Dark/Light Mode

ASKI Bahas Solusi Petani Kopi Hadapi El Nino Dan Aturan Deforestasi Uni Eropa

Minggu, 17 Desember 2023 20:49 WIB
Asosiasi Kopi Indonesia ASKI menggelar diskusi tentang dampak El Nino dan peraturan deforestasi Uni Eropa pada industri kopi, di FX Sudirman, Jakarta, Sabtu (16/12) malam.
Asosiasi Kopi Indonesia ASKI menggelar diskusi tentang dampak El Nino dan peraturan deforestasi Uni Eropa pada industri kopi, di FX Sudirman, Jakarta, Sabtu (16/12) malam.

RM.id  Rakyat Merdeka - Asosiasi Kopi Indonesia (ASKI) menggelar diskusi mengatasi dampak El Nino dan peraturan deforestasi Uni Eropa pada industri kopi, di FX Sudirman, Jakarta, Sabtu (16/12) malam.

Salah satu rangkaian acara "Roaster Village" ini menghadirkan sejumlah narasumber di antaranya CEO PT Selera Indah Perdana Steve G. Hidayat, Analis Kebijakan Perkebunan Kemenko Perekonomian Darto Wahab, Staf Ahli Perdagangan ASKI Bagas Hapsoro dan pendiri roasteri Kopi Tuju-Tuju Sangaji. Diskusi ini dipandu oleh pendiri Gerakan Edukasi Kopi Exsos Gren Dais.

Mengawali paparannya, Steve Hidayat menjelaskan bahwa El Niño adalah fenomena cuaca yang membawa kondisi yang lebih panas dan kering dari biasanya ke Samudera Pasifik tropis bagian tengah dan timur. 

"Selain Indonesia dan Vietnam, kopi robusta Brasil juga terkena dampak negatif dari kekeringan," kata Steve Hidayat.

Di Indonesia, sebutnya, Sumatera Utara, Riau, Jawa hingga NTT, sebagian Kalimantan, dan sebagian Sulawesi terkena dampak El Nino.

Sementara Darto Wahab menyoroti bencana El Nino sebagai malapetaka terhebat dalam dunia kopi sejak 2016. 

Apabila tidak ada langkah yang ampuh untuk menanggulanginya dikhawatirkan akan berdampak pada kekeringan hingga krisis air, baik untuk dikonsumsi maupun lahan pertanian dan perkebunan. 

"Bila ini terjadi, dampak jangka panjang, produktivitas pangan atau berdampak pada ketahanan pangan," sebutnya.

Bagaimana Menyikapi Bencana El Nino?

Para narasumber sepakat bahwa kerja sama antar instansi, keterlibatan akademisi dan pebisnis kopi sangat diperlukan. Upaya mitigasi juga harus dilakukan oleh para petani kopi untuk menekan dampak buruk fenomena El Nino.

Bagas Hapsoro mengungkapkan bahwa Kementerian BUMN yang bekerja sama dengan BMKG, Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia (Puslitkoka), Perum Perhutani, dan SCOPI telah memberikan rekomendasi agar bisnis pertanian kopi tidak terdampak El Nino.

Baca juga : KPK Bakal Gunakan UU Pencucian Uang

Beberapa rekomendasi tersebut antara lain menyangkut perluasan dan penambahan tanaman penaung. Tanaman penaung akan menjaga tanaman kopi agar tidak terpapar cahaya matahari secara terus menerus akibat kemarau panjang. Hindari pemangkasan tanaman penaung menjelang El Nino.

Darto Wahab menyatakan perlunya aplikasi pupuk organik. Bahan organik dari pupuk organik dapat membantu mempertahankan kelembaban tanah dengan membentuk agregat tanah yang lebih stabil serta menambah nutrisi bagi tanaman pokok kopi. 

"Nitrogen akan meningkatkan resistensi tanaman kopi terhadap kekeringan. Pemberian pupuk nitrogen ekstra 25 persen lebih banyak dari dosis tahunan disarankan untuk dilakukan saat ini pada akhir musim hujan untuk persiapan menghadapi dampak El Nino," paparnya.

Dampak Aturan Bebas Deforestasi UE

Sebagaimana dilaporkan Kemendag bahwa dalam neraca perdagangan Indonesia 2022, ekspor minyak sawit dan kulit serta produk turunannya, lalu karet, kopi, dan kakao menghasilkan 6,5 miliar dolar AS.

Sementara konflik deforestasi kian memanas, Indonesia bersama Uni Eropa baru saja memasuki putaran ke-14 perundingan perjanjian dagang atau Indonesia-European Union Comprehensive Economic Partnership Agreement (IEU CEPA). Sepanjang 2022, total perdagangan Indonesia-Uni Eropa tercatat mencapai 33,2 miliar dolar AS.

Indonesia meraih surplus lantaran ekspor Indonesia sebesar 21,5 miliar dolar AS sedangkan impor hanya 11,7 miliar dollar AS.

Mengenai dampak peraturan Uni Eropa (UE) terhadap kopi, Bagas Hapsoro mengatakan bahwa aturan UE ini bertujuan untuk memastikan agar semua produk luar yang memasuki pasar Eropa bukan berasal dari hutan yang rusak atau deforestasi.

"Untuk itu semua produk-produk dari hutan wajib dilakukan uji tuntas (due diligence) terkait proses penanaman, pengolahan dan pengiriman sebagai suatu sistem rantai pasok," tuturnya.

Mantan Dubes RI untuk Swedia ini juga menambahkan bahwa regulasi Uni Eropa bertentangan dengan prinsip dan kaidah aturan di World Trade Organization (WTO).

“Perlu kita pahami bahwa deforestasi sebagaimana disebutkan dalam EUDR untuk pemenuhan syarat berkelanjutan hanya berfokus pada komoditas pertanian di pasar komoditas global termasuk kopi," ujar Bagas. 

Baca juga : Smart City Logistics Jadi Solusi Keberlanjutan Dan Sistem Transportasi Kota

Padahal dalam prinsip Sustainable Development Goals (SDGs) PBB, masyarakat internasional tidak saja harus mencegah penggundulan hutan, tetapi juga pencegahan kemiskinan, kehidupan sehat, pendidikan, kesetaraan, energi bersih, pekerjaan, perdamaian, dan kemitraan untuk mencapai tujuan. Hal ini, sebutnya harus menjadi pertimbangan UE.

Dijelaskan lebih lanjut oleh Bagas, bahwa saat ini pebisnis kopi sudah mulai banyak mempertimbangkan untuk memakai teknologi blockchain dan traceability. Teknologi ini dianggap mampu melacak rantai pasok dan memberikan transparansi keaslian komoditi Indonesia kepada konsumen.

Penggunaan teknologi blockchain bertujuan memberi informasi kepada para penikmat kopi perihal perjalanan produk kopi tersebut. Dimulai dari proses pemetikan, peracikannya sampai ke tangan konsumen.

Beberapa perusahaan dan koperasi kopi Indonesia telah mengandalkan solusi blockchain. Teknologi yang mampu melacak rantai pasok produk secara efisien, transparan, dan real-time. 

Beragam informasi mengenai asal usul kopi, tanggal pemrosesan, informasi pengiriman, dan data relevan lainnya dimasukkan ke dalam blockchain.

Khusus mengenai aturan bebas deforestasi ini, kata Darto, Kemenko Perekonomian telah mengadakan pertemuan bersama para pemangku kepentingan. 

Pemerintah dengan pebisnis, LSM, akademisi dan asosiasi kopi akan terus sharing informasi dan memberikan rekomendasi berkenaan dengan diterapkannya peraturan deforestasi oleh Uni Eropa.  

"Ini adalah semacam national sustainability commodity dashboard. Sangat bermanfaat bila Indonesia dapat mengidentifikasi dan membuat kategorisasi pihak (peta rantai pasok), dan afirmasi bagi pihak petani," jelasnya.

Darto Wahab juga sepakat bahwa meskipun diskusi menentang cara-cara  sepihak yang dilakukan UE, namun pendekatan secara kemitraan dengan UE tetap harus ditempuh. Teknologi blockchain dan traceability harus diperkenalkan secara keseluruhan kepada petani, prosesor dan rostery.

Dalam diskusi yang melibatkan penonton kususnya generasi muda, tanya jawab juga diisi dengan pandangan pebisnis dan generasi muda dalam menghadapi sekaligus memecahkan kedua masalah diatas.

Kearifan Lokal

Baca juga : Kasus Korupsi Kementan, KPK Periksa Eks Mentan SYL Besok

Mewakili kelompok petani, prosesor dan roasteri, Sangaji mengharapkan dukungan semua pihak utamanya pemerintah untuk lebih serius memperhatikan kehidupan petani. 

”Perlu diingat bahwa 98 persen kopi adalah perkebunan rakyat. Kedaulatan pangan harus diperhatikan," pesan Sangaji.

Diantara yang hadir juga terdapat Resti Wenda, generasi muda yang mewakili Koperasi Papua (KOPPA). Menurutnya dampak El Niño  dan EUDR pada produk kopi sangat siginifikan dari segi ekonomi dan lingkungan hidup. Cara-cara dan strategi yang inovatif perlu terus dikembangkan untuk menanggulangi dampak bencana alam ini.

Disebutkan bahwa kopi asal Papua dan NTT dengan cita rasa yang unik rupanya sukses menarik perhatian para pencinta kopi di Singapura baru-baru ini. 

Kopi yang diproduksi KOPPA mempunyai cita rasa khas ini ditanam di empat lembah yang dihuni masyarakat Amungme di Papua, yaitu Tsinga, Hoeya, Waa/Banti dan Aroanop. Kualitas kopi tinggi menurut Resty Wenda mengingat masyarakat Amungme melakukan penanaman kopi secara organik.

“Mereka menggunakan cara pemupukan dengan tumbuh-tumbuhan pengikat nitrogen, mulsa organik untuk penutup tanah dan kompos yang terbuat dari sisa-sisa tanaman. Pupuk kimia pestisida dan herbisida tidak digunakan, ini yang membuat kopi Amungme gold begitu berharga," kata Resti Wenda.

Salah satu pegiat diplomasi kopi yang hadir dalam acara, Djumantoro Purbo mengkomentari bahwa kearifan lokal dan ekosistem begitu melekat dalam pengolahan kopi di daerah timur Indonesia. “Ini perlu ditiru daerah-daerah lainnya”, imbuh mantan Dubes Slowakia ini. 

Disebutkan Djumantoro bahwa minggu lalu (10/12) dalam sebuah acara lelang, kopi Mararogype Arabica dan dan Umar Hadi Mocha Specialty telah sukses mendapatkan penawaran tertinggi, masing-masing sebesar sebesar Rp 10 juta. 

Keseluruhan hasil lelang disumbangkan untuk anak-anak berkebutuhan khusus dan kanker. Cara-cara kreatif ini perlu diteruskan oleh petani Indonesia.

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Tags :