Dark/Light Mode

Indonesia Dibanjiri Duit Asing

BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Makin Kinclong

Sabtu, 27 Juli 2019 06:17 WIB
Kantor Bank Indonesia. (Foto : istimewa)
Kantor Bank Indonesia. (Foto : istimewa)

RM.id  Rakyat Merdeka - Bank Indonesia (BI) meyakini perekonomian nasional akan semakin tumbuh dengan banyaknya aliran modal asing yang masuk saat ini. Hingga minggu keempat Juli 2019, aliran modal masuk ke Indonesia yang dicatat Bank Indonesia sudah mencapai Rp 192,5 triliun.

Dari jumlah tersebut, Rp 119,3 triliun didapat dari Surat Berharga Negara (SBN) dan Rp 72,2 triliun dari pasar saham. Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengatakan, semakin banyaknya aliran modal asing yang masuk ke dalam negeri bisa menjadi daya tarik investasi.

Dengan begitu, perekonomian akan semakin tumbuh. “Modal asing yang masuk ke Indonesia masih positif. Kami optimis, neraca pembayaran akan tetap terjaga sehingga mampu menopang stabilitas eksternal Indonesia,” kata Perry di Gedung Bank Indonesia, Jakarta, kemarin.

Baca juga : Mega Luluhkan Prabowo, BG Makin Kinclong

Dilanjutkannya, modal asing yang masuk ke Indonesia akan mendorong kinerja neraca pembayaran Indonesia pada kuartal II- 2019. Selain itu, akan menambah surplus neraca modal dan pembayaran, sehingga akan mendukung stabilitas eksternal ekonomi Indonesia.

Tahun ini, lanjut Perry, aliran modal asing dalam bentuk Penanaman Modal Asing (PMA) dan investasi portofolio diperkirakan mencatat surplus cukup besar. Dengan begitu, neraca pembayaran ditopang oleh surplus transaksi modal dan finansial yang lebih tinggi dari perkiraan sebelumnya. “Keadaan tersebut yang diperkirakan akan menjaga neraca pembayaran kuartal II tahun ini,” jelasnya.

Perry mengatakan, perkembangan positif sudah terlihat pada neraca perdagangan Indonesia Juni 2019 yang kembali mencatat surplus sebesar 196 juta dolar AS, setelah pada bulan sebelumnya juga surplus 22 juta dolar AS.

Baca juga : Dua Perusahaan Indonesia Hadiri Pameran Otomotif di Meksiko

Namun, defisit transaksi berjalan diperkirakan masih melebar dipengaruhi kinerja ekspor barang dan jasa yang menurun, serta perilaku musiman terkait peningkatan kebutuhan repatriasi dividen dan pembayaran bunga utang luar negeri.

Sementara, posisi cadangan devisa Indonesia pada akhir Juni 2019 tercatat sebesar 123,8 miliar dolar AS. Jumlah ini setara dengan pembiayaan 7,1 bulan impor atau 6,8 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah. “Posisi ini juga berada di atas standar kecukupan internasional sekitar tiga bulan impor,” katanya.

Perry juga bicara soal rupiah yang saat ini kembali melemah ke angka Rp 14.000. Namun, melemahnya rupiah ini lebih disebabkan faktor teknikal, bukan fundamental. Naik turun nilai tukar rupiah juga merespon apa yang terjadi di global, baik di Amerika Serikat (AS) dan Eropa. [NOV]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.