Dark/Light Mode

OJK Minta Industri Keuangan dan Perbankan Mitigasi Kejahatan Siber

Selasa, 14 November 2023 19:15 WIB
Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Dian Ediana Rae dalam acara The Finance Executive Forum The Future of Digitalization and Cyber Crime Mitigation Towards 2045, di Jakarta, Selasa (14/11/2023). (Foto: Dok. OJK)
Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Dian Ediana Rae dalam acara The Finance Executive Forum The Future of Digitalization and Cyber Crime Mitigation Towards 2045, di Jakarta, Selasa (14/11/2023). (Foto: Dok. OJK)

RM.id  Rakyat Merdeka - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) membeberkan sejumlah tantangan dari era perkembangan teknologi bagi industri keuangan dan perbankan. Terutama ancaman kejahatan siber (cyber crime) juga kian marak dan canggih.

Untuk itu, tingkat inklusi keuangan masyarakat perlu terus didorong.

Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Dian Ediana Rae mengatakan, secara khusus, OJK telah menerbitkan aturan khusus keamanan siber pertama di Indonesia, yakni aturan Nomor 29/SEOJK.03/2022 tentang ketahanan dan keamanan dari bank umum.

Baca juga : BP2MI Fasilitasi Kepulangan 101 PMI Ke Kampung Halaman

Aturan tersebut mencakup penilaian dan manajemen risiko, perlindungan data, perencanaan respon atas insiden, dan kapasitas karyawan termasuk penunjukkan divisi khusus keamanan siber.

“Kita melihat bahwa tranformasi digital ini yang akan dialami semua bank apakah itu bank umum kemudian BPR, kemudian BPD itu akan menghadapi tantangan-tantangan yang tidak mudah. Setidaknya ada 10 tantangan utama yang dihadapi industri keuangan dan perbankan,” kata Dian dalam acara The Finance Executive Forum ‘The Future of Digitalization and Cyber Crime Mitigation Towards 2045,’ di Jakarta, Selasa (14/11/2023).

Ia membeberkan, tantangan tersebut antara lain kebocoran data nasabah, ini menjadi penting karena Undang-Undang Perlindungan Data Pribadi (UU PDP) sangat kuat dan sanksinya sangat berat.

Baca juga : ASEAN Geber Kendaraan Listrik

Ini akan menjadi salah satu tantangan besar ketika industri melakukan loncatan digital. Kemudian, risiko strategis termasuk investasi IT (informasi teknologi) yang tidak sejalan dengan strategi bisnis.

Selain itu, adanya tantangan dengan ketidakcukupan sumber daya manusia (SDM) yang mana lembaga pendidikan belum banyak melahirkan talent-talent di bidang digital.

“Saat ini banyak permintaan oleh pasar bahkan organisasi seperti OJK menghadapi tantangan bersaing dengan swasta, siapa yang paling kuat membayar itu yang memperoleh tenaga ahli IT,” ujar Dian.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.