Dark/Light Mode

Sanksi Amerika Cs Nggak Nendang

Ekonomi Rusia Kokoh, Nyari Kerja Gampang

Rabu, 27 Maret 2024 08:00 WIB
Kedai kopi Starbucks yang berganti nama jadi Stars Coffee di pusat perbelanjaan Arbat, Moskow, Rusia. (Foto: Kartika Sari/Rakyat Merdeka/RM.id)
Kedai kopi Starbucks yang berganti nama jadi Stars Coffee di pusat perbelanjaan Arbat, Moskow, Rusia. (Foto: Kartika Sari/Rakyat Merdeka/RM.id)

RM.id  Rakyat Merdeka - Pasca mengambil alih Krimea lewat referendum dan menginvasi Ukraina, Rusia dibombardir sanksi ekonomi oleh Amerika Serikat (AS) dan sekutunya. Rusia pun kini menjadi negara yang dijatuhi sanksi paling banyak di dunia.

Mengutip BBC News, sejak Rusia menginvasi Ukraina pada Februari 2022, AS, Inggris dan Uni Eropa, bersama negara-negara lain termasuk Australia, Kanada, dan Jepang, telah menerapkan lebih dari 16.500 sanksi terhadap Rusia.

AS dan sekutunya yakin, ekonomi Rusia akan collapse (ambruk) jika dibombardir sanksi. Namun, faktanya, ekonomi negara yang dipimpin Presiden Vladimir Putin itu, tetap kuat dan kokoh.

Fakta itu disaksikan sendiri oleh wartawan Rakyat Merdeka/RM.id Kartika Sari yang pada 12-20 Maret lalu mengunjungi Rusia. Rakyat Merdeka mendapat undangan dari Pemerintah Rusia sebagai observer Pemilu Presiden (Pilpres) yang digelar pada 15-17 Maret 2024.

Baca juga : Merugikan Konsumen, SPBU Nakal Wajib Ditindak Tegas Nih…

Selama di Rusia, Rakyat Merdeka mengunjungi ibu kota Rusia: Moskow dan Kota Ufa serta Distrik Ishimbay, Dari pantauan Rakyat Merdeka, kehidupan masyarakat di tiga tempat itu berjalan normal. Roda ekonomi juga bergerak seperti biasa. Republik Bashkortostan.

Fakta itu juga dibenarkan oleh Duta Besar (Dubes) Indonesia untuk Rusia merangkap Belarus, Rusia Jose Antonio Morato Tavares. Menurut Tavares, sanksi ekonomi dari AS dan negara-negara Barat, gagal membuat ekonomi Rusia runtuh.

“Ekonomi Rusia tahun lalu tumbuh sekitar 3,5 persen. Jumlah perputaran uang di dalam negeri juga berlimpah. Padahal Rusia saat ini menjadi negara yang diganjar sanksi ekonomi terbanyak di dunia,” ungkap Tavares dalam wawancara eksklusif dengan Rakyat Merdeka/RM.id di Wisma Duta Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Moskow, Senin (18/3).

Menurutnya, di Rusia juga tidak ada homeless alias gelandangan. “Coba cek deh, di kota Moskow aja sangat sulit menemukan gelandangan,” katanya.

Baca juga : Retribusi Banyak Bocor, Tertibin Dong Parkir Liar

Kondisi sebaliknya justeru terjadi di negara pemberi sanksi, yaitu AS dan Eropa seperti Jerman dan Inggris. Inggris kini dinyatakan mengalami resesi ekonomi. Sedangkan perekonomian AS makin mengkeret. Dikutip dari Bloomberg, Jumat (26/1/2024), pada tahun 2023, ekonomi AS cuma tumbuh 2,5 persen.

Bahkan pasca Pandemi Covid-19, makin banyak gelandangan di kota-kota besar AS seperti New York, Los Angeles dan San Francisco. Menurut sumber Rakyat Merdeka yang pernah tinggal di California dan masih sering bolak balik ke AS, wajah ketiga kota besar di Negeri Paman Sam itu kini berubah menjadi kumuh.

Kondisi di Jerman tak jauh beda. Raksasa ekonomi di Eropa itu, mulai sempoyongan. “Ekonomi Jerman tertekan karena tak bisa lagi membeli gas dari Rusia dengan harga murah. Akhirnya Jerman terpaksa membeli gas dari AS yang harganya lima kali lipat lebih mahal dari Rusia,” ungkap Tavares.

Lapangan Kerja Melimpah

Baca juga : Aguero: Bukan Duel Penentu Gelar Juara

Benarkah sanksi ekonomi AS dan sekutunya kepada Rusia nggak nendang? Pada Selasa (19/3/2024) malam, Rakyat Merdeka dan Yeyen Rostiyani dari agronet.co.id, bertemu Alexander Ilyutochkin. Alex adalah warga Rusia yang tinggal di Moskow dan pernah bekerja di Indonesia. Alex mengajak kami hangout dan dinner di sebuah restoran makanan Armenia di Arbat, kawasan yang terkenal sebagai tempat berburu souvenir dan aneka restoran serta cafe.

Menurut Alex yang bekerja di sebuah perusahaan Information Technology (IT), sanksi dari AS dan sekutunya gagal meruntuhkan ekonomi negaranya. Bahkan setelah ribuan sanksi baru dijatuhkan Barat pasca perang di Ukraina, ekonomi Rusia makin kuat.

“Seperti yang kamu lihat, kehidupan masyarakat Rusia berjalan normal. Restoran, bar dan supermarket tetap ramai pengunjung. Bisnis tetap berjalan seperti biasa,” ujarnya.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.