Dark/Light Mode

EBT (Energi Biogas Terbarukan): Tanggap Krisis Iklim di Indonesia

Jumat, 12 April 2024 06:32 WIB
Kontaminasi air limbah. (Sumber: Pinterest)
Kontaminasi air limbah. (Sumber: Pinterest)

EBT (Energi Biogas Terbarukan): Tanggap Krisis Iklim di Indonesia melalui Dekontaminasi Air Limbah dengan Sistem Mikroalga-Bakteria 

PENDAHULUAN:

Kasus krisis iklim di Indonesia menjadi pusat perhatian kita semua karena identik dengan peningkatan suhu lingkungan. Suhu rata-rata di lingkungan yang naik bisa mencapai hampir 2℃ tiap tahun (He et al. 2023). Pada akhir abad ke-21, emisi GRK (gas rumah kaca) dapat mengakibatkan kenaikan suhu rata-rata global sebesar 3,7-4,80℃ (Sagala et al. 2024). Alasan di balik suhu yang semakin tinggi tersebut berawal dari permasalahan kontaminasi air, ditambah penyebab lainnya seperti jumlah populasi penduduk yang tinggi, permintaan sumber air bersih yang naik, dan pengaruh kualitas air yang turun (Umami et al. 2022).

Kontaminasi air limbah dapat menghasilkan emisi karbon dioksida (CO2) yang berlebihan dan berpotensi merusak lingkungan. Oleh karena kenaikan suhu global yang berkepanjangan di masa depan dapat menyebabkan keburukan krisis iklim, maka kondisi lingkungan perairan di Indonesia perlu diperhatikan lebih intens (Kurniawan et al. 2024).

Berdasarkan laporan KLHK (Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan), sebanyak 82% dari total 550 sungai yang terdata di Indonesia dinilai sangat buruk kualitas airnya (Hendrawan et al. 2021). Tercatat 694 miliar meter kubik suplai air per tahun di Indonesia sangat melimpah, namun faktanya sekitar 23% yang telah dimanfaatkan masyarakat Indonesia dan 77% sisanya telah terkontaminasi menjadi air limbah (Umami et al. 2022). Karena dari tahun ke tahun masalah kontaminasi air limbah semakin meluap, maka lingkungan perairan di Indonesia menjadi tidak stabil (Umami et al. 2022). Lingkungan yang tidak stabil akan membawa banyak efek buruk. Misalnya penurunan kualitas air, banjir dan kekeringan, penipisan air tanah, penurunan permukaan tanah, erosi dan pengendapan, dan intrusi air laut yang kemungkinan terkait dengan masalah perubahan iklim (IRENA, 2021). 

Dekontaminasi air limbah mampu mengakhiri masalah krisis iklim dengan cara memisahkan penyebab kontaminan air limbah berupa emisi CO2 dari lingkungan yang tidak tercemar (Kurniawan et al. 2024). Dengan hasil dekontaminasi air limbah yang menghilangkan komposisi CO2 saja, energi biogas biasa dapat ditingkatkan nilai efisiensinya menjadi sumber energi biogas terbarukan (EBT). Namun, permintaan EBT di kalangan konsumen dan masyarakat Indonesia berkisar kurang dari 0,3% dibandingkan penggunaan sumber energi terbarukan (energi surya, angin, panas bumi, dan sebagainya) yang telah ada (Haldar et al. 2023). 

Baca juga : Tebar Energi Kebersamaan, PHE Salurkan Bantuan Rp 4 Miliar

Sistem mikroalga-bakteria merupakan pilihan terbaik yang memadukan peran mikroalga dan bakteria untuk konversi air limbah menjadi EBT (He et al. 2023). Namun, pemanfaatan sistem mikroalga-bakteria belum banyak diterapkan luas terutama pada ¾ kawasan perairan di Indonesia yang telah terkontaminasi air limbah (Umami et al. 2022).

Walaupun demikian, EBT akan berkembang pesat sebagai langkah diversifikasi energi terbarukan di masa depan. Mengingat hal tersebut, EBT dapat dikembangkan sebagai energi alternatif dalam mencapai green footprint dengan strategi emisi karbon yang paling rendah sehingga menghasilkan umpan balik untuk keberlanjutan lingkungan. 

PEMBAHASAN:

Pemrosesan EBT (Energi Biogas Terbarukan):

EBT dari kontaminan air limbah dapat diproses berurutan sesuai prinsip anaerobik atau proses berlangsungnya konversi energi tanpa adanya oksigen. Empat tahap pemrosesan EBT, yaitu hidrolisis (fermentasi), asidogenesis, asetogenesis, dan metanogenesis (Noerdjito, 2019). Metanogenesis adalah tahap terakhir dari proses anaerobik, sekaligus jalur penting untuk produksi EBT berbasis energi metana (Noerdjito, 2019). Secara umum, komponen potensial EBT yang diproduksi pada akhir metanogenesis meliputi metana (55-75%), karbon dioksida (30-45%), hidrogen (1-10%), hidrogen sulfida (1-2%), nitrogen (1-2%), dan oksigen (<1%) (Periyasamy et al. 2022). EBT juga dapat diperbarui dan ditingkatkan dalam bentuk biometana dan biohidrogen.

Dengan pemanfaatan EBT dari kontaminasi air limbah, Indonesia dapat menghemat penggunaan bahan bakar fosil untuk pemenuhan kebutuhan energi pokok harian dan beralih ke bahan bakar ramah lingkungan. EBT secara anaerobik dapat memenuhi target bioenergi nasional tahun 2025 dan perolehan emisi karbon yang berkurang sebesar 40 MtCO2eq/tahun (Sagala et al. 2024).

Baca juga : BNPT Apresiasi Konsistensi UNODC Dukung Penanggulangan Terorisme di Indonesia

Sistem Mikroalga-Bakteria:

Komunitas mikroalga dan bakteria mempengaruhi siklus karbon di perairan sehingga berpengaruh juga terhadap kondisi krisis iklim (Noerdjito, 2019). Diketahui bahwa bakteria berperan dapat meningkatkan pertumbuhan mikroalga dengan cara produksi CO2 dan pertukaran nutrien (He et al. 2023). Mikroalga dapat memanfaatkan emisi COuntuk proses fotosintesis. Sama halnya seperti tumbuhan berklorofil, mikroalga termasuk makhluk autotrof yang dapat menghasilkan sumber makanan sendiri buat pertumbuhannya. Bahan organik untuk proses fotosintesis itu didapat dari produk COyang disintesis oleh bakteri. COini akan ditangkap mikroalga dan diasimilasi menjadi O2 dan glukosa.

Penggunaan mikroalga-bakteria ke depannya dapat berfungsi sebagai penetralisir emisi karbon menjadi EBT yang ramah lingkungan selain menghasilkan air bersih. Studi demonstrasi selama satu tahun melaporkan bahwa limbah mentah yang didekontaminasi bersama dengan biomassa mikroalga-bakteria berhasil menunjukkan pengurangan keseluruhan 65% COD (chemical oxygen demand) dan 61% N-NH4 dari sistem (Satya et al. 2023).

Interaksi antar sistem mikroalga-bakteria bermanfaat untuk konsumsi energi yang lebih rendah, termasuk emisi karbon juga ikut turun. EBT ini dapat dimurnikan 95% dalam bentuk energi terbarukan berbasis gas metana setelah dipisahkan dari gas CO2 (Feiz et al. 2022). Untuk itu, sistem mikroalga-bakteri ini akan menghasilkan sumber EBT yang melimpah di mana hasil dari dekontaminasi air limbah tersebut akan menurunkan dampak emisi CO2 yang bersinggungan dengan krisis iklim (Kasbaji et al. 2023). 

Tantangan dan Potensi Keberlanjutan EBT:

Tertuang pada Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2014 tentang Kebijakan Energi Nasional, target bauran energi baru dan terbarukan minimal 23% pada tahun 2025 dan 31% pada tahun 2050 (IEA, 2020). Di samping EBT berpotensi bisa memenuhi target bauran energi primer di Indonesia, EBT mampu mengurangi emisi GRK sebesar 29% dan menjaga keluaran emisi karbon di angka paling rendah pada tahun 2030 (IRENA, 2021). Namun, implementasi pengembangan EBT di Indonesia perlu diselaraskan dengan kebijakan tentang tanggap krisis iklim.  

Baca juga : Menteri Siti: Panggung Kolaborasi Rimbawan Jadi Konsolidasi Kerja Bersama

PENUTUP

EBT adalah energi yang ketersediaannya sedikit dimanfaatkan di Indonesia. Dengan adanya kerja sama antar masyarakat dan pemerintah, EBT akan diaplikasikan menjadi energi baru yang ramah lingkungan dan rendah emisi CO2 sebelum tahun 2030. Seperti halnya sistem mikroalga-bakteria, harus ada agen pembawa perubahan lingkungan dari masalah utama yaitu krisis iklim menjadi solusi bagi sesama.

Untuk menyelesaikan masalah tersebut, solusinya disatukan dari ketiga hal yang saling berhubungan. Dari mengetahui parahnya suhu yang naik akibat krisis iklim, lalu diatasi dengan pendekatan lingkungan yaitu dekontaminasi air limbah menggunakan sistem mikroalga-bakteria, selanjutnya dihasilkan EBT yang bersih dari kontaminan dan mengandung kadar CO2 yang paling rendah. Bila solusi (krisis iklim-lingkungan-energi) terhubung menjadi satu, maka akan melahirkan dampak yang besar dalam hal keberlanjutan lingkungan di Indonesia.

K. William Hendri Panjaitan
K. William Hendri Panjaitan
K. William Hendri Panjaitan

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.