Dark/Light Mode

52 Persen Negara Berkembang Hadapi Masalah Fiskal

Menkeu: APBN Tak Sehat, Kondisi Utang Tertekan…

Jumat, 8 Maret 2024 07:00 WIB
Ilustrasi APBN (Foto: Istimewa)
Ilustrasi APBN (Foto: Istimewa)

RM.id  Rakyat Merdeka - Kondisi ketegangan geopolitik berdampak buruk bagi perekonomian negara. Inflasi global diramal makin tinggi, investasi ke Indonesia juga bisa terhambat.

“Tadi disampaikan dalam pa­paran pendek di awal bahwa kondisi global masih dipenuhi dengan ketegangan geopolitik. Ini akan semakin menekan minat investasi,” kata Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati saat BRI Micro­finance Outlook 2024 di Jakarta, Kamis (7/3/2024).

Akibatnya, investasi tidak lagi berdasarkan pada profitabilitas. Na­mun juga terjadi fragmentasi ber­dasarkan teman atau tidak teman, atau yang disebut friendshoring.

Sri Mulyani juga menyoroti inflasi global yang relatif masih tinggi. Kondisi ini menyebab­kan tekanan suku bunga global yang masih tinggi atau higher for longer.

Baca juga : Duh, Ribuan Mahasiswa Terancam Putus Kuliah

Dia menjelaskan, inflasi global masih pada tingkat yang lebih tinggi meski sudah mengalami penurunan pada masa pun­caknya, yaitu pada 2022-2023. Ini menyebabkan tekanan suku bunga global masih tinggi.

“Ada harapan suku bunga global, maksudnya di negara-negara maju, akan mulai menu­run. Namun harapan ini akan sedikit direm mungkin dalam pertemuan G20 juga Bank Sen­tral Amerika Serikat (AS) mau­pun Eropa,” jelasnya.

Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia ini juga menjelas­kan, ada sederet persoalan global yang menjadi perhatian negara anggota G20.

Salah satu persoalan saat ini, yakni terkait pengelolaan fiskal. Mayoritas negara berkembang dan berpendapatan rendah dihadapkan pada beban utang yang besar.

Baca juga : Barcelona Vs Real Mallorca, Ngejar Poin Penuh

Menurutnya, negara-negara berkembang saat ini, 52 persen­nya sedang menghadapi masalah fiskal.

APBN-nya tidak sehat, utangnya dalam kondisi ter­tekan. Mereka tidak memiliki akses terhadap capital, sehingga mereka tidak mampu pulih se­menjak pandemi,” katanya.

Dalam situasi ini, sangat diperlukan institusi multilateral agar menjadi solusi. Terutama dalam persoalan pembiayaan.

Governance mereka perlu di-reform dan size-nya perlu diting­katkan. Indonesia memberikan banyak masukan,” ucapnya.

Baca juga : Sempat Tertinggal 20 Poin Di Laga NBA, Clippers Jungkalkan Rockets

Masalah selanjutnya, kela­paran yang melanda negara miskin. Salah satu pemicunya, yaitu krisis pangan yang mengakibatkan beberapa negara pro­dusen pangan mulai mempro­teksi sumber daya. DIR

Artikel ini tayang di Harian Rakyat Merdeka Cetak, Halaman 10, edisi Jumat, 08 Maret 2024 dengan judul "52 Persen Negara Berkembang Hadapi Masalah Fiskal Menkeu: APBN Tak Sehat, Kondisi Utang Tertekan…"

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.