Dark/Light Mode

Standard Chartered Ajak Nasabah Garap Bisnis Investasi Hijau Di Ajang WOW 2023

Rabu, 8 Maret 2023 12:10 WIB
World of Wealth 2023 yang digelar Standard Chartered, di Jakarta, Selasa (7/3) malam. (Foto: Istimewa)
World of Wealth 2023 yang digelar Standard Chartered, di Jakarta, Selasa (7/3) malam. (Foto: Istimewa)

 Sebelumnya 
Sekitar setengah dari investor yang disurvei memegang beberapa bentuk investasi ESG, dengan 52 persen mengharapkan untuk meningkatkan investasi berkelanjutan mereka di tahun 2023.

Semakin jelas bahwa orang ingin memberikan dampak pada isu-isu keberlanjutan yang paling penting bagi mereka.

Di Indonesia, angka ini bahkan lebih tinggi, di mana 61 persen dari orang yang disurvei berharap untuk berinvestasi lebih banyak lagi dalam aspek ESG pada 2023.

Head of Wealth Management, Standard Chartered Indonesia Meru Arumdalu menambahkan, Standard Chartered terus berupaya untuk secara konsisten menawarkan lini produk keuangan holistik.

Selain itu, kata Meru, Standatd Chartered juga berorientasi gaya hidup, dan berpusat pada nasabah, yang memungkinkan Standard Chartered untuk semakin berasimilasi ke dalam kehidupan nasabahnya sebagai mitra tepercaya dalam membantu mereka mencapai tujuan hidup.

“Hal ini sejalan dengan komitmen dan aspirasi keberlanjutan kami di tingkat global, Standard Chartered kini juga menawarkan serangkaian pilihan produk berprinsip keberlanjutan di portofolio kami,” ungkapnya.

Seluruh produk dan layanan Standard Chartered sambung Meru, dapat diakses oleh para klien, melalui kantor cabang Standard Chartered di 6 kota besar di Indonesia, yang didukung oleh para relationship manager (RM) perusahaan yang berpengalaman dan bersertifikasi.

“Selain itu, para klien kami juga dapat terus menikmati kemudahan transaksi investasi lewat layanan Online Mutual Funds serta Retail Bonds Online lewat aplikasi SCmobile,” jelasnya.

Baca juga : Mak Ganjar Jatim Ajak Warga Gresik Hidup Sehat Dengan Senam Ceria

Dikatakan Meru, dengan pertumbuhan perekonomian global yang diperkirakan akan melambat,

Standard Chartered tahun ini akan menerapkan dan merekomendasikan kepada para investor untuk membangun fondasi yang aman atau SAFE. Secure your yield (Amankan imbal hasil Anda). Di mana tingkat imbal hasil saat ini menjadi salah satu peluang besar di tahun 2023.

Fokus harus ditujukan pada obligasi overweight, seperti obligasi pemerintah dan/atau korporasi yang berkualitas, dibandingkan dengan ekuitas dan uang tunai.

Allocate to long-term value (Mengalokasikan investasi kepada nilai jangka panjang), di mana perusahaan fokus kepada tingkat imbal hasil harus diimbangi dengan eksposur ke nilai jangka panjang, yang terlihat di pasar ekuitas dan obligasi Asia (di luar Jepang).

“Di Kawasan Asia di luar Jepang, investasi bisa ditujukan pada ekuitas China yang overweight mengingat valuasinya yang murah serta katalis positif. Kelas aset menarik lainnya adalah obligasi Asia USD,” sebutnya.

Kemudian fortify against further surprises (Antisipasi kejutan lebih lanjut). Adanya kemungkinan resesi di Amerika Serikat berarti investor harus siap menghadapi kejutan yang tidak menguntungkan, dan obligasi pemerintah berkualitas tinggi dapat menjadi salah satu mitigasi tersebut.

Asuransi, uang tunai dan emas juga merupakan penjaga portofolio utama. Terakhir, expand beyond the traditional (Keluar dari pendekatan tradisional):

Dengan asumsi bahwa kenaikan yang tidak normal dalam korelasi antara obligasi dan saham tidak akan bertahan hingga akhir tahun 2023, maka permintaan untuk aset yang relatif tidak berkorelasi kemungkinan besar akan terus berlanjut.

Baca juga : QRIS Danamon Permudah Transaksi Di IIMS 2023

“Strategi alternatif, seperti strategi alternatif likuid dan kelas aset privat, dapat membantu,” jelas Meru.

Blue Economy

Dalam kesempatan tersebut, Standard Chartered juga bermaksud untuk lebih memperkenalkan aspek blue economy, yang khususnya sangat berpotensial di Indonesia, dimana 65 persen total luas negara berupa lautan.

Manfaat dari pengembangan blue economy adalah kelestarian keanekaragaman hayati laut dan ekosistem laut dan pesisir, serta mata pencaharian yang berkelanjutan, utamanya bagi masyarakat pesisir.

Turut hadir untuk memberikan keynote speech dalam acara tersebut, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian (Menko Perekonomian) Airlangga Hartarto mengatakan, kolaborasi dan sinergi semua pihak sangat penting dalam menghadapi berbagai risiko dan untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi 5,3 persen di tahun 2023.

Pemerintah sambung Airlangga, melihat masih ada ruang untuk mendorong konsumsi dan investasi yang bersumber dari tabungan rumah tangga (menengah atas) dan korporasi, yang meningkat di signifikan di masa pandemi tetapi belum dioptimalkan kembali untuk ekspansi dan belanja pasca penghentian PPKM saat ini.

“Target investasi penanaman modal untuk mencapai target Rp 1.400 triliun di tahun 2023, dan Rp 1.650 triliun di tahun 2024," jelasnya.

Dalam jangka menengah panjang, lanjut Airlangga, pemerintah akan terus mendorong kebijakan ekonomi transformatif. Kebijakan tersebut diantaranya kebijakan hilirisasi SDA, transisi energi, pengembangan SDM, dan pembangunan infrastruktur, termasuk Ibu Kota Negara (IKN).

Baca juga : Jasa Raharja Raih Indonesia’s Popular Digital Product 2023

Selanjutnya Wakil Menteri Keuangan (Wamenkeu) Suahasil Nazara mengatakan, memasuki dua bulan pertama di tahun 2023, pihaknya akan terus menjaga kondisi perekonomian dari sisi APBN dan mendorong percepatan dari kegiatan ekonomi di seluruh Indonesia.

Suahasil mengatakan, tahun ini akan menjadi momentum tahun pemulihan dengan target pertumbuhan ekonomi di atas 5 persen dan terkait dengan inflasi meskipun sekarang 5,5 persen tetapi pada saatnya akan menurun 3,6 persen.

"Ini menjadi suatu kombinasi perekonomian yang akan memperkuat daya tahan Indonesia di tengah kondisi global yang masih akan tetap challenging,” kata Suahasil.

Untuk itu sambungnya, dalam rangka mendorong pemulihan ekonomi, lanjut Suahasil, Indonesia perlu mendorong potensi pertumbuhan ekonomi baru.

Sebagai negara kepulauan yang memiliki hutan dan area lautan yang sangat besar, Indonesia memiliki potensi menjaga dunia dari perubahan iklim global.

“Untuk berkontribusi menangani perubahan iklim, Indonesia membutuhkan dana sekitar Rp 4.002,44 triliun dalam waktu 10 tahun untuk memenuhi target NDC pengurangan emisi sebesar 29 persen. Ini harus ditanggung bersama, kontribusi dari seluruh pihak baik Pemerintah, Swasta, Masyarakat dan dari keseluruhan perekonomian,” pungkas Suahasil ■

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.