Dark/Light Mode

Hadapi Revolusi Industri 4.0, Hubungan RI-Jepang Kudu Semakin Diperkuat

Senin, 29 Juli 2019 08:36 WIB
Duta Investasi Presiden Untuk Jepang Rachmat Gobel. (Foto: Ist)
Duta Investasi Presiden Untuk Jepang Rachmat Gobel. (Foto: Ist)

RM.id  Rakyat Merdeka - Di era revolusi industri 4.0, hubungan RI-Jepang perlu semakin diperkuat. Hal ini untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan daya saing kedua negara.

Menurut Duta Investasi Presiden untuk Jepang Rachmat Gobel, pada tahun ini hubungan RI-Jepang genap berusia 61 tahun. Hingga saat ini, hubungan kedua negara sangat erat, baik di bidang politik, ekonomi, dan budaya.

“Jepang terlalu penting untuk Indonesia. Dukungan kerja sama Jepang dan Indonesia untuk memperbesar potensi pertumbuhan ekonomi kedua negara, pertumbuhan ekonomi kawasan ASEAN dan Asia-Pacific, perlu terus ditingkatkan dari waktu ke waktu,” ujar eks Menteri Perdagangan ini pada diesnatalis Politeknik Elektronika Negeri Surabaya di Surabaya, akhir pekan lalu.

Menurut Gobel, pada 2020 hingga 2030, semua Bangsa di dunia akan berada di simpang jalan akibat percepatan teknologi yang semakin tinggi. Kemajuan teknologi digital dan internet yang melahirkan Revolusi Industri ke Empat dan Internet of Things (IoT), memerlukan kontribusi investasi dan peningkatan keahlian manusia bersumber daya ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), serta inovasi-inovasi. 

Baca juga : Gojek Pimpin Transformasi Revolusi Industri 4.0

“Di sini, Jepang menurut hemat saya perlu meningkatkan peranannya di Indonesia,” ujarnya. 

Dalam menghadapi modernisasi dan revolusi industri keempat, kata dia, perlu dilakukan bersama-sama oleh Indonesia maupun Jepang. Misalnya, industriawan Jepang perlu meningkatkan kerja samanya di Indonesia. Mereka juga perlu hadir di Indonesia dengan menanamkan investasinya. 

“Kawasan ekonomi di Indonesia yang membentang dari Sabang hingga Merauke, dan Miangas hingga Rote, memiliki potensi sumber daya alam dan manusia bersumber daya IPTEK, yang tidak terbatas,” ujarnya.

Menurut Gobel, sebagai sesama anggota dari Negara yang tergabung dalam G20, Indonesia dan Jepang harus mengembangkan kerja sama yang lebih aktif. Isue-isue seperti Green Innovationand Green Investment, Low Carbon Society, revolusi industri ke empat dan Internet of Things (IoT), merupakan wilayah kerja sama masa depan, yang perlu dibangun dengan jauh lebih sungguh-sungguh.

Baca juga : Ekonomi Digital Terus Digenjot

Terkait isu revolusi industri 4.0 dan juga middle-income trap, pemerintah sudah mencanangkan program Making Indonesia 4.0. Salah satunya adalah pembangunan sumber daya manusia melalui program vokasi.

Menurut Gobel, 15 tahun ke depan merupakan masa emas bagi Indonesia yang akan menikmati bonus demografi.  Ini menjadi tantangan apakah Indonesia siap lepas landas menuju negara maju atau justru sebaliknya, tertimpa bencana demografi. 

Membludaknya tenaga kerja produktif adalah peluang emas Indonesia untuk menggenjot roda ekonomi. Idealnya, pertumbuhan ekonomi terpacu, sektor riil terdongkrak, dan daya saing meningkat, yang pada gilirannya kesejahteraan masyarakatnya pun meningkat. 

Sebagai contoh, yang dialami Jepang. Negara ini mengalami pertumbuhan penduduk akibat baby boom pada masa setelah PD II. Kondisi ini membuat Jepang memiliki SDM yang signifikan dan pemerintah Jepang tak menyia-nyiakan hal tersebut. 

Baca juga : JK Yakin Tak Semua Profesi Diganti Robot

“Dengan dilandasi Semangat Monozukuri mereka menggenjot industrialisasi, dan mulailah inovasi-inovasi unggul mencuat ke panggung dunia. Jepang pun lepas landas menjadi jajaran negara industri maju, hingga sekarang,” ujarnya. [DIT]

 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.