Dark/Light Mode

Gandeng 2 Kampus Top Jepang

Pertamina Pionir Riset Teknologi Pengurangan Emisi Karbon Indonesia

Minggu, 28 Mei 2023 08:05 WIB
(Dari kiri) Direktur Strategi, Portofolio dan Pengembangan Usaha PT Pertamina (Persero) Salyadi Saputra, Prof Tsuji Takeshi dari Tokyo University, Rektor Universitas Pertamina Prof Wawan Gunawan A Kadir, Prof Yasuhiro Yamada dari Kyushu University dan President Director Pertamina Foundation Agus Mashud S Asngari menunjukkan naskah kerja sama riset dan pertukaran ilmu energi baru terbarukan antara Universitas Pertamina dengan Tokyo University dan Kyushu University, di Tokyo, Jepang, Jumat (26/5) (Foto: Dok Pertamina)
(Dari kiri) Direktur Strategi, Portofolio dan Pengembangan Usaha PT Pertamina (Persero) Salyadi Saputra, Prof Tsuji Takeshi dari Tokyo University, Rektor Universitas Pertamina Prof Wawan Gunawan A Kadir, Prof Yasuhiro Yamada dari Kyushu University dan President Director Pertamina Foundation Agus Mashud S Asngari menunjukkan naskah kerja sama riset dan pertukaran ilmu energi baru terbarukan antara Universitas Pertamina dengan Tokyo University dan Kyushu University, di Tokyo, Jepang, Jumat (26/5) (Foto: Dok Pertamina)

RM.id  Rakyat Merdeka - Pertamina menjadi pionir dalam program pendidikan dan pengembangan sustainability energy di Indonesia. Universitas Pertamina menggandeng dua kampus prestisius di Jepang untuk bekerja sama dalam riset dan pertukaran ilmu energi baru terbarukan. 

Centre of excellence Universitas Pertamina melakukan kerja sama, CCS-CCUS, pertukaran pengalaman dan riset akademik, serta pertukaran ilmuwan dengan Tsuji Lab dari University of Tokyo dan Laboratory of Energy Resources Engineering dari Kyushu University,” kata Rektor Universitas Pertamina Prof Wawan Gunawan A Kadir, saat penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) di Jepang, Jumat (26/5).

Rakyat Merdeka turut hadir dalam acara penandatangan MoU tersebut. Menyaksikan keakraban yang terjalin antara Prof Wawan dengan Prof Tsuji Takeshi dari Tokyo University dan Prof Yasuhiro Yamada dari Kyushu University. Mereka rupanya kawan lama. Dan pernah dipertemukan dalam sebuah simposium mengenai teknologi CCS tahun 2011. 

Saat Prof Wawan menunjukkan satu foto kegiatan itu, Prof Takeshi dan Prof Yamada terlihat sangat senang sekaligus terharu. “Saya terlihat masih sangat muda 12 tahun lalu,” katanya sambil tersipu. Di foto itu, Prof Takeshi rambutnya gondrong.

Penandatanganan kerja sama juga dihadiri Direktur Strategi, Portofolio & Pengembangan Usaha PT Pertamina (Persero) Salyadi Saputra yang hadir mewakili Dirut PT Pertamina Nicke Widyawati. Selain itu, tampak President Director Pertamina Foundation Agus Mashud S Asngari dan Head of Pertamina Representative East Asia Fuadi Arief Nasution.

Prof Wawan mengatakan, kerja sama ini dilakukan sebagai upaya untuk ikut menurunkan emisi karbon sekaligus pengembangan teknologi di sektor minyak dan gas.

“Di sini akan dikembangkan teknologi, bagaimana karbon itu bisa dimasukkan kembali ke dalam bumi, sehingga produksi gas dan minyak meningkat dan bisa terpelihara,” katanya.

Baca juga : Keren! Rig Elnusa EMR-01 Dukung Pertamina Hulu Sanga Sanga Temukan Cadangan Migas Baru

Teknologi CCS (Carbon Capture Storage) dan CCUS (Carbon Capture Utilization and Storage) saat ini sangat populer. Jepang termasuk pionirnya. Pertamina telah menerapkan teknologi ini di sumur tua lapangan Jatibarang, Indramayu dan hasilnya menggembirakan. Ada peningkatan produksi minyak hingga 30-40 persen. 

Namun, teknologi ini masih mahal, sehingga Indonesia perlu belajar dan melakukan transfer ilmu teknologi dari Jepang. Salah satunya melalui kerja sama tersebut.

Menurut Prof Wawan, kerja sama ini bukan hanya riset tapi juga pertukaran mahasiswa di ketiga universitas. Di Indonesia saat ini ada program Kampus Merdeka. Diharapkan mahasiswa di tiga universitas bisa saling menimba ilmu melalui lalu lintas belajar antar kampus. 

“Hanya memang perlu waktu untuk men-set up itu. Mudah-mudahan secepat mungkin,” jelas Wawan.

Wawan juga menyinggung pentingnya renewable energy (energi terbarukan) geothermal. Pasalnya, saat ini tengah dikembangkan bagaimana memelihara panas yang dihasilkan oleh reserver geothermal untuk membangkitkan listrik. 

Sementara, target Indonesia mencapai Net Zero Emission pada 2060 dan transisi energi pada 2030 itu, menurutnya, sudah berdasarkan hitungan berapa banyak karbon yang harus diselamatkan. 

“Kami sudah menghitung dengan baik, dengan kapasitas resever yang ada di Pertamina,” tuturnya.

Baca juga : Pupuk Kaltim Mantap KembangkanTeknologi Green Amonia

Paling tidak, dari sisi energi, bisa menurunkan jumlah karbon sesuai dengan kebijakan Pemerintah.

Dan Pertamina memiliki orang-orang yang ahli di bidang tersebut. Karena itu, pihaknya pun akan terus membantu Pertamina membangun sumber daya manusia yang mumpuni.

“Kasarnya, nanti kalau orang-orang Pertamina mau training nggak usah jauh-jauh, datang saja ke Universitas Pertamina, kita kerja sama dalam beberapa aspek,” katanya.

Apalagi, Pertamina memiliki Program Merah Putih. Yakni, 45 orang lulusan Universitas Pertamina berkesempatan bergabung ke Pertamina korporasi. Dengan catatan, siap mendukung Pertamina mencapai eksistensi Zero Emission. 

Sementara, Tsuji Takeshi menekankan kerja sama pada bidang spesifik carbon neutral untuk pengurangan emisi. 

“Tsuji lab dari University of Tokyo bidang resources engineering siap bertukar dan bertransfer teknologi serta saling belajar dengan Universitas Pertamina. Kami mendorong agar terjadi pertukaran mahasiswa dan dosen, termasuk saya sendiri siap mengajar di Universitas Pertamina. Kami berharap kerja sama konkret segera terealisasi guna mendukung sustainable energy," ujar Tsuji.

Hal tersebut diamini Yasuhiro Yamada. "Para profesor kolega kami di Kyushu University berharap, selain riset bersama, juga dilakukan pertukaran staf dan mahasiswa. Ini akan berdampak baik bagi kedua belah pihak. Saat ini cukup banyak mahasiswa Indonesia yang belajar di Kyushu University melalui beasiswa," ujar Yamada.

Baca juga : Gandeng Digiasia, Bank DKI Perluas Akses Pendanaan Digital Kredit

Salyadi Saputra mengatakan, event ini sangat penting untuk Pertamina.

“Ibu Dirut ingin hadir. Reunion, selamat. Setelah 13 tahun reuni biasanya fun. Tapi ini sesuatu yang penting dan bermanfaat. Untuk memperkuat partnership. Sustainability and energy transisi sangat penting untuk masa depan,” katanya.

Salyadi mengatakan, suhu global akan sangat sulit dihadapi. Jika kita tidak melakukan sesuatu, Jakarta bisa hilang. Level air laut naik.

Menurutnya, tantangan itu ada di teknologi. Tanpa masyarakat dan pengetahuan sangat tidak mungkin berkembang. Apalagi green energy saat ini masih sangat mahal. Sebab itu, kolaborasi ini diharapkan akan menghasilkan teknologi afordable dan murah untuk energi Indonesia. 

“Pertamina bukan hanya spirit, tapi juga punya lapangan untuk diriset. Indonesia punya lapangan. Please come dan lakukan riset bersama untuk mengurangi karbon,” ajak Salyadi. WHY/NAN

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.