Dark/Light Mode

Imbas Kenaikan Harga Beras

Jumlah Masyarakat Miskin Ekstrem Bakal Bertambah

Kamis, 21 Maret 2024 07:00 WIB
Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani saat rapat kerja ber­sama Komisi XI DPR, Jakarta, Selasa (19/3/2024). TEDY OCTARIAWAN KROEN / RM
Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani saat rapat kerja ber­sama Komisi XI DPR, Jakarta, Selasa (19/3/2024). TEDY OCTARIAWAN KROEN / RM

RM.id  Rakyat Merdeka - Tingginya harga beras menjadi perhatian Pemerintah karena kenaikannya berdampak terhadap inflasi pangan. Selain itu, kenaikan harga komoditas tersebut bisa menambah jumlah masyarakat yang masuk kelompok miskin ekstrem.

Padahal, saat ini Pemerintah sedang kerja keras menekan angka kemiskinan ekstrem men­jadi 0 persen pada 2024.

Hal tersebut diungkapkan Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani saat rapat kerja ber­sama Komisi XI DPR, Jakarta, Selasa (19/3/2024).

Baca juga : Warga Kamal Hemat Ratusan Ribu/Bulan

Dalam laporannya, wanita yang akrab disapa Ani itu men­jelaskan, inflasi pangan bergejo­lak atau volatile food mencapai 8,5 persen secara year-on- year (yoy) pada Maret 2024 yang disumbang dari komoditas beras.

“Lonjakan harga beras ber­dampak langsung terhadap kesejahteraan kelompok miskin ke bawah, karena beras menjadi makanan pokok masyarakat In­donesia. Kondisi ini terus kita waspadai,” kata Ani dalam keterangan resminya, Rabu (20/3/2024).

Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia itu mengatakan, kenaikan harga beras saat ini disebabkan kondisi cuaca yang masih terpengaruh El Nino yang mengakibatkan mundurnya panen raya.

Baca juga : Indonesia Vs Vietnam, Kemenangan Harga Mati

Selain itu, tingginya harga beras juga dipengaruhi mening­katnya harga pupuk dunia akibat ketegangan geopolitik antara Ru­sia dan Ukraina. Hal itu membuat tren kenaikan harga beras terjadi merata di berbagai negara.

“Karena itu, Pemerintah telah melakukan langkah dengan pengadaan beras luar negeri mela­lui impor dan juga melakukan stabilisasi melalui intervensi dari distribusi,” tutur Ani.

Di kesempatan yang sama, Ani juga mengungkapkan, saat ini masih terjadi ketidakpastian perekonomian global dengan beragam risikonya.

Baca juga : Halep Dikritik Wozniacki

Sementara, realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) sampai pertengahan Maret 2024 masih menunjukkan kinerja yang prima.

Ani menjelaskan faktor-faktor yang menyebabkan ekonomi global masih berisiko tinggi. Di antaranya, kebijakan suku bunga tinggi dalam waktu lama (higher for longer) yang dilakukan negara maju terutama Amerika Serikat.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.