Dark/Light Mode
BREAKINGNEWS
- Menkes: Kesehatan Salah Satu Modal Utama Capai Target Indonesia Emas 2045
- Jangan Sampai Kehabisan, Tiket Proliga Bisa Dibeli di PLN Mobile
- Temui Cak Imin, Prabowo Ingin Terus Bekerjasama Dengan PKB
- Jaga Rupiah, BI Naikkan Suku Bunga 25 Bps Jadi 6,25 Persen
- Buntut Pungli Rutan, KPK Pecat 66 Pegawainya
Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU
Bos OJK Wanti-wanti Ancaman Resesi
Industri Keuangan Masih Kuat, Tapi Jangan Lengah
Selasa, 8 November 2022 07:30 WIB
RM.id Rakyat Merdeka - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mewanti-wanti perbankan untuk mengantisipasi tren pelemahan rupiah di akhir tahun dan ancaman resesi global tahun depan.
Ketua Dewan Komisioner OJK Mahendra Siregar meminta lembaga jasa keuangan agar memitigasi risiko pelemahan nilai tukar rupiah. Salah satu langkah yang dapat diambil, mendorong penguatan permodalan dan memperkuat Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN).
“Hal ini sebagai antisipasi dan bersiap dalam menghadapi skenario yang lebih buruk dari kenaikan risiko kredit pembiayaan dan peningkatan buffer untuk mitigasi risiko likuiditas,” ucap Mahendra dalam konferensi pers Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK), Kamis (3/11).
Baca juga : Mentan Minta Industri Serap Jagung Petani Lokal
OJK mendorong perusahaan untuk menjaga sumber pendanaan demi mengantisipasi keterkaitan ruang likuiditas di sektor perbankan dengan akselerasi pertumbuhan kredit.
Tak hanya itu, ditegaskannya, wasit perbankan ini terus memantau adanya penarikan valuta asing (valas), khususnya dolar Amerika Serikat (AS) dalam jumlah besar belakangan ini dari lembaga jasa keuangan seperti perbankan dan lainnya.
“OJK akan mengevaluasi exposure valas, pinjaman valas di lembaga jasa keuangan di tengah penguatan dolar AS,” sebutnya.
Baca juga : KPAI Wanti-wanti, Kasus Penggunaan EG Di Obat Sirup Jangan Masuk Angin
Mahendra menyebut, hingga September 2022, pertumbuhan kredit tumbuh double digit atau sebesar 18,1 persen. Sementara pertumbuhan penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) valas hanya mencapai 8,4 persen. Menurutnya, hal ini cukup mengherankan. Pasalnya, ekspor Indonesia melonjak drastis, namun tidak masuk ke dalam lembaga jasa keuangan.
“Tentu dinamikanya akan kami cermati. Sejalan dengan itu, pertumbuhan DPK akan tetap berjalan,” tuturnya.
Ia bilang, ke depan, penguatan dolar AS yang diikuti dengan volatilitas harga komoditas berpotensi mempengaruhi kinerja lembaga jasa keuangan, mulai dari portofolio investasi, likuiditas, hingga kredit.
Baca juga : Indeks Literasi Dan Inklusi Keuangan Masyarakat Meningkat Di 2022
Meski begitu, mantan Wakil Menteri Luar Negeri ini tetap menyerukan optimisme terhadap kinerja lembaga jasa keuangan Tanah Air. Bahkan kredit di tahun 2023 diproyeksinya bisa tumbuh 1,5 kali dari pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB).
Selanjutnya
Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News
Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Tags :
Berita Lainnya