Dark/Light Mode

Substitusi Bahan Bakar Fosil Dengan Sawit Cukup Menjanjikan

Jumat, 4 November 2022 15:00 WIB
Foto: Ilustrasi industri sawit/Ist
Foto: Ilustrasi industri sawit/Ist

RM.id  Rakyat Merdeka - Pengamat Energi Komaidi Notonegoro menanggapi Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto yang mendorong substitusi bahan bakar fosil dengan energi hijau seperti dari sawit.

Komaidi mengatakan, saat ini telah dilakukan uji jalan (road test) penggunaan Bahan Bakar Nabati (BBN) jenis biodiesel dengan campuran 40 persen atau disebut B40 pada kendaraan bermesin diesel.

“Karena serapannya terus naik,” kata Komaidi, Kamis (3/11).

Menurutnya, produk biodiesel terbukti diminati oleh masyarakat sehingga terus dilakukan inovasi baru seperti B40 ini.

Pemberlakuan B40 ini merupakan salah satu upaya strategis negara mengurangi impor Bahan Bakar Minyak (BBM), sekaligus mengimplementasikan bauran Energi Baru Terbarukan (EBT).

Baca juga : Santri Berperan Bawa Semangat Sumpah Pemuda Untuk Jaga NKRI

Selain itu, Pertamina sedang mengembangkan Biogasoline. Untuk itu, Komaidi mengingatkan, ketika nantinya produk ini sudah digunakan oleh masyarakat, harus dijaga ketersediaannya.

“Perlu diperhatikan secara keberlanjutan pasokan. Kelapa sawit kan trade off dengan kebutuhan lain, misalnya minyak goreng, dan produk turunan lainnya,“ kata Direktur Eksekutif Reforminer Institute ini.

Misalnya, saat ini Pertamina tengah mengkaji produk biogasoline. Namun, pertamina meminta agar ada kepastian keberlanjutan suplai minyak sawitnya (Crude Palm Oil/CPO).

Komaidi menambahkan, pemerintah bisa mencari alternatif energi hijau lain, tidak harus berat ke sawit saja. Juga perlu menyeimbangkan dengan potensi lain. Karena kebutuhan kelapa sawit bukan cuma untuk biodiesel, tetapi ada kebutuhan lain.

“Harus berpikir untuk mengembangkan EBT yang lain, misalnya panas bumi,“ ucap Komaidi.

Baca juga : Anies: Bertukar Pikiran Dengan AHY Sangat Menyenangkan

Industri Sawit

Direktur Eksekutif Segara Institut Piter Abdullah mengungkapkan, industri sawit berkelanjutan bertumpu pada kesungguhan dan keseriusan dalam menjaga lingkungan agar tetap mampu menopang indutri sawit.

Menurutnya, pemerintah juga harus memanfaatkan peluang ekonomi kawasan untuk semakin mendorong tercapainya industri sawit berkelanjutan.

"Kondisi pasar dan harga CPO yang saat ini cukup tinggi seharusnya bisa dimanfaatkan untuk tujuan-tujuan tersebut," ungkapnya.

Selain itu, peluang itu juga harus dimanfaatkan untuk mensejahterakan petani sawit kecil. Hal itu bisa dilakukan dengan menjaga harga Tandan Buah Segar (TBS) sawit produksi petani.

Baca juga : Kemenkes Bantah Edarkan Daftar 15 Obat Sirup Dengan Senyawa Berbahaya

"Keberpihakan kepada petani kecil ditunjukkan dengan upaya menjaga pasar, agar petani mendapatkan harga jual yang menguntungkan," tambahnya.

Pemerintah juga diminta membantu petani kecil melakukan peremajaan tanaman sawit dengan dana yang sudah terhimpun.■

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.