agatha Olivia Victoria).

 Sebelumnya 
Sejalan dengan tren nasional, fungsi intermediasi perbankan di daerah pada Juli 2022 dalam kondisi terjaga. Dengan kecenderungan peningkatan penyaluran dana yang sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan penghimpunan dana. Sehingga LDR (Loan To Deposit Ratio) posisi Juli 2022 (76,51 persen) meningkat dibandingkan Juni 2022 (73,13 persen),” ujarnya.

Profil risiko perbankan pada Juli 2022 masih terjaga dengan rasio NPL (Non Performing Loan) net perbankan tercatat sebesar 0,82 persen (NPL gross 2,90 persen). Sementara Posisi Devisa Neto (PDN) Juli 2022 tercatat 1,77 persen, atau berada jauh di bawah threshold sebesar 20 persen. Industri perbankan juga mencatatkan peningkatan CAR (Capital Adequacy Ratio) menjadi sebesar 24,92 persen.

Dian menegaskan, di tengah berbagai tekanan yang dihadapi perekonomian global saat ini, pertumbuhan kredit diproyeksikan erus meningkat di 2022. Ini seiring pertumbuhan ekonomi nasional, yang diperkirakan masih cukup baik dibandingkan negara-negara lainnya.

Kinerja perekonomian yang baik tersebut, sambungnya, akan diikuti naiknya permintaan kredit. Khususnya sektor-sektor ekonomi yang dianggap prospektif. Seperti sektor industri pengolahan, sektor perdagangan besar dan eceran, serta UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah).

Baca juga : Jasa Raharja Terjunkan Tim Data Korban Kecelakaan Maut Di Bekasi

“Namun perlu diwaspadai untuk sektor pertambangan dan komoditas, yang saat ini tumbuh signifikan namun berpotensi menghadapi tekanan jika harga komoditas terkoreksi,” imbau Dian.

Menyoal ini, Corporate Secretary PT Bank Mandiri (Persero) Tbk Rudi As Aturridha optimistis target pertumbuhan kredit bisa mencapai 11 persen hingga akhir 2022.

“Kami optimistis dapat terealisasi, dengan tetap menjaga prinsip kehati-hatian,” katanya.

Bahkan kenaikan suku bunga acuan oleh BI dinilai tidak akan mempengaruhi target bisnis perusahaan.

Baca juga : Konten Kreator Yang Bijak Utamakan Kualitas, Bukan Viralitas

Sejak awal tahun lalu, Bank Mandiri telah menurunkan suku bunga deposito rupiah secara agresif berkisar 50 sampai 75 bps, dari sebelumnya 3,00 persen pada Maret 2021,menjadi 2,25 persen -2,50 persen pada Juli 2022.

Terpisah, Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengatakan, inflasi inti kemungkinan ikut terkerek akibat imbas kenaikan harga BBM. Ia memperkirakan inflasi inti tahun ini mencapai 4-5 persen.

“Biasanya ketika inflasi naik, ditambah BI rate naik, suku bunga simpanan dan kredit naik. Ketika suku bunga acuan naik, waspada terhadap NPL dan permintaan kredit turun itu akan memberi dampak ke perbankan,” sebutnya kepada Rakyat Merdeka, kemarin.

Terutama saat bank akan menyalurkan kredit ke sektor transportasi dan ritel. Menurutnya, kenaikan harga BBM akan berimbas langsung kepada kedua sektor tersebut.

Baca juga : Madrid Ceraikan Mayoral

“Inflasi yang naik bakal menekan daya beli masyarakat, khususnya di sektor ritel. Dalam kondisi ini, memang tidak banyak yang bisa dilakukan. Namun bank sebaiknya meningkatkan credit risk management,” imbaunya. ■

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.