Dark/Light Mode

OJK Minta Industri Keuangan dan Perbankan Mitigasi Kejahatan Siber

Selasa, 14 November 2023 19:15 WIB
Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Dian Ediana Rae dalam acara The Finance Executive Forum The Future of Digitalization and Cyber Crime Mitigation Towards 2045, di Jakarta, Selasa (14/11/2023). (Foto: Dok. OJK)
Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Dian Ediana Rae dalam acara The Finance Executive Forum The Future of Digitalization and Cyber Crime Mitigation Towards 2045, di Jakarta, Selasa (14/11/2023). (Foto: Dok. OJK)

 Sebelumnya 
Kemudian meningkatnya frekuensi insiden operasional dan risiko yang muncul, terkait dengan kejadian dan risiko yang timbul yang dihadapi oleh sistem IT.

Bahkan di AS, menurutnya memberikan semacam evaluasi dan mengidentifikasi secara sistematis dalam keamanan siber.

“Di AS itu sendiri sekarang nomor satu tantangan terhadap perekonomian di AS itu adalah serangan siber yang terkait keamanan siber, ransomeware bahkan ada diurutan poertama isunya. Ini dikarenakan penngkatan kecanggihan teknologi yang digunakan penajhat siber sangat luar biasa dan penyebarannya sudah secara global,” ungkap Dian

Lalu tantangan selanjutnya yaitu, rendahnya literasi keuangan digital, infrastruktur jaringan komunikasi tidak memadai, risiko inheren dari implementasi TI, termasuk serangan siber, dan risiko pihak ketiga.

“Serta, regulasi untuk mendorong transformasi dan kolaborasi digital serta menjaga debu tetap aman dan sehat, dan meningkatnya jumlah kejahatan dan penipuan yang dimungkinkan oleh dunia maya,” kata Dian.

Sementara itu, dari catatan Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) mencatat di tahun 2021 setidaknya terdapat 1,6 miliar serangan siber.

Di Indonesia, industri keuangan dan perbankan menjadi industri yang paling banyak terkena serangan ransomware.

Baca juga : BP2MI Fasilitasi Kepulangan 101 PMI Ke Kampung Halaman

Bahkan, serangan siber tersebut pernah membuat salah satu bank syariah terbesar di Indonesia tidak bisa beroperasi selama beberapa hari.

“Pada 2023 BSSN memprediksi potensi serangan siber akan makin marak, antara lain ransomware, data breach, serangan advance persistent threat, dan phishing,” ungkap Direktur Keamanan Siber dan Sandi Keuangan, Perdagangan dan Pariwisata, Deputi IV BSSN Edit Prima.

Edit menuturkan, serangan ransomware masih menjadi fenomena ‘menakutkan’ pada sektor keuangan di tahun 2023 ini. BSSN mencatat, dari 160 juta anomali malware, sebanyak 966.533 terindikasi ransomware.

Dari 160 juta anomali ramsomware, hampir satu juta terindikasi ramsomware malware.

Edit mengungkapkan, serangan siber yang terkait dengan ransomware berasal dari berbagai malware yang masuk dalam jajaran top 10 ransomware antara lain, Luna Moth, WannaCry, Locky, LockBit, Darkside, Ryuk, Troldesh, Grandcrab, STOP, Aaurora.

“Berdasarkan data SmallBiz Trends (2023) menyebut, 1 dari 4 perusahaan terdampak ransomware bangkrut dan 2 dari 4 perusahaan kehilangan reputasi. Ini menjadi PR kita bersama bahwa ransomsare menjadi ancaman yang siginifikan,” sebutnya.

Atas kondisi tersebut, kata dia, ada berbagai pembelajaran pembelajaran serangan siber kasus ransomware di Indonesia, menyangkut People, Process dan Technology.

Baca juga : ASEAN Geber Kendaraan Listrik

Edit merinci, dari sisi people yakni dalam upaya meningkatkan security awareness untuk seluruh organisasi terkait penggunaan teknologi informasi.

“Mewaspadai email sebagai initial access atau pintu masuk sarana penyebaran ransomware, terutama email dengan attachment executable,” imbaunya.

Edit menuturkan, dari sisi technology yakni meningkatkan kemampuan Web Filtering.

Terpenting dalam pembelajaran serangan siber di Tanar Air kata dia, adalah bermula dari hal sederhana yakni keteledoran kita sebagai karyawan dalam mengunakan akun email asal klik tanpa diperhatikan padahal berbahaya berbahaya.

“Bukan hanya email saja, tapi juga sudah banyak di whatapps dan media-media lain,” tuturnya.

Sementara itu, Direktur PricewaterhouseCoopers (PwC) Budi Santoso menyebutkan, terdapat empat kemajuan teknologi digital yang diharapkan terjadi pada tahun 2045, diantaranya adalah adanya Artificial Intelligence (AI), Internet of Things (IoT), Blockchain, hingga Quantum Computing.

“Apa yang akan terjadi nanti di 2045? peningkatan teknologi seperti apa di masa depan? yang pertama sudah pasti semua serba AI semuanya serba menggunakan artificial intelegent,” katanya.

Baca juga : Bamsoet Tekankan Pentingnya Indonesia Miliki UU Keamanan Siber

Kemudian, terkait dengan IoT, ke depannya teknologi akan berkembang lebih pesat dan cepat, hingga munculnya Ibu Kota baru yang akan berbasis kota pintar atau smartcity.

Budi menambahkan, dalam dunia perbankan ke depannya secara keseluruhan akan menggunakan teknologi berupa AI base personal banking, di mana dengan teknologi nantinya akan bisa mendeteksi keperluan setiap individu.
alam.

Budi mengatakan, ini adalah evolusinya bahwa dulu perbankan in person banking orang dateng ke bank buka rekening sekarang di beberapa negara yang belum maju masih online banking, beberapa negara berkembang sudah mobile banking.

"Saat ini Indonesia posisinya adalah masih di antara social banking dan digital banking di antara keduanya,” ujar Budi.

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.