Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Produksi Lokal Masih Defisit

2019, Pemerintah Kembali Impor Daging 256 Ribu Ton

Sabtu, 29 Desember 2018 16:59 WIB
Kepala Badan Ketahanan ­Pangan Kementan, Agung Hendriadi (Foto: Istimewa)
Kepala Badan Ketahanan ­Pangan Kementan, Agung Hendriadi (Foto: Istimewa)

RM.id  Rakyat Merdeka - Pemerintah memastikan akan kembali melakukan impor daging pada tahun depan. Sebab produksi sapi di dalam negeri belum mampu mencukupi kebutuhan nasional. Hitungan Kementerian Pertanian, (Kementan) kebutuhan impor mencapai 256 ribu ton. Kepala Badan Ketahanan Pangan Kementan Agung Hendriadi mengungkapkan, kebutuhan tersebut disimpulkan dari hasil rapat koordinasi teknis pihaknya dengan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian terkait supply and demand daging nasional di 2019, belum lama ini.

Dia menjelaskan, produksi daging sapi di dalam negeri 2019 ditetapkan sebesar 429.412 ton. Jumlah tersebut sama dengan jumlah yang ditetapkan pada 2018. Sementara itu, kebutuhan daging nasional pada 2019 sesuai kajian Badan Pusat Statistik (BPS) disepakati sebanyak 2,56 per kilo gram (kg) per kapita per tahun. Angka tersebut naik dari 2,50 kg per kapita per tahun pada 2018. 

“Dengan jumlah penduduk tahun 2019 sebanyak 268,07 juta, maka total kebutuhan daging sapi diperkirakan sekitar 686.270 ton. Dengan produksi hanya 429.412 mama ada kekurangan sebesar 256.858 ton. Nah itu yang kita usulkan untuk diimpor,” ungkap Agung kepada Rakyat Merdeka, kemarin.

Baca juga : Ketua KPK Desak Pemerintah Revisi UU Tipikor

Agung menegaskan angka tersebut baru sebatas usulan dalam rapat koordinasi teknis di Kementan. Angka itu belum diputuskan pemerintah.  Agung merincikan, dari angka usulan impor daging dibagi ke berbagai jenis impor. Yaitu, impor sapi bakalan sebanyak 600.000 ekor atau setara 119.976 ton, daging sapi beku untuk industri, hotel, restoran dan katering sebanyak 88.000 ton, serta daging kerbau sebanyak 80.000 ton. Jika ditotal jumlah melebih kebutuhan yakni mencapai 279. 976 ton.

“Nah selisih jumlah rencana impor dengan total defisit itu rencananya akan digunakan sebagai stok awal tahun 2020,” paparnya.  Selain menyiapkan daging impor, Agung menjelaskan, pemerintah terus menggenjot produksi daging dalam negeri. Salah satunya melalui program Upaya Khusus Sapi Indukan Wajib Bunting (Upsus Siwab) yang sudah dimulai sejak 2017. Menurutnya, hingga 2018 program ini telah menghasilkan kelahiran ternak sapi sebanyak 2.650.969 ekor. “Upsus Siwab kan belum bisa dipotong karena baru pada lahir sapinya. Itu baru bisa dipotong dua sampai tiga tahun lagi. Tapi jumlah kelahirannya sangat menggembirakan, ada sekitar 2.650.969 ekor,” kata Agung.

Ketua Umum Perhimpunan Peternak Sapi dan Kerbau Indonesia (PPSKI) Teguh Boediyana tidak keberatan dengan rencana pemerintah mengimpor daging. Karena, pihaknya sangat menyadari produksi sapi lokal sampai saat ini memang belum dapat memenuhi kebutuhan daging nasional.

Baca juga : Keren, PLN Sabet 2 PROPER Emas & 18 Proper Hijau

“Impor bisa dimaklumi karena produksi lokal memang masih rendah Apalagi, tiap tahun ada kenaikan jumlah penduduk,” katanya. Teguh juga tidak mempersoalkan kuota impor daging yang diusulkan mencapai 256 ribu ton. Dia percaya pemerintah sudah melakukan penghitungan dengan memperhatikan banyak aspek.

Hanya saja, Teguh menyayangkan program swasembada daging sapi yang sudah digalakan pemerintah sejak 2004 tidak menuai hasil menggembirakan. Padahal, program itu udah mendapatkan dukungan APBN setidaknya mencapai Rp 18 triliun.  Saat ditanya soal tingginya harga daging sapi saat ini, Teguh menjelaskan, tingginya harga daging mencapai Rp 120 ribu per kg dipengaruhi tingginya harga sapi lokal hidup di dalam negeri. 

“Soal harga daging sapi itu tinggi tidak fair kalau dibandingkan dengan harga daging kerbau India. Sebab kualitas daging kerbau India tidak sebagus sapi lokal,” imbuhnya. [NOV]
 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.