Dark/Light Mode

Human Capital Jadi Kunci Sukses Dalam Proses Transisi Energi

Senin, 18 September 2023 10:08 WIB
Ketua Umum Purnomo Yusgiantoro Center (PYC) Filda Citra Yusgiantoro/Ist
Ketua Umum Purnomo Yusgiantoro Center (PYC) Filda Citra Yusgiantoro/Ist

RM.id  Rakyat Merdeka - Ketua Umum Purnomo Yusgiantoro Center (PYC) Filda Citra Yusgiantoro menyatakan, human capital atau modal manusia kompeten yang berdaya saing dan tempat kerja menjadi kunci sukses prosesi transisi energi di Indonesia. 

Menurutnya, transisi energi selain membutuhkan kebijakan pemerintah yang mumpuni, juga investasi dalam jumlah besar, kemajuan teknologi, komitmen internasional, pendidikan dan pelatihan. 

“Banyak aspek yang menjadi perhatian pada sumber daya manusia dalam energi. Kita harus ingat bahwa pekerjaan hijau memberikan banyak peluang dan human capital menjadi kuncinya,” kata Filda saat memimpin sesi “Preparing Human Capital for Energy Transition” pada hari kedua Konferensi Energi Internasional yang diselenggarakan di Hotel Luwansa, Jakarta, melalui keterangan persnya, Senin (18/9).

Konferensi dwitahunan yang berlangsung pada 15-16 September 2023 ini dibuka oleh Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif dan dihadiri Pendiri PYC sekaligus mantan Menteri ESDM Purnomo Yusgiantoro, Lis Yusgiantoro, Duta Besar Malaysia untuk Republik Indonesia (RI) Dato’ Syed Md Hasrin Tengku Hussin dan Sekretaris Jenderal Kementerian ESDM Dadan Kusdiana, dan para peserta konferensi baik dari dalam maupun luar negeri.

Para pembicara sesi  “Preparing Human Capital for Energy Transition”  terdiri atas Eric Roeder  yang bekerja sebagai Technical Specialist on Green Jobs, Climate Action and Resilience through Just Transition - Asia Pacific Region, International Labor Organization (ILO) berkedudukan di Thailand, Anindito Aditomo (Kepala Badan Standar, Kurikulum dan Asesmen Pendidikan Kemendikbudristek), Roberto Rossi (Cluster President of Indonesia and Timor Leste, Schneider Electric berkedudukan di  Indonesia) dan Guru Besar Institut Teknologi Bandung (ITB) Djoko Santoso.

Baca juga : Ketahanan Energi Jadi Kunci Menuju Bebas Karbon

Filda mengungkapkan, di berbagai negara pekerjaan hijau (green job) yang mendukung pelestarian lingkungan memberikan banyak peluang  menguntungkan. 

Dibandingkan dengan negara-negara anggota ASEAN lainnya, Indonesia masih tertinggal dalam hal kesiapan kebijakan untuk pekerjaan hijau, terutama pada area terkait dengan pasokan tenaga kerja. 

“Saya bersyukur, meskipun agak terlambat,  Indonesia seperti banyak negara lain, saat ini mulai mengakui pentingnya mitigasi perubahan iklim dan transisi ke sumber energi yang lebih bersih. Transisi energi erat kaitanya dengan ketahanan dan kemandirian energi,” jelas Filda.

Hal senada juga diungkapkan Eric Roeder,  Technical Specialist on Green Jobs, Climate Action and Resilience through Just Transition - Asia Pacific Region, International Labor Organization (ILO) berkedudukan di Thailand. 

Roeder juga mengapresiasi langkah-langkah konkret yang ditempuh Pemerintah Indonesia dalam memitigasi perubahan iklim dan transisi ke sumber energi lebih bersih.

Baca juga : Hong Kong Open, Ginting Janji Kurangi Kesalahan Di 16 Besar

“Kebijakan yang baik. Semua pihak harus berada di garda terdepan untuk  memperlambat percepatan perubahan iklim global,” kata Erick. 

Integrasi Digital

Roberto Rossi selaku Cluster President of Indonesia and Timor Leste, Schneider Electric – Indonesia mengungkapkan, dalam Elektrisitas 4.0, integrasi digital dan listrik akan menciptakan keberlanjutan pembangunan di segala bidang. 

Rossi mengatakan, diperlukan langkah-langkah nyata untuk meningkatkan kualitas modal manusia demi memenuhi kebutuhan keterampilan hijau. 

Menurut dia, perlunya melengkapi tenaga kerja Indonesia, baik yang ada saat ini maupun akan datang, dengan keterampilan hijau. Pengetahuan, kemampuan, nilai, dan sikap yang diperlukan untuk hidup, mengembangkan, dan mendukung masyarakat yang berkelanjutan dan efisien sumber daya.

Baca juga : Tchouameni Betah Jadi Ban Serep Di EL Real

Kepala Badan Standar, Kurikulum dan Asesmen Pendidikan (BSKAP) Kemendikbudristek Anindito Aditomo   mengungkapkan, dari segi pendidikan di Indonesia, perubahan iklim belum sepenuhnya dimasukkan ke dalam kurikulum dan kesadaran masyarakat tentang perubahan iklim masih bervariasi. 

Menurut Anindito, pihaknya akan fokus pada modal manusia. Seperti mengintegrasikan konten perubahan iklim ke dalam kurikulum baru (Kurikulum Merdeka), mempelajari perubahan iklim di Pendidikan Tinggi dan Pendidikan Vokasional, serta meningkatkan kesadaran masyarakat. 

Rencana selanjutnya, kata dia, memodifikasi standarisasi bangunan sekolah dan pemanfaatan Dana Alokasi Khusus fisik, Pengelolaan Kampus yang Ramah Lingkungan, dan menargetkan transformasi karbon rendah di kantor internal Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi. 

Menurutnya, peran guru sangat penting dalam memastikan terlaksananya pendidikan perubahan iklim. 

Perguruan Tinggi juga mempunyai peran terkait transisi energi dengan mengurangi CO2 (karbon dioksida) melalui kerangka penelitian, pendidikan, pelatihan, teknis, keselamatan, ekonomi dan peraturan untuk meningkatkan penerapan Carbon Capture Storage (CCS)/Carbon Capture Utilization and Storage (CCUS).

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.