Dark/Light Mode

Bongkar Kisah Sukses Hilirisasi, Eks Mendag Luthfi: China-Eropa Ketar-Ketir

Rabu, 31 Januari 2024 21:05 WIB
Menteri Perdagangan periode 2020-2022 Muhammad Luthfi (Foto: Instagram)
Menteri Perdagangan periode 2020-2022 Muhammad Luthfi (Foto: Instagram)

RM.id  Rakyat Merdeka - Menteri Perdagangan periode 2020-2022 Muhammad Lutfi mengungkap kisah sukses hilirisasi yang dilakukan pemerintah Indonesia, hingga membuat negara-negara maju ketar-ketir.

Menurutnya, hilirisasi terbukti mampu meningkatkan nilai tambah ekspor non migas Indonesia. Bahkan, Indonesia sempat dicekal oleh Eropa dan China karena memiliki perkembangan ekspor yang begitu pesat.

Sebelum Desember 2019, kata Lutfi, Indonesia hanya mengekspor bijih atau ore nikel. Bahan mentah itu dijual ke China dengan harga 20 dolar Amerika Serikat (AS) per ton atau setara Rp 316.460 (asumsi kurs Rp15.823 per dolar AS).

Barang mentah itu lalu kembali dibeli Indonesia, menjadi barang jadi.

“Ini sudah menjadi cerita dari zaman penjajahan Belanda, tidak pernah berakhir sampai Indonesia merdeka,” ujar Lutfi dalam acara Relawan Pengusaha Muda Nasional (Repnas) Talkshow: Blak-blakan Soal Mobil Nasional dan Polemik LFP vs Nikel, Senin (29/1/2024).

Bukan hanya nikel, bauksit Indonesia juga digali oleh Jepang, karena memiliki konsesi sejak 1980. Jepang menggali Pulau Kijang di Kepulauan Riau sampai hampir tenggelam.

Nikel dan bauksit diolah negara-negara yang memiliki teknologi untuk bahan baku produk jadi, salah satunya kendaraan.

Baca juga : Hilirisasi Nikel Sukses Menekan Kemiskinan

Nantinya, produk-produk tersebut bakal masuk ke Indonesia melalui impor secara lengkap dan dirakit di Indonesia atau completely knocked down (CKD).

Sampai akhirnya, pada Desember 2019, Presiden Jokowi melarang ekspor ore nikel. Dieksekusi langsung oleh Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia.

Apa yang terjadi? Nilai ekspor Indonesia meroket. China lantas menerapkan kebijakan bea masuk tindak pengamanan (BMTP) atau safeguard dengan penalti 20 persen, sejak akhir 2020.

Negeri Panda melakukan hal tersebut, agar industri baja nirkaratnya tidak hancur karena Indonesia.

“Neraca perdagangan Desember 2019 ekspor ore kita yang berbasis nikel 1,1 miliar dolar AS (setara Rp17,4 triliun). Ini belum bicara baterai. Januari 2020, kita lihat berapa ekspor kita yang berbasis nikel, yang sudah diolah menjadi stainless steel," jelas Luthfi.

"Angkanya loncat menjadi 10,86 miliar dolar AS (setara Rp 171,8 triliun). Ada 11 kali nilai tambah, ekspor lagi ke China 69 persen. Industri China yang paling kompetitif di dunia, kalah sama Indonesia, dikasih barrier (hambatan tarif 20 persen),” bebernya.

Luthfi, yang saat itu merupakan menteri perdagangan periode 2020—2022, sempat khawatir ekspor Indonesia bakal turun karena kebijakan tersebut.

Baca juga : Ganjar Siap Hilirisasi Sektor Perkebunan Dan Kelautan Jika Jadi Presiden

Namun, neraca perdagangan Indonesia dengan China, tetap mencatatkan hasil positif bagi ekspor Indonesia. Pengiriman  baja nirkarat tumbuh hampir dua kali lipat.

Selain China, Eropa juga berupaya mencekal pertumbuhan ekspor Indonesia, dengan menyebut program hilirisasi Indonesia tidak ramah lingkungan.

Indonesia pun memerangi kebijakan diskriminatif tersebut melalui World Trade Organization (WTO).

Luthfi yang juga Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) periode 2015-2019, sangat mendukung hilirisasi yang ingin digenjot oleh pemerintah ke depan.

Dia bilang, Indonesia memiliki potensi yang sangat besar, untuk menjadi negara dengan perekonomian kuat.

Luthfi ingin, Indonesia bisa menjadi negara industri, yang menjadi kunci keluar dari jebakan negara berpendapatan menengah (middle income trap).

"Kita ada deadline, kalau tidak industrialisasi, telat dan tidak melaksanakan pada hari ini juga, maka kita tidak bisa keluar middle income trap. 2038-2040 kita selesai,” tutur mantan Duta Besar Indonesia untuk Amerika Serikat itu.

Baca juga : Genjot Hilirisasi, Menperin Groundbreaking Smelter Nikel Di Kaltim

Di sisi lain, Ketua Umum Repnas Anggawira menyatakan, hilirisasi merupakan cara bagi Indonesia untuk naik kelas menjadi negara maju. Sehingga, terlepas dari siapa yang nantinya memenangkan Pilpres 2024, presiden terpilih wajib meneruskan kebijakan hilirisasi.

Senada dengan pemaparan Lutfi, pria yang juga menjabat sebagai Sekjen Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) itu mengatakan, hilirisasi telah menaikkan daya tawar Indonesia di kancah global. Sehingga, tidak mudah untuk ditekan negara lain.

"Hilirisasi nikel memberikan dampak bagi pertumbuhan ekonomi kita. Jadi, program hilirisasi Presiden Jokowi harus dilanjutkan,”tutur Anggawira.

Sebagai negara penghasil nikel terbesar di dunia, Anggawira menilai Indonesia berpeluang menjadi pemain penting dalam rantai pasok global.

"Ini potensi besar untuk pembuatan mobil listrik besutan Indonesia sendiri. Jika tidak diolah, Indonesia akan menjadi negara yang begini-begini saja. Tidak naik kelas dan tidak maju-maju," tegas Anggawira.

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.