Dark/Light Mode
BREAKINGNEWS
- Menkes: Kesehatan Salah Satu Modal Utama Capai Target Indonesia Emas 2045
- Jangan Sampai Kehabisan, Tiket Proliga Bisa Dibeli di PLN Mobile
- Temui Cak Imin, Prabowo Ingin Terus Bekerjasama Dengan PKB
- Jaga Rupiah, BI Naikkan Suku Bunga 25 Bps Jadi 6,25 Persen
- Buntut Pungli Rutan, KPK Pecat 66 Pegawainya
Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU
Meski Impor 200 Ribu Ton Beras
Bulog Klaim Terus Serap Beras Petani
Kamis, 22 Desember 2022 07:30 WIB
Sebelumnya
Pengamat pertanian dari Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia (AEPI) Khudori mengatakan, banyak pihak berpendapat impor beras merupakan hal yang ironi.
Namun ironi atau tidak, menurutnya, tergantung dari sudut pandang mana melihatnya.
“Kalau tidak ada impor, CBP amat rendah. Akhir tahun nanti mungkin hanya tinggal sekitar 250-an ribu hingga 300-an ribu ton beras. Ini amat-amat rendah. Sepertinya akan menjadi yang terendah sepanjang sejarah,” ujarnya kepada Rakyat Merdeka.
Baca juga : Impor Beras Bakal Rugikan Petani
Dia menuturkan, periode Januari-Februari merupakan masa paceklik. Panen besar kemungkinan baru terjadi mulai akhir Februari atau awal Maret. Artinya, Januari-Februari masih perlu operasi pasar besar-besaran agar harga beras tidak melonjak tinggi.
“Dengan CBP yang memadai akan mempengaruhi pelaku pasar,” kata Khudori.
Pedagang atau pihak lain yang punya stok, papar Khudori, tidak akan berspekulasi menahan stok karena mereka tahu harga tidak akan naik tinggi. Sebab, mereka tahu CBP yang dimiliki Bulog. “Pasar secara psikologi akan menyesuaikan. Kalau pedagang atau penggilingan tetap menahan stok, mereka bakal merugi,” ucapnya.
Dia menilai, impor yang dilakukan Bulog sekitar 200 ribu atau 500 ribu ton tidak besar jika dibandingkan konsumsi dalam negeri, yang mencapai 30 jutaan ton per tahun.
“Ini bukan berarti lebih mengutamakan impor. Bukan. Opsi lain tentu ada. Terutama menyerap dari produksi domestik. Tapi, terbukti tidak mudah. Karena saat ini paceklik,” ungkap Khudori.
Sebelumnya, Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso memastikan, stabilitas harga beras di pasaran. Dijelaskannya, kebijakan pengadaan beras dari luar negeri semata-mata untuk memperkuat cadangan beras nasional.
Baca juga : Target Investasi Kudu Tercapai
Dia memastikan, kebijakan yang diambil tidak akan mengganggu beras petani karena hanya dipergunakan pada kondisi tertentu. Seperti, untuk penanggulangan bencana, intervensi harga jika diperlukan dan beberapa kegiatan Pemerintah lainnya.
Terkait harga, sambungnya, Bulog membeli Rp 8.800 per kilogram (kg) dan akan dijual Rp 8.300 per kg di dalam negeri.
“Itu merupakan harga internasional, harus kita ikuti dan kita beli. Tipe ini karena broken-nya hanya 4-5 persen, ya mungkin kalau di sini harganya Rp 11 ribu. Tapi, jangan khawatir Bulog akan melepasnya (ke pasar) di Rp 8.300,” yakinnya. ■
Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News
Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Tags :
Berita Lainnya