Dark/Light Mode

Menteri Teten Sebut Rasio Kewirausahaan Jadi Prasyarat Indonesia Menuju Negara Maju Di 2045

Kamis, 9 Maret 2023 20:59 WIB
Menkop UKM Teten Masduki (kelima Kanan) di  Pelantikan Dewan Pimpinan Pusat (DPP) BMWI Periode 2023-2026 di Jakarta, Kamis (9/3). (Foto: Dok. Humas Kemenkop)
Menkop UKM Teten Masduki (kelima Kanan) di Pelantikan Dewan Pimpinan Pusat (DPP) BMWI Periode 2023-2026 di Jakarta, Kamis (9/3). (Foto: Dok. Humas Kemenkop)

 Sebelumnya 
Dari data Kemendikub Ristek, setiap tahun ada lulusan sekolah sampai perguruan tinggi sebanyak 3,5 juta orang, dan mereka akan masuk ke dunia kerja. Jika dilihat pertumbuhan ekonomi di rata-rata 5 persen, maka yang akan terserap hanya sekitar 2 juta orang. Sementara Indonesia masih punya angka pengangguran yang juga cukup tinggi sebanyak 1,5 juta orang.

“Saya sudah banyak bicara dengan banyak rektor di Indonesia, supaya kita mulai mengubah kurikulum perguruan tinggi. Bukan lagi melahirkan atau menjadi sarjana-sarjana yang menjadi pegawai Pemerintah atau swasta. Kita harus mencetak mereka sebagai entrepreneur,” imbuh Teten.

Melalui kurikulum Merdeka Belajar yang diinisiasi Kemendikbud Ristek, dinilainya tepat, karena mahasiswa lebih banyak magang dari sekadar teori. Bahkan sejak pertama masuk, mahasiswa sudah bisa membuat bisnis plan, sehingga ketika lulus bukan hanya punya ijazah tetapi bisnisnya pun sudah jalan.

Menurut Teten, beberapa universitas di Indonesia di fakultas binisnya sudah melakukan hal tersebut. Ditambah, ada survei di kalangan anak muda di dalam negeri dan Asia Pasifik bahwa 70 persen lebih anak muda sekarang tidak ingin menjadi pegawai baik pegawai Pemerintah atau Swasta, mereka ingin jad pebisnis.

Baca juga : Masjid Kebanggaan Indonesia Berdiri Megah Di Osaka

Tak hanya itu, ia mengimbau, agar para calon wirausaha ini menciptakan apa yang menjadi keunggulan domestik.Untuk itu penting di perguruan tinggi, bagaimana mensinergikan riset di universitas dengan inkubator bisnisnya.

Riset di perguruan tinggi saat ini, menurut Teten sudah bisa di-support dengan adanya matching fund dari Kemendikbud, yang bisa digunakan untuk riset-riset pengembangan produk bisnis, sehingga dari hasil riset itu produk UMKM bisa dikomersialisasikan.

Ia menegaskan, dalam menyiapkan wirausaha mencapai 4 persen, tahun ini Pemerintah menargetkan bisa mencetak 1 juta entrepreneur baru.

”Upaya ini terus kami kerjakan. Saya bersama dengan Mendagri Tito Karnavian, Menteri BUMN Erick Thohir, dan Menparekraf Sandiaga Uno memiliki punya program Kewirausahaan Nasional 1 juta entrepreneur mapan baru supaya statistic kewirausahaan kita naik dari 3,47 persen ke 3,95 persen atau kalau bisa mencapai 4 persen,” ungkapnya.

Baca juga : Mega Tegaskan Pentingnya Pelindungan Kekayaan Intelektual untuk Indonesia Emas 2045

Saat ini untuk menjadi pengusaha dikatakan Teten relatif lebih mudah. Segala ekosistem untuk pengembangan UMKM sudah Pemerintah sediakan. Melalui Undang-Undang Cipta Kerja (Ciptaker), kemudahan usaha sudah dilakukan. Di mana harapannya tidak ada lagi ada usaha-usaha yang informal.

“Karena itu badan hukum untuk berusaha itu kita permudah. Kalau mau bikin PT perorangan itu mudah tidak perlu setor modal yang besar, mau bikin koperasi kita permudah, atau paling tidak harus punya Nomor Induk Berusaha (NIB) juga dipermudah,” terangnya.

Begitu juga dengan akses pada pembiayaan. Presiden Jokowi sudah mengintruksikan 30 persen kredit perbankan diperuntukkan bagi UMKM, yang saat ini baru sekitar 21 persen. Hal itu menjadi kebijakan afirmasi, di mana usaha besar didorong masuk kepada pendanaan di pasar modal sementara UMKM bisa mengambil pembiayaan lewat Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang tahun ini dianggarkan sebesar Rp 460 triliun.

Selanjutnya, ekosistem ketiga yang disiapkan yaitu kebijakan afirmasi Pemerintah membeli produk koperasi dan UMKM. Sebesar 40 persen anggaran Pemerintah Pusat dan Daerah dialokasikan untuk belanja barang UMKM. Masyarakat pun terus diimbau melalui gerakan dengan bangga memakai produk hasil bangsanya sendiri.

Baca juga : Perpustakaan Harus Antarkan Indonesia Jadi Negara Produsen

Menurut Teten dari beberapa diskusi dengan para ekonom, dikatakan bahwa fondasi fiskal Indonesia sangat kuat. Hal ini didorong dari ekspor dalam negeri, terutama dari hilirisasi tambang yang membangun nilai rupiah cukup tangguh, di tengah ekonomi dunia yang sedang mengalami inflasi tinggi dan pertumbuhan ekonomi yang rendah.

“Dengan data tersebut, kita bisa membangun kekuatan ekonomi lebih tangguh daripada negara-negara lain. Apalagi sekarang Indonesia sudah dihitung dari 20 negara di G20, hanya Indonesia yang pertumbuhan ekonominya bisa mencapai 5,73 persen,” ujar Teten. ■

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.