Dark/Light Mode
BREAKINGNEWS
Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU
Ngomong Di Acara TIIMM G20 Bali
Bahlil: Investasi Butuh Keadilan
Jumat, 23 September 2022 06:30 WIB
RM.id Rakyat Merdeka - Negara-negara G20 diminta kompak bergandengan tangan menyelesaikan permasalahan rantai pasok dunia. Ini penting demi mendukung Tujuan Pembangunan Berkelanjutan atau Sustainable Development Goals (SDGs). Khususnya untuk mengurangi kemiskinan dan memerangi kelaparan.
Seruan ini disampaikan Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia dalam pembukaan Trade, Investment and Industry Ministerial Meeting (TIIMM) G20 di Nusa Dua, Bali, kemarin.
“Singkatnya, G20 harus menjadi payung bersama penyusunan desain pembangunan global yang adil, sejahtera, inklusif, dan lestari. Khususnya menyuarakan kepentingan negara berkembang serta kelompok miskin dan rentan,” ujar Bahlil dalam keterangan resminya, kemarin.
Baca juga : Srikandi Polri Mesti Raih Lagi Kepercayaan Publik
Bahlil juga mengingatkan, pentingnya dukungan negara G20 mengadopsi kompendium atau keringkasan sebagai referensi kebijakan penyusunan dan impelementasi strategi, untuk menarik investasi berkelanjutan.
Menurutnya, investasi berkelanjutan diperlukan dalam rangka mendorong pembangunan yang lebih inklusif, adil dan merata.
Selaku Co-Chairman dari TIIMM G20, Bahlil mengakui masih ada berbagai tantangan dalam mewujudkan investasi berkelanjutan.
Baca juga : Dihajar Napoli, Klopp: Kami Pantas Kalah
Salah satunya, perlu kontribusi investasi terhadap hilirisasi. Dengan begitu, negara-negara berkembang dapat memajukan industrinya melalui optimalisasi pemanfaatan sumber daya alam. Seperti yang dilakukan negara maju.
“Saya tegaskan, negara berkembang wajib diberikan kesempatan menaiki tangga yang sama untuk mencapai puncak. Seperti yang telah dilakukan dahulu oleh negara-negara maju,” tegas Bahlil.
Menurutnya, investasi yang berkelanjutan juga perlu ramah terhadap kepentingan masyarakat setempat. Kolaborasi antara investor besar dengan pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) perlu terus didorong untuk memastikan investasi berkelanjutan menjadi investasi inklusif.
Baca juga : Delegasi Dari 22 Negara Hadiri DMM G20 Di Belitung
Mantan Ketua Umum Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi) itu juga menegaskan, investasi membutuhkan keadilan. Saat ini, masih terjadi ketidakadilan arus investasi antara negara berkembang dengan negara maju di bidang energi hijau. Termasuk di dalamnya harga kredit karbon.
“Saat ini masih terjadi ketimpangan. Hanya 1/5 saja dari investasi energi hijau mengalir ke negara berkembang. Ke depan, perlu kesepakatan aturan pasar karbon yang lebih adil dan berimbang antara negara maju dan berkembang,” ucap Bahlil.
Selanjutnya
Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News
Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Tags :
Berita Lainnya