Dark/Light Mode

Fungsi Agregator Diharapkan Dongkrak Produk Kriya & Home Decor Tembus Pasar Global

Jumat, 15 September 2023 20:22 WIB
Event Kriyanusa yang di Jakarta Convention Center JCC, Jumat (15/9). (Foto: Dok. Kemenkop UKM)
Event Kriyanusa yang di Jakarta Convention Center JCC, Jumat (15/9). (Foto: Dok. Kemenkop UKM)

 Sebelumnya 
Di ASEAN, tercatat Indonesia menempati posisi ke-3 terbesar dan di dunia industri kriya Indonesia berada di posisi ke-15, dengan posisi pertama ditempati oleh India.

“Jika Indonesia dibandingkan dengan India, sebenarnya India secara jumlah tak terpaut jauh. Di mana posisi Indonesia ke-15 mencapai 1,1 miliar dolar Amerika Serikat (AS) sementara India di posisi satu di angka 4 miliar dolar AS. Artinya masih bisa kita kejar, dan memang pasar luar negeri sedang bertumbuh dengan pesat di sektor kriya,” kata Wientor.

Ia mengatakan, keunggulan sektor kriya terlihat pada narasi di balik produknya, sehingga hal ini menjadi pasar yang sangat potensial yang digarap oleh para pelaku industri kriya di Indonesia.

“Seperti Du Anyam misalnya, produk yang dihasilkan UMKM punya karakter sendiri-sendiri,” katanya.

Wientor menegaskan, para pelaku UMKM Kriya harus fokus pada penciptaan inovasi produknya. UMKM tidak perlu melakukan hal-hal yang tidak menjadi keahliannya kemudian untuk urusan perluasan pasar dan pembiayaan misalnya, bisa ditangani dan didampingi oleh agregator.

Baca juga : Shopee Muluskan UMKM Tembus Ke Pasar Global

Sementara itu, Co-Founder Krealogi dan Du Anyam Hanna Keraf menuturkan, dari sisi kreativitas dan SDA, UMKM kriya Indonesia tak diragukan lagi.

Hadirnya Du Anyam, juga mencerminkan potensi perempuan di Nusa Tenggara Timur (NTT) yang apabila diarahkan ternyata mendatangkan nilai ekonomi yang tinggi, padahal sebagian besar dari mereka telah memiliki keahlian menganyam sejak kecil.

“Ke depan kita harus mampu membawa potensi kearifan lokal ini menjadi sumber ekonomi yang terus berkembang yang menjadi bargaining position bagi produk UMKM di pasar internasional,” katanya.

Lantas Hanna pun menekankan dua permasalahan utama yang selama ini dihadapi para pelaku UMKM kriya yakni dari sisi produktivitas dan logistik.

Dari sisi produktivitas, produk UMKM harus memiliki kontinyuitas produksi. Barang harus terus tersedia secara berkelanjutan untuk memenuhi kebutuhan pasar, dengan tetap mengedepankan kualitas produk.

Baca juga : Transformasi Digital Diyakini Dongkrak Pertumbuhan Bisnis BPD

“Kuantitas, kualitas, dan time to deliver yang tepat menjadi tiga faktor utama yang harus dimiliki oleh para pelaku UMKM kriya,” ujarnya.

Selain itu biaya logistik yang mahal, juga menjadi hal yang dipertimbangkan untuk bisa melakukan ekspansi produk dalam menangkap segmen pasar yang tepat.

Untuk itu, diperlukan berbagai kebijakan serta inovasi yang tepat untuk mengatasi permasalahan tersebut.

 “Biaya logistik yang kami kirim dari Port Larantuka ke Tanjung Priok lebih mahal dari Tanjung Priok ke Hong Kong. Hal ini jelas menjadi kendala. Untuk itu kami mengatasinya dengan melakukan inovasi produk, sehingga produk yang dikirim bisa maksimal dari sisi bentuk dan ukuran, kontainer pun menjadi maksimal dengan harga yang ditawarkan,” kata Hanna.

Sampai sejauh ini Du Anyam fokus pada penyediaan produk kriya untuk berbagai keperluan termasuk coorporate gift, hotel, perusahaan, kelembagaan, dan pemerintah.

Baca juga : Congress of Indonesian Diaspora 2023, BNI Dorong UMKM Tembus Pasar Global

Saat ini mereka juga menjadi agregator bagi 1.400 perajin di tiga provinsi yakni Kalimantan Selatan (Kalsel), Papua, dan NTT.

Bersama dengan sister company Krealogi, Du Anyam telah membawahi 10.000 UMKM di hampir 200 kabupaten/kota di seluruh Indonesia.

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.