Dark/Light Mode

Hadapi Eskalasi Konflik Timur Tengah, Fundamental Ekonomi Indonesia Masih Kuat

Senin, 15 April 2024 23:45 WIB
Menko Airlangga (tengah) saat memimpin Rapat Koordinasi dengan melibatkan seluruh unsur Kedeputian bersama Kementerian Luar Negeri dan sejumlah Duta Besar, Senin (15/4/2024). (Foto: Humas Ekon)
Menko Airlangga (tengah) saat memimpin Rapat Koordinasi dengan melibatkan seluruh unsur Kedeputian bersama Kementerian Luar Negeri dan sejumlah Duta Besar, Senin (15/4/2024). (Foto: Humas Ekon)

RM.id  Rakyat Merdeka - Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian menggelar Rapat Koordinasi dengan melibatkan seluruh unsur Kedeputian bersama Kementerian Luar Negeri dan sejumlah Duta Besar pada Senin (15/4/2024), sebagai bentuk respons cepat atas perkembangan konflik di Timur Tengah, pasca serangan Israel ke fasilitas Diplomatik Iran di Damaskus dan serangan balasan Iran ke Israel.

Dalam kesempatan ini, Menteri Koordinator (Menko) Perekonomian Perekonomian Airlangga Hartarto mengundang Direktur Jenderal Asia Pasifik dan Afrika (Dirjen Aspasaf), Duta Besar (Dubes) RI Amman, Dubes RI Teheran, dan Perwakilan KBRI di Beirut Untuk menyampaikan kondisi terkini terkait situasi di Timur Tengah, yang nantinya akan menjadi background langkah-langkah selanjutnya.

"Pelaksanaan Rapat Koordinasi ini merupakan assesment untuk upaya deeskalasi dampak konflik di kawasan Timur Tengah terhadap perekonomian Indonesia,” kata Menko Airlangga.

Dubes RI di Amman (Jordania) Ade Padmo Sarwono menyampaikan update perkembangan situasi di kawasan, dan menyampaikan harapan kiranya perkembangan ini tidak mengalami eskalasi, karena akan berdampak pada ekonomi negara-negara di kawasan. Termasuk, Indonesia.

“Berbagai pihak saat ini berupaya untuk meredam eskalasi konflik. Secara umum, ketegangan di kawasan meningkat, namun sejauh ini masih dapat dikelola,” ungkap Dubes Ade Padmo Sarwono.

Baca juga : Menko Airlangga: Pemerintah Tidak Tinggal Diam, Langkah Antisipatif Disiapkan

Dubes RI Teheran (Iran) Ronny P Yuliantoro juga menyampaikan perkembangan politik dalam negeri Iran, Serta antisipasi berbagai dampak eskalasi dari serangan Iran ke Israel.

Menurutnya, kita perlu mengantisipasi dampak ketegangan di kawasan dan disrupsi logistik serta rantai pasok, mengingat pentingnya posisi dan jalur Selat Hormuz yang mengakomodasi puluhan ribu kapal per tahun.

Sementara Dirjen Aspasaf Abdul Kadir Jailani, menekankan perlunya antisipasi kemungkinan eskalasi dari situasi yang ada di Kawasan pada saat ini.

Abdul Kadir juga menyampaikan, semua pihak saat ini tidak menginginkan eskalasi. Meski begitu, kita perlu mengantisipasi berbagai kemungkinan yang akan terjadi, dan dampaknya terhadap ekonomi. Mengingat nilai penting Selat Hormuz dan Laut Merah, serta pengaruhnya terhadap harga minyak dan biaya logistik.

Peningkatan konflik geopolitik Iran dan Israel pada akhir pekan kemarin, cukup berdampak terhadap kondisi perekonomian global.

Baca juga : Paus Fransiskus: Jangan Seret Timur Tengah Ke Dalam Konflik Yang Lebih Luas

Harga minyak mentah global masih berfluktuasi. Pada perdagangan Senin (15/4/2024), harga minyak mentah jenis Brent melemah 0,18 persen (dtd) ke level 90,29 dolar Amerika Serikat (AS)/Barel. Angka ini jauh lebih tinggi, dibanding posisi 1 Januari 2024 sebesar 77,4 dolar AS/Barel.

Sementara minyak mentah jenis WTI turun 0,28 persen ke level 85,42 dolar AS/Barel. Atau tinggi dibanding posisi 1 Januari 2024 sebesar 71,65 dolar AS/Barel.

Eskalasi konflik geopolitik tersebut juga telah membuat indeks dolar AS meningkat. Hal ini menyebabkan melemahnya indikator finansial sejumlah negara, terutama emerging market.

Mayoritas nilai tukar di Kawasan Asia Pasifik pada Senin (15/4/2024), bergerak melemah terhadap dolar AS. Baht Thailand dan Won Korea terdepresiasi sebesar 0,24 persen (dtd), dan Ringgit Malaysia sebesar 0,24 persen (dtd).

Mayoritas bursa di Asia Pasifik juga dilaporkan bergerak di zona merah. Dalam Penutupan Pasar pada Senin (15/4/2024), indeks FKLCI Malaysia melemah 0,55 persen (dtd), diikuti Kospi sebesar 0,42 persen (dtd).

Baca juga : Antisipasi Eskalasi Konflik Timur Tengah, Kemlu Minta WNI Ekstra Hati-Hati

Untuk Indonesia, Bursa Efek Indonesia dan Pasar Spot Rupiah domestik masih tutup, seiring libur Hari Raya Idulfitri. Namun, berdasarkan data pasar spot luar negeri (trading economics), nilai tukar rupiah berada di level Rp 16.060 atau mengalami apresiasi 0,31 persen (dtd). Ini baik dibandingkan negara- negara lain seperti Korea, Filipina, dan Jepang.

Untuk meredam dampak kenaikan harga minyak global akibat konflik geopolitik Iran dan Israel, pemerintah juga mencermati kondisi APBN, agar dapat menjalankan perannya secara optimal sebagai shock absorber.

Koordinasi lebih lanjut akan dilakukan bersama otoritas moneter dan fiskal, untuk menghasilkan bauran kebijakan dalam menjaga pertumbuhan dan stabilitas ekonomi.

Rapat Koordinasi ini antara lain dihadiri Sekretaris Kemenko Perekonomian Susiwijono Moegiarso, Deputi Ekonomi Makro dan Keuangan Ferry Irawan, Deputi Pangan dan Agribisnis Dida Gardera, Deputi Pengembangan Usaha BUMN, Riset, dan Inovasi Elen Setiadi, Deputi Kerja Sama Ekonomi Internasional Edi Prio Pambudi, Juru Bicara Kemenko Perekonomian Haryo Limanseto, serta Staf Khusus Menko Perekonomian Raden Pardede dan Reza Yamora Siregar. 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.