Dark/Light Mode

Rupiah Makin Anjlok Ke Level Rp 15.185

Rabu, 28 September 2022 10:02 WIB
Rupiah dan dolar AS. (Foto: Ist)
Rupiah dan dolar AS. (Foto: Ist)

RM.id  Rakyat Merdeka - Nilai tukar rupiah pagi ini dibuka melemah 0,40 persen ke level Rp 15.185 per dolar AS dibanding perdagangan sebelumnya di level Rp 15.124 per dolar AS.

Pergerakan mata uang di kawasan Asia mayoritas juga melemah terhadap dolar AS. Yen Jepang naik 0,08 persen, baht Thailand minus 0,24 persen, peso Filipina melemah 0,03 persen, won Korea Selatan melemah 0,82 persen, dan yuan China turun 0,41 persen, dolar Singapura juga minus 0,24 persen.

Indeks dolar AS terhadap mata uang saingannya melemah 0,49 persen ke level 113,54. Sementara nilai tukar rupiah terhadap euro menguat 0,35 persen ke level Rp 14.470, terhadap poundsterling Inggris naik 0,70 persen ke level Rp 16.126, dan terhadap dolar Australia menguat 0,23 persen ke level Rp 9.703.

Baca juga : Rupiah Masih Loyo Waspadai The Fed

Direktur Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi mengatakan, para pelaku pasar kini fokus pada pidato Ketua Bank Sentral AS Federal Reserve Jerome Powell yang memberi sinyal lebih lanjut terkait kebijakan moneter AS. 

Powell disebut memberi sinyal hawkish selama pertemuan The Fed pekan lalu. “Ditambah adanya pelambatan perekonomian Cina tahun ini juga berdampak pada sentimen terhadap pasar di Asia. Hal ini mengingat status Cina sebagpusat perdagangan utama di kawasan Asia,” sebut Ibrahim di Jakarta, Rabu (28/9).

Ia melanjutkan, kenaikan suku bunga juga mendorong permintaan safe haven greenback yang membantu dolar sebagai pembelian safe haven pilihan tahun ini. Tetapi pertumbuhan di negara itu dapat membaik di sisa tahun ini dengan pencabutan pembatasan Covid-19 dan langkah-langkah stimulus baru dari pemerintah.

Baca juga : La Pulga Makin Enjoy Di PSG

Ibrahim mengatakan, adanya ekspektasi akan terjadinya resesi pada tahun 2023 membuat inflasi di sejumlah negara. Hal ini memicu negara-negara maju menaikan suku bunga acuan dan memperketat likuiditas. 

Adapun resesi diprediksi terjadi lantaran tingginya harga pangan dan energi di beberapa negara baik Eropa maupun AS. “Kebijakan tersebut akan memberikan dampak pada pertumbuhan ekonomi dunia, sehingga negara berkembang pun akan merasakan efek dari kenaikan suku bunga itu," ujar Ibrahim. 

Ibrahim menilai jika bank sentral seluruh dunia kompak menaikan suku bunga secara ekstrim, maka resesi tidak dapat terelakkan. Hal ini karena pertumbuhan negara-negara maju cukup cepat dan ekstrim sehingga memukul pertumbuhan negara berkembang.

Baca juga : Rupiah Pagi Ini Keok Lawan Dolar AS

Sepanjang hari ini, ia memproyeksi nilai tukar rupiah bergerak fluktuatif namun ditutup melemah di rentang Rp 15.110-Rp 15.150 per dolar AS.

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.