Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Pelaku Usaha Harusnya Bisa Antisipasi Kenaikan Harga Gas

Senin, 4 November 2019 07:50 WIB
Infrastruktur gas/Ilustrasi (Foto: bphmigas.go.id)
Infrastruktur gas/Ilustrasi (Foto: bphmigas.go.id)

RM.id  Rakyat Merdeka - Pembatalan rencana kenaikan harga gas industri PT PGN dinilai pelaku pasar modal bakal meningkatkan ketidakpastian investasi di pengembangan infrastruktur gas nasional termasuk menekan bisnis perseroan. Padahal, sebagai sub-holding gas, PGN memiliki tanggung jawab untuk terus membangun infrastruktur gas bumi guna memperluas jangkauan pasar.

Kepala Riset PT Koneksi Kapital, Marolop Alfred Nainggolan, menilai pembatalan atas rencana PGN tersebut juga merugikan investor di pasar modal. Pasalnya, ruang ekspansi bagi perusahaan plat merah ini untuk melakukan aksi korporasi semakin terbatas. Sementara, harga gas industri yang berlaku saat ini tidak pernah mengalami kenaikan sejak 2013.

"PGN bisnisnya capital intensive pembangunan infrastruktur gas. Artinya perlu pendanaan besar. Kalau terus mengandalkan liabilitas saja tentu nggak sehat. Perlu diimbangi ekuitas yaitu laba (retained earning). Beban produksi, usaha dan bahkan beban keuangan mengalami kenaikan tiap tahun, kalau tidak ada penyesuaiaan dengan menaikan harga jual nggak sehat. Bagaimana bisa tumbuh cepat, kalau kesempatan untuk tumbuh dibatasi," jelas Marolop, di Jakarta, Minggu (3/11).

Baca juga : Sekarang, Dia Hadir Di Antara Kami

Menurut Marolop, kenaikan harga gas seharusnya tidak sampai menganggu kinerja sektor industri. Selain kenaikan harganya tidak terlalu besar, para pelaku usaha mestinya telah mengantisipasi potensi kenaikan harga energi. Toh dibandingkan dengan sumber energi lain seperti BBM, harga gas bumi jauh lebih efisien. 

Harga gas industri di Indonesia berkisar antara 10-11 dolar AS per MMBTU. Harga gas industri di Indonesia juga jauh lebih rendah dibandingkan Vietnam dan China yang industrinya sedang tumbuh pesat. Bahkan dibandingkan harga gas rumah tangga yang berkisar Rp 6.000 per meter kubik. Sedangkan harga gas industri hanya Rp 4.000 per meter kubik.

Harga gas bumi ke pelanggan industri yang tidak mencapai tingkat keekonomian ini pada akhirnya berujung pada kinerja PGN. Sampai kuartal III 2019, laba bersih PGN mengalami koreksi 47,1 persen menjadi 129,1 juta dolar AS dibanding periode yang sama 2018 sebesar 244,3 juta dolar AS. Pekan lalu, saham PGN di Bursa Efek Indonesia tergerus 20,9 persen ke level Rp 1.850 per saham.

Baca juga : Tok, PGN Tunda Kenaikan Harga Gas Industri

Ekonom Defiyan Cori menilai, tekanan Kadin terhadap pemerintah untuk membatalkan kenaikan harga gas industri menunjukkan bahwa sektor manufaktur Indonesia lemah dan belum efisien. Mestinya, kenaikan harga energi seperti ini sudah menjadi bagian dari mitigasi risiko bisnis, sehingga telah diantisipasi sejak awal. 

"Dengan menekan pemerintah untuk membatalkan kenaikan harga gas, Kadin telah bertindak sewenang-wenang. Badan usaha seperti PGN juga punya hak untuk mengelola bisnisnya. Toh PGN punya tanggung jawab untuk memperluas pemanfaatan gas bumi di Indonesia," ujar Defiyan.

Lebih jauh Defiyan menerangkan, kenaikan harga gas industri ini sejatinya berawal dari harga gas di hulu yang sudah tinggi. Sebagai contoh, harga gas Conocophillips (Pekanbaru) 7,04 dolar AS per MMBTU, Lapindo (Jawa Timur) 7,649 dolar AS per MMBTU, Pertamina EP Benggala (Medan) 8,49 dolar AS per MMBTU, Pertamina Hulu Energi (PHE) WMO (Jawa Timur) 7,99 dolar AS per MMBTU, dan Santos (Jawa Timur) 5,79 dolar AS per MMBTU.

Baca juga : UIN SGD Gelar Upacara Sarung di Peringatan Hari Santri

"Dengan struktur harga hulu seperti itu, tidak mungkin badan usaha mana pun menjual di harga yang sama dengan hulu. Selain ada banyak biaya, seperti biaya perawatan pipa, biaya toll fee, badan usaha juga harus untung agar dapat membiayai pembangunan infrastruktur gas lainnya yang butuh modal besar. Ini yang diabaikan oleh Kadin," tandasnya. [USU]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.