Dark/Light Mode

Airlangga Dorong ASEAN Terus Kembangkan Green Dan Blue Economy

Rabu, 22 November 2023 20:11 WIB
Menko Perekonomian Airlangga Hartarto. (Foto: Ist)
Menko Perekonomian Airlangga Hartarto. (Foto: Ist)

RM.id  Rakyat Merdeka - Perekonomian ASEAN diperkirakan akan meningkat dengan memberikan nilai tambah dengan mengupayakan perekonomian yang berkelanjutan. Sadar akan potensi ini, Indonesia mendorong ASEAN menjadi pusat pertumbuhan melalui penerapan pembangunan ekonomi yang berkelanjutan.

“Minggu lalu saya bersama Bapak Presiden menghadiri APEC Summit, dan vibrant ASEAN sebagai epicentrum of growth dilihat oleh semua negara,” kata Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mewakili Presiden Joko Widodo membuka acara The 41st Conference ASEAN Federation of Engineering Organization yang diselenggarakan oleh Persatuan Insinyur Indonesia (PII) dan ASEAN Federation of Engineering Organisations (AFEO) di Bali International Convention Center, Rabu (22/11).

Lebih lanjut, Menko Airlangga menyampaikan bahwa sustainability merupakan isu global. Pada Keketuaan Indonesia di ASEAN tahun 2023, terdapat 16 Priority Economic Deliverables (PED) yang menggarisbawahi peran penting ekonomi berkelanjutan untuk masa depan yang berketahanan. Tujuan ini mencakup kerangka kerja yang lebih luas untuk pengembangan electric vehicle (EV), peningkatan keuangan berkelanjutan, standarisasi implementasi SDGs, mempromosikan transisi energi, peningkatan interkonektivitas energi, dan kapitalisasi ekonomi biru.

Baca juga : BSI Gandeng Mabes TNI Dorong Inklusi Keuangan Syariah

ASEAN juga telah merumuskan dan mengembangkan berbagai inisiatif untuk mendukung penerapan ekonomi hijau melalui ASEAN Leaders’ Declaration on Developing Regional Electric Vehicle Ecosystem. Deklarasi tersebut mendukung penerapan EV di negara-negara anggota dan memposisikan ASEAN sebagai pusat global industri EV dengan memanfaatkan sumber daya alamnya dan menciptakan ekosistem rantai pasok. 

Menko Airlangga juga menjelaskan bahwa pengembangan EV ecosystem akan dapat mengurangi pada ketergantungan energi, terutama imported fuel. “Kita perlu membangun EV ecosystem dari hulu. Dan ini PR untuk kita semua sebagai engineer,” kata Menko Airlangga.

Serupa dengan ekonomi hijau, ASEAN juga mengupayakan penerapan ekonomi biru. Para Menteri Dewan Masyarakat Ekonomi ASEAN (AEC) mengadopsi ASEAN Blue Economic Framework pada AEC Council Meeting ke-23 dan selanjutnya juga diadopsi oleh para Pemimpin pada KTT ASEAN ke-43.

Baca juga : Achsanul Qosasi Dan Sadikin Rusli Kembalikan 2,021 Juta Dolar AS Ke Kejagung

Selain itu, untuk memfasilitasi pembangunan berkelanjutan, mendorong praktik ramah lingkungan, meningkatkan kesejahteraan sosial, dan mendorong pertumbuhan ekonomi di kawasan, Indonesia juga menyelenggarakan ASEAN Indo-Pacific Forum (AIPF). AIPF memiliki serangkaian hasil nyata yang terdiri dari 93 proyek, dengan nilai agregat sekitar 38,2 miliar dolar AS yang dirancang untuk menyelaraskan dengan infrastruktur ramah lingkungan dan rantai pasokan yang fleksibel, inovasi dan pembiayaan berkelanjutan, serta transformasi digital.

Perlu diketahui bahwa upaya untuk mencapai perekonomian berkelanjutan juga dilakukan di tingkat nasional. Menko Airlangga menjelaskan bahwa biofuel di Indonesia akan terus dikembangkan berdasarkan aspek pendukungnya, tidak hanya biodiesel (bioetanol, HVO,  Bioavtur), tetapi juga produk CPO dan juga produk non-CPO. 

Pengembangan ini dilakukan tidak hanya oleh perusahaan besar, tetapi juga melalui pemberdayaan berbasis masyarakat, tentunya dengan memenuhi spesifikasi konsumen, pemanfaatan produk samping biodiesel, dan pengembangan teknologi biofuel yang lebih canggih.

Baca juga : Waroeng Steak Kampanyekan Anti Bullying

“Indonesia juga telah menjajaki potensi sel bahan bakar hidrogen. Hidrogen merupakan teknologi yang menjanjikan yang bisa digunakan tidak hanya untuk otomotif,” lanjut Menko Airlangga.

Menutup sambutannya, Menko Airlangga kembali menegaskan pentingnya pembangunan ekonomi berkelanjutan karena menurut laporan Asian Development Bank, Asia Tenggara termasuk kawasan yang akan terdampak perubahan iklim secara tidak proporsional dan berpotensi kehilangan hingga 30 persen PDB pada tahun 2050 akibat perubahan iklim. Perubahan iklim juga berdampak pada ketahanan pangan.

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.