Dark/Light Mode

Jaring Dukungan Aksesi Indonesia, Menko Airlangga Undang Dubes OECD

Jumat, 25 Agustus 2023 09:44 WIB
Menko Perekonomian Airlangga Hartarto (tengah) saat menjadi tuan rumah jamuan makan malam bagi 28 perwakilan negara anggota Organisasi Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi OECD di Park Hyatt Hotel Jakarta, Kamis (24/8). (Foto: Humas Ekon)
Menko Perekonomian Airlangga Hartarto (tengah) saat menjadi tuan rumah jamuan makan malam bagi 28 perwakilan negara anggota Organisasi Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi OECD di Park Hyatt Hotel Jakarta, Kamis (24/8). (Foto: Humas Ekon)

RM.id  Rakyat Merdeka - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menjadi tuan rumah jamuan makan malam bagi 28 perwakilan negara anggota Organisasi Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD) di Park Hyatt Hotel, Jakarta, Kamis (24/8/2023).

Pertemuan ini bertujuan untuk mendiseminasikan perkembangan terkini perekonomian Indonesia, dan menjaring dukungan bagi proses aksesi Indonesia pada OECD.

Pada pertemuan tersebut, Menko Airlangga menekankan perlunya kerja dan aksi bersama untuk menghadapi tantangan global, yang berkembang signifikan.

 

 

Dinamika geopolitik yang terjadi menciptakan pola kerja sama internasional yang terfragmentasi serta menghambat aliran perdagangan, investasi dunia, dan melemahkan perekonomian dunia.

Dampak dari pandemi Covid-19 dan krisis finansial global, masih dirasakan mayoritas masyarakat global.

Baca juga : Mempertimbangkan Geopolitik Indonesia Di Aliansi BRICS

Menko Airlangga menyampaikan fakta performa perekonomian Indonesia, yang tetap terjaga solid.

Pertumbuhan ekonomi mencapai 5,17 persen di Kuartal II-2023 atau 5,11 persen di sepanjang Semester I-2023.

Neraca perdagangan melanjutkan tren positif selama 38 bulan berturut-turut, surplus 7,82 miliar dolar Amerika Serikat (AS) atau Rp 119,62 triliun pada Triwulan II 2023.

Hal tersebut turut menjadi modalitas Indonesia, dalam berproses untuk menjadi anggota OECD. Selain profil sebagai negara demokratis, mitra strategis bagi OECD dan negara anggota OECD, hingga peran kepemimpinan global yang telah teruji, antara lain melalui Presidensi G20 dan Keketuaan ASEAN.

“Tadi, dalam pertemuan sambil makan malam, seluruh Duta Besar yang hadir, satu-persatu menyatakan dukungan kepada Indonesia. Tentunya, Indonesia berbesar hati karena dukungan dari para Duta Besar ini penting. Sebab, akan ada pertemuan di Pertemuan Tingkat Kepala Perwakilan OECD di bulan September, yang memutuskan apakah usulan Indonesia untuk masuk menjadi anggota OECD diterima oleh seluruh negara, atau tidak. Jumlah negara yang di OECD, saat ini ada 38,” papar Menko Airlangga.

Keanggotaan Indonesia pada OECD, diyakini dapat memberikan manfaat bagi kedua belah pihak.

Indonesia perlu untuk meningkatkan kecepatan dan skala transformasi ekonomi, untuk mencapai tujuan strategis nasional.

Baca juga : Walk Out Delegasi Indonesia Di KTT Melanesian Diapresiasi

Indonesia memerlukan sarana dan pendekatan baru, untuk memandu para pembuat kebijakan untuk bergerak maju. Terutama, dengan menyelaraskan diri dengan tolok ukur internasional.

"Institusi dan pembuat kebijakan di Indonesia, dapat mendapatkan manfaat dari proses keanggotaan OECD, dalam memperkuat penyusunan kebijakan berbasis bukti dan analisis. Khususnya pada reformasi lingkungan, sosial dan tata kelola," papar Menko Airlangga.

"Selain itu, kebijakan nasional Indonesia akan mampu beradaptasi dengan perubahan struktural yang ada. Seperti dekarbonisasi, digitalisasi, teknologi, dan masalah demografi,” imbuhnya.

Bagi OECD, bergabungnya Indonesia akan memberikan jangkauan global yang lebih luas, khususnya pada kawasan Asia Tenggara.

Dengan proyeksi sebagai lima besar perekonomian dunia pada 2045, Indonesia merupakan mitra strategis dalam memperkuat standar dan praktik terbaik OECD.

Kemitraan dengan Indonesia, juga untuk memastikan bahwa no one should be left behind, yang mana sejalan dengan misi kunjungan Presiden Joko Widodo ke Afrika minggu ini guna menjalin kemitraan dan peluang kerja sama.

Menko Airlangga juga menjelaskan, dengan menjadi negara anggota OECD, Indonesia dapat lolos dari middle income trap, seperti halnya Korea Selatan.

Baca juga : Jadi Tuan Rumah ASEAN IB Summit, Indonesia Beri Usulan Lembaga Pembiayaan UMKM

“Jadi yang pertama, Indonesia masuk dalam critical part, periode krisis masuk dalam negara dari 5.000 dolar AS di akhir tahun depan, untuk mencapai negara pendapatan di atas 10.000 dolar AS. Waktu kita tidak banyak. Diperkirakan 10 tahun. Untuk 10 tahun itu, bersamaan dengan adanya bonus demografi," papar Airlangga.

"Bersamaan dengan itu, fungsi investasi dan multilateral trade menjadi penting. Artinya, kita membuka akses terhadap pasar di 38 negara OECD. Kita juga menggunakan best practices," imbuhnya.

Kegiatan jamuan makan malam tersebut berlangsung hangat. Perwakilan negara anggota OECD menyampaikan dukungan, terhadap intensi keanggotaan OECD Indonesia.

Beberapa negara berkomitmen menyediakan dukungan yang diperlukan bagi Indonesia, serta kesediaan berbagi pengalaman dari proses aksesi yang sebelumnya dijalankan.

Dengan kemitraan yang tengah terjalin sebagai key partner OECD sejak 2007, proses keanggotaan Indonesia diyakini akan berjalan lancar.

Pertemuan ini juga dihadiri Duta Besar Australia, Duta Besar Belanda, Duta Besar Belgia, Duta Besar Irlandia, Duta Besar Jepang, Duta Besar Kosta Rika, Duta Besar Polandia, Duta Besar Turki, dan Duta Besar Yunani.

Selain itu, juga ada perwakilan dari Kedutaan Besar Amerika Serikat, Austria, Chile, Denmark, Finlandia, Hungaria, Inggris, Italia, Jerman, Kanada, Kolombia, Meksiko, Norwegia, Polandia, Portugal, Prancis, Selandia Baru, Spanyol, Swedia, dan Swiss.

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.