Dark/Light Mode

PM Netanyahu: Israel Pertimbangkan Jeda Taktis, Gencatan Senjata Tetap No

Selasa, 7 November 2023 12:49 WIB
PM Israel Benjamin Netanyahu (Foto: Instagram)
PM Israel Benjamin Netanyahu (Foto: Instagram)

RM.id  Rakyat Merdeka - Perdana Menteri (PM) Benjamin Netanyahu menegaskan, Israel akan mempertimbangkan jeda taktis dalam pertempuran di Gaza, demi memfasilitasi masuknya bantuan atau keluarnya sandera.

Namun, Netanyahu keukeuh menolak seruan gencatan senjata umum. Sekalipun tekanan internasional meningkat.

"Jeda taktis, satu jam di sini, satu jam di sana sudah kita alami. Saya kira, kita akan memeriksa keadaan untuk memungkinkan bantuan kemanusiaan masuk, atau lepasnya sandera. Tapi, tidak akan ada gencatan senjata secara umum," kata Netanyahu kepada ABC News,  Senin (6/11/2023).

Gencatan senjata secara umum, yang akan menghentikan pertempuran karena alasan kemanusiaan, mendapat dukungan dari sekutu utama Israel, Amerika Serikat (AS) akan terus dipertimbangkan berdasarkan keadaan.

Dibahas Biden

Baca juga : Bujukan Menlu AS Nggak Mempan, PM Israel Tolak Seruan Gencatan Senjata Sementara

Jeda taktis pertempuran di Gaza ini, mendapat sorotan dari Presiden AS Joe Biden. Begitu juga kemungkinan pembebasan sandera. Topik ini menjadi bahasan pembicaraan telepon Biden dengan Netanyahu, pada Senin (6/11/2023).

Dalam pembicaraan tersebut, Biden kembali menegaskan dukungannya untuk Israel. Sambil menekankan bahwa Israel harus melindungi warga sipil.

Seperti halnya Israel, Washington khawatir, gencatan senjata penuh akan dimanfaatkan Hamas untuk menyusun kekuatan.

"Untuk jangka waktu yang tidak ditentukan, Israel akan memikul tanggung jawab keamanan di Gaza secara keseluruhan. Karena kita telah melihat apa yang terjadi, jika kita tidak mempunyai tanggung jawab keamanan tersebut," beber Netanyahu.

Harus Dihentikan

Baca juga : Setan Merah Gagal Pertahankan Gelar

Organisasi-organisasi internasional mengatakan, rumah sakit di wilayah perang tidak dapat menangani korban luka. Makanan dan air bersih hampir habis. Pengiriman bantuan tidak mencukupi.

"Kita memerlukan gencatan senjata kemanusiaan segera. Ini sudah 30 hari. Cukup. ​​Ini harus dihentikan sekarang," kata pernyataan dari pimpinan beberapa badan PBB, termasuk Komisaris Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia Volker Turk, Bos Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus, dan Kepala Bantuan PBB Martin Griffiths.

Sekadar latar, serangan Hamas di Israel selatan pada 7 Oktober, telah menewaskan 1.400 orang dan menyandera 240 orang.

Sementara Kementerian Kesehatan yang dijalankan Hamas di Gaza mencatat, hingga hari ini, serangan balasan Israel telah menewaskan lebih dari 10 ribu warga Palestina, termasuk sekitar 4.100 anak-anak.

Baca juga : Sinar Primera Gaet Gaw Capital Partners Kembangkan Pusat Data Di Indonesia

Israel dan Hamas, sama-sama menolak tekanan internasional yang semakin besar, untuk melakukan gencatan senjata.

Israel bersikeras meminta para sandera dibebaskan terlebih dahulu, sebagai syarat gencatan senjata. Sedangkan Hamas enggan membebaskan para sandera atau menghentikan pertempuran, jika Gaza terus diserang.

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.