Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Pertumbuhan Ekonomi Tahun Depan Bakal Ditopang Investasi

Rabu, 7 Desember 2022 19:08 WIB
Foto: Ilustrasi/Istimewa
Foto: Ilustrasi/Istimewa

RM.id  Rakyat Merdeka - Indonesia memiliki kemampuan untuk terus mengakselerasi pemulihan perekonomian. Pemerintah memproyeksikan pertumbuhan ekonomi nasional tahun 2023 sebesar 5,3 persen.

“Ini sejalan dengan proyeksi pada rentang 4,7 persen hingga 5,1 persen dari berbagai lembaga internasional. Proyeksi pertumbuhan ekonomi nasional pada tahun 2023 jauh lebih tinggi dibandingkan outlook perekonomian global,” kata Menko Perekonomian Airlangga Hartarto.

Proyeksi senada diluncurkan oleh Centre of Reform Economics (CORE) yang memproyeksikan ekonomi nasional di tahun 2023 mampu tumbuh 4,5- 5,0 persen.

“Pada 2023, kita prediksikan sudah kembali ke kondisi pra-pandemi. Investasi kembali ke nomor dua, dan pertumbuhan investasi di Indonesia diperkirakan tidak akan banyak terganggu tekanan ekonomi global,” kata Direktur Eksekutif CORE M Faisal, Rabu (7/12). 

Konsumsi rumah tangga diperkirakan akan tetap kuat, angka inflasi menurun. Menariknya, tahun depan sejalan dengan melemahnya daya dorong ekspor, investasi kembali menjadi sumber pertumbuhan terbesar kedua bagi produk domestik bruto nasional. 

Baca juga : Jaga Pertumbuhan Ekonomi, Pemerintah Permudah Investasi

“Yang menjadi penopang itu sebetulnya tren investasi di 2023. Karena kita perkirakan konsumsi domestik masih kuat, maka industri manufaktur sektor sekunder masih mengalami ekspansi. Artinya, dari investasi masih prospektif,” jelas Faisal.

Kemudian, selama pandemi khususnya sepanjang tahun 2020, industri manufaktur secara agregat terus tumbuh. Kemudian sekarang, masyarakat mulai beraktivitas, mobilitas tinggi, maka sektor jasa akan ikut tumbuh.

“Restriksi mobilitas sudah minimal harusnya, dari sektor jasa itu sudah mulai meningkat kembali pertumbuhan. Artinya, prospek investasi cukup baik,” kata Faisal. 

Salah satu industri yang sudah berkembang dan akan makin moncer di tahun depan adalah industri turunan, hilirisasi barang tambang, termasuk nikel. 

Hal ini senada dengan tren dunia menuju kendaraan hijau, dan juga geliat pemerintah indonesia dalam produksi mobil listrik (EV).

Baca juga : Lestari: Kebijakan Libur Akhir Tahun Harus Dipersiapkan Matang

Sebelumnya, Airlangga yang juga Ketua Umum Partai Golkar ini menyampaikan arahan Presiden Joko Widodo untuk mempercepat berbagai perizinan investasi serta pengembangan ekosistem hulu dan hilir dari Electric Vehicle (EV). Mulai dari baterai hingga industri otomotif berbasis EV, perencanaan roda 4 atau roda 2, perencanaan ekosistem, maupun insentif yang perlu diberikan.

Tumbuh 5,3 Persen

Direktur Eksekutif Segara Institute Piter Abdullah Redjalam menilai, pemerintah masih realistis ketika memasang proyeksi pertumbuhan ekonomi nasional di angka 5,3 persen. "Menurut saya realistis," tegas Piter.

Piter mengungkapkan, proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2023 berada di rentang 4,8-5,3 persen. Sehingga ketika pemerintah memasang proyeksi pertumbuhan di angka 5,3 persen, itu masih bisa diterima.  

"Jadi, kalau pemerintah memproyeksikan 5,3 persen itu angka optimistis tetapi masih realistis," ujarnya.

Baca juga : Bos BI: Pertumbuhan Ekonomi Digital Tahun Depan Diproyeksi Naik

Menurutnya, kondisi ekonomi Indonesia berbeda dengan banyak negara lain. Indonesia lebih mengandalkan konsumsi domestik sebagai penopang utama perekonomian.

"Karena kondisi Indonesia berbeda dengan kondisi global. Perekonomian Indonesia lebih didukung oleh konsumsi domestik," ujarnya.

Sementara, ketika ekonomi global tengah suram dan harga komoditas cenderung naik, Indonesia cenderung mendapat keuntungan dari kenaikan harga tersebut.

Hal itu membuat pertumbuhan ekonomi Indonesia optimistis bisa mencapai 5 persen, kendati perekonomian global dihantui resesi. 

"Meski kondisi global suram, justru Indonesia mendapatkan windfall dari kenaikan harga komoditas," pungkasnya.■

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.