Dark/Light Mode

Bos OJK Wanti-wanti Ancaman Resesi

Industri Keuangan Masih Kuat, Tapi Jangan Lengah

Selasa, 8 November 2022 07:30 WIB
Ketua Dewan Komisioner OJK, Mahendra Siregar. (Foto: Antara).
Ketua Dewan Komisioner OJK, Mahendra Siregar. (Foto: Antara).

 Sebelumnya 
Melihat hal ini, Direktur Riset Center of Reform on Economics (Core) Piter Abdullah mengatakan, upaya OJK dalam mengimbau perbankan mempertebal modal dan CKPN, merupakan ajakan untuk berjaga-jaga dan mengantisipasi terhadap ancaman global terkait resesi.

“Imbauan itu bukan berarti Indonesia mengalami kondisi yang sama dengan global. Tetapi penting untuk berjaga-jaga, mengantisipasi adalah hal yang memang selayaknya dilakukan regulator,” ucap Piter kepada Rakyat Merdeka, kemarin.

Piter menegaskan, apa yang diserukan Bos OJK tersebut bukan bermaksud menakut-nakuti. Karena ia sangat meyakini, kondisi perbankan sejauh ini masih sehat dan stabil. “Tapi sekali lagi bukan berarti kita boleh lengah. Karena sektor keuangan bisa berubah sewaktu-waktu,” ingatnya.

Baca juga : Mentan Minta Industri Serap Jagung Petani Lokal

Meski secara keseluruhan kinerja perbankan baik, diakuinya untuk kondisi likuiditas valas memang sedang tertekan. Salah satu penyebabnya, karena faktor hasil ekspor tidak ada yang ditempatkan atau ditukarkan ke dalam rupiah yang masuk ke Indonesia.

Piter membeberkan, hampir semua ekspor yang memenuhi DHE (Devisa Hasil Ekspor) diparkir sebentar di Tanah Air lalu ditarik untuk ditempatkan ke luar negeri. Ini karena iming-iming return luar negeri yang jauh lebih tinggi, serta risiko yang dianggap lebih rendah. Sehingga mereka lebih nyaman untuk menempatkannya di luar negeri.

“Itu mengapa DPK valas tertekan, meskipun kredit kita naik,” sebutnya.

Baca juga : KPAI Wanti-wanti, Kasus Penggunaan EG Di Obat Sirup Jangan Masuk Angin

Fenomena penempatan DHE di luar negeri, sambung Piter, dipicu nilai tukar rupiah Indonesia yang terus melemah.

“Jika rupiah kembali menguat dan stabil, saya kira para pemilik dana ini akan tetap butuh rupiah. Saya yakin kondisinya ini tidak akan berlangsung lama,” tegasnya.

Agar mata uang Garuda kembali stabil, menurutnya, harus diikuti kenaikan suku bunga acuan. Dengan begitu, fenomena likuiditas di valas bisa teratasi.

Baca juga : Indeks Literasi Dan Inklusi Keuangan Masyarakat Meningkat Di 2022

Ia mengaku masih optimistis, sampai akhir tahun, pertumbuhan ekonomi Indonesia tercapai sesuai target. Dalam waktu dekat, Pemerintah akan merilis capaian ekonomi triwulan III-2022 yang diperkirakan berada di level 5,4 sampai 5,6 persen.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.