Dark/Light Mode
BREAKINGNEWS
Diungkap Luhut
Hilirisasi Nikel Sukses Menekan Kemiskinan
Jumat, 26 Januari 2024 07:10 WIB
RM.id Rakyat Merdeka - Pemerintah optimistis program hilirisasi industri pertambangan dapat menekan angka kemiskinan di daerah. Karena itu, program tersebut bakal terus dilakukan untuk kemajuan dan kemakmuran Indonesia.
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan, program hilirisasi nikel yang dilakukan di Morowali, Sulawesi Tengah (Sulteng), berhasil menekan angka kemiskinan.
Luhut menyebut, angka kemiskinan di Sulteng pada 2015 mencapai 14,7 persen. Namun setelah adanya hilirisasi, menurun menjadi 12,4 persen di 2023.
“Kita lihat data 2015, kemiskinan di sana 14,7 persen. Nah, data 2023 turun jadi 12,4 persen,” kata Luhut di Jakarta, Kamis (25/1/2024)
Baca juga : Berkat Ikuti Program Deradikalisasi, Eks Napiter Ajak Masyarakat Sukseskan Pemilu
Selanjutnya, dia juga merinci data kemiskinan, khusus untuk Kabupaten Morowali. Pada 2015 angka kemiskinan di sana 15,8 persen. Menurun menjadi 12,3 persen pada 2023.
“Kalau di Morowali, kita lihat data 2015, angka kemiskinan 15,8 persen dan pada 2023 turun menjadi 12,3 persen,” terangnya.
Luhut juga mengungkapkan, berkat program hilirisasi, ada salah satu politeknik yang didirikan di Morowali fokus pada industri logam.
Bahkan, mahasiswanya ada yang dikirim langsung ke China untuk belajar dan saat ini menjadi bagian dari pembangunan proyek smelter.
Baca juga : DPR Sarankan Pemerintah Cari Alternatif Energi Lain
“Menurut saya bagus, dan guru-gurunya juga ada yang dari ITB, UIyang kita ajak mengajar di sana dan mereka langsung praktik di industrinya. Malah ada yang dikirim ke China untuk belajar teknologi yang lebih advance lagi. Sekarang mereka bekerja menjadi bagian dari pembangunan proyek smelter di Sulawesi,” jelasnya.
Karena itu, Luhut juga menekankan bahwa proses suatu industri tidak lepas dari kualitas pendidikan.
Masih soal hilirisasi, Luhut mengatakan, jika harga nikel terlalu tinggi akan sangat berbahaya bagi perekonomian. Apalagi, Indonesia merupakan negara dengan cadangan nikel terbesar di dunia.
“Kita belajar dari kasus cobalt tiga tahun lalu, harganya begitu tinggi, orang akhirnya mencari bentuk baterai lain. Ini salah satu pemicu lahirnya Lithium Ferro Phosphate (LFP),” ujar Luhut.
Baca juga : Resakralisasi Alam Semesta: Mengembalikan Kesakralan Alam Semesta
Menurutnya, lithium battery berbasis nikel bisa didaur ulang. Namun, LFP sampai saat belum bisa didaur ulang.
“Teknologi itu terus berkembang. Kita bersyukur LFP juga kita kembangkan dengan China,” kata Luhut.
Artikel ini tayang di Rakyat Merdeka Cetak edisi Jumat 26/1/2024 dengan judul Diungkap Luhut, Hilirisasi Nikel Sukses Menekan Kemiskinan
Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News
Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Tags :
Berita Lainnya