Dark/Light Mode

Industri Olahan Kakao Sumbang Devisa Rp 15 Triliun

Selasa, 17 September 2019 20:06 WIB
Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto memberikan sambutan pada acara Peringatan Hari Kakao Indonesia tahun 2019 di Jakarta, Selasa (17/9). (Foto: Kemenperin)
Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto memberikan sambutan pada acara Peringatan Hari Kakao Indonesia tahun 2019 di Jakarta, Selasa (17/9). (Foto: Kemenperin)

RM.id  Rakyat Merdeka - Industri pengolahan kakao berperan penting dalam memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi nasional. Pada tahun lalu, industri ini menyumbang devisa 1,13 miliar dolar AS atau sekitar  Rp 15,9 triliun.

Menteri Perindustrian, Airlangga Hartarto mengatakan, pemerintah telah menetapkan industri pengolahan kakao sebagai salah satu sektor yang diprioritaskan pengembangannya sesuai Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional (RIPIN) tahun 2015-2035. “Industri pengolahan kakao juga merupakan bagian dari industri makanan dan minuman yang menjadi andalan dalam peta jalan Making Indonesia 4.0. Sektor ini juga banyak melibatkan industri kecil dan menengah (IKM),” katanya pada acara Peringatan Hari Kakao Indonesia tahun 2019 di Jakarta, Selasa (17/9).

Baca juga : Kadin: Sektor Pangan Penyumbang Tertinggi PMDN Rp 7 Triliun

Menurut Airlangga, pengembangan hilirisasi industri pengolahan kakao nasional diarahkan untuk menghasilkan bubuk cokelat atau kakao, lemak cokelat atau kakao, makanan dan minuman dari cokelat, suplemen, pangan fungsional berbasis kakao, serta kosmetik dan farmasi. Saat ini, Indonesia merupakan negara pengolah produk kakao olahan ke-3 dunia setelah Belanda dan Pantai Gading. 

“Sekarang industri pengolahan kakao kita telah menghasilkan produk cocoa liquor, cocoa butter, cocoa cakedan cocoa powder,” sebutnya.

Baca juga : Siang Ini, DPR Sahkan Kelima Pimpinan KPK Terpilih

Pada 2018, produk-produk tersebut mayoritas 85 persen diekspor sebanyak 328.329 ton dengan menyumbang devisa hingga 1,13 miliar dolar AS, sedangkan produk kakao olahan yang dipasarkan di dalam negeri sebesar 58.341 ton atau 15 persen. “Sebagai salah satu negara produsen biji kakao, Indonesia telah mempunyai 20 perusahaan industri pengolahan kakao. Kami terus mendorong peningkatkan utilisasinya, seiring juga memacu produktivitas biji kakao di dalam negeri untuk menjaga pasokan bahan bakunya,” papar Airlangga.

Menurut data International Cocoa Organization (ICCO), Indonesia menempati urutan ke-6 sebagai produsen biji kakao terbesar di dunia setelah Pantai Gading, Ghana, Ekuador, Nigeria, dan Kamerun dengan volume produksi mencapai 220.000 ton sepanjang 2018.

Baca juga : Lakukan 9 Jurus, Produksi Jagung di Nganjuk Raup Rp 1 Triliun

“Untuk mengembangkan industri pengolahan kakao dan meningkatkan nilai tambahnya, pemerintah mendorong pengembangan industri hilir kakao yaitu makanan berbasis kakao dan cokelat,” tuturnya. Salah satu langkah yang dilakukan adalah mendorong promosi produk olahan kakao dan cokelat Indonesia guna meningkatkan konsumsi dalam negeri.

Lebih lanjut, industri pengolahan kakao dinilai masih bakal terus tumbuh dan berkembang, karena produknya telah menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat saat ini. “Contohnya seperti kopi, bisa juga didorong kafe khusus cokelat. Oleh karena itu harus terus kita dorong sektornya. Sebab, Indonesia punya potensi yang sangat besar,” ungkap Airlangga. [DIT]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.