Dark/Light Mode

Kawasan Energi Mandiri: Pemanfaatan Biogas pada Zero Energy House (ZEH)

Senin, 22 April 2024 21:40 WIB
Ilustrasi Kombinasi Konsep ZEH dan Pemanfaatan Biogas (Sumber: Bing AI)
Ilustrasi Kombinasi Konsep ZEH dan Pemanfaatan Biogas (Sumber: Bing AI)

Setiap aktivitas yang dilakukan manusia membutuhkan energi, baik energi baru terbarukan ataupun energi tak terbarukan. Namun sayangnya, penggunaan energi tak terbarukan secara terus menerus akan mengancam ketersediannya. Oleh karena itu, pengimplementasian dan penggunaan energi alternatif yang baru terbarukan harus segera di optimalkan

Eksisting Energi di Indonesia

Pada tahun 2023, Penggunaan energi di Indonesia masih di dominasi oleh energi tak terbarukan. Berdasarkan data Dewan Energi Nasioal (DEN) presentase bauran energi nasional 2023 oleh batu bara (40,46%), Minyak Bumi (30,18%), Gas Bumi (16,28%), dan EBT (13,09%) (Kementrian ESDM RI,  2024). Hal ini menunjukkan bahwa Indonesia masih bergantung pada penggunaan energi fosil. Penggunaan energi fosil secara terus menerus akan menyebabkan berbagai ancaman yang mungkin akan terjadi di Indonesia, yaitu : 1)Menipisnya cadangan minyak bumi yang ada (apabila tidak ditemukan sumur minyak baru) ; 2) Kenaikan dan ketidak stabilan harga akibat permintaan yang lebih besar daripada ketersediaan minyak bumi;  3) Pembakaran bahan bakar fosil menyebabkan polusi gas rumah kaca (Lubis,2007)

Saat ini, pemerintah terus berupaya dalam meningkatkan bauran energi nasional, namun sayangnya terdapat beberapa fakor penghambat dalam meningkatkan bauran energi nasional 2023, diantaranya yaitu 1) komoditas energi mengalami kenaikan harga sehingga subsidi energi meningkat; 2)Kendala teknis dalam  menciptakan pembangkit listrik EBT; 3) Mahalanya biaya dalam menciptakan pembangkit listrik EBT. Pada tahun 2024, pemerintah menargetkan bauran energi nasional sebesar 19,49%  dan 23% pada tahun 2025. Dewan Energi Nasional (DEN) juga memantau kondisi energi baru terbarukan (Kementrian ESDM,2024)

Pengadaan energi baru terbarukan (EBT) di Indonesia bagaimanapun harus dilaksanakan. Transisi energi baru terbarukan dapat menjadikan Indonesia mandiri dalam memenuhi pasokan energi, menjaga stabilitas listrik serta dapat meningkatkan variabel energi bersih (EBTKE, 2021). Salah satu hal yang dapat diterapkan adalah dengan membangun rumah dengan konsep Zero Energy House

EBT dan Zero Energy House 


Baca juga : Perkuat Ketahanan Energi, Pertamina Terus Tingkatkan Kapasitas Produksi Kilang

Gambar 1 Ilustrasi ZEH
Sumber: Godrej Properties Limited

Salah satu dampak dari adanya globalisasi adalah berkembangnya bidang rancang bangunan sehingga bangunan menjadi salah satu pengguna energi yang besar, bahkan bangunan bangunan ini pun dapat menimbulkan efek rumah kaca yang dapat merusak iklim dan ekosistem alam (Magdalena,2016). 

Zero Energy House merupakan konsep Eco-Friendly Architecture yang  secara ekologi mempertimbangkan keselarasan dan keseimbangan energi dan sumber daya yang akan digunakan (Magdalena,2016) . Rumah dengan konsep seperti ini dapat menghasilkan energinya secara mandiri dengan memadukan Energi Baru Terbarukan (EBT) dan teknologi yang ramah lingkungan.

Implementasi Zero Energy House di Indonesia

Di Indoneisa sendiri, konsep bangunan zero energy house masih belum diterapkan oleh Masyarakat luas. Pasalnya, tingkat kesadaran Masyarakat akan pemanfaatan energi baru terbarukan dan green building masih minim. Pemerintah sebenarnya telah mendorong atas terwujudnya green building, hal ini dibuktikan dengan peran pemerintah sebagai salah satu pemangku kepentingan Green Building Council Indonesia (GBCI) yang didirakan pada tahun 2009. 

Saat ini, konsep Zero Energy sudah diterapkan dibeberapa Gedung tinggi di Indonesia, diantaranya yaitu Telkom Landmark Tower, Sampoerna Strategic Square ataupun Terminal Joyoboyo yang sudah tersertifikasi (GBCI). Sayangnya, penyerapan energi tidak hanya dari Gedung tinggi saja, akan tetapi rumah hunian Masyarakat yang semakin padat juga menjadi salah satu sumber penggunaan energi tak terbarukan. Konsep zero energy house dapat menjadi solusi atas hal ini, yang mana merupakan konsep rumah dengan mengefisienkan energi dan dapat menghasilkan energi secara mandiri. 

Kawasan Energi Mandiri dan Kendala yang Timbul

Konsep zero energy house merupakan solusi jangka panjang dalam menjaga energi tak terbarukan, namun masih terdapat kendala yang perlu diselesaikan. Kendala tersebut yakni biaya teknologi dan bahan baku bangunan ZEH yang tinggi, khususnya alat  pembangkit listrik, yakni panel surya. Dengan adanya permasalahan yang timbul, pemanfaatan biogas dapat menjadi energi alternatif yang murah bagi Masyarakat dan juga pemerintah dalam menghasilkan energi listrik. 

Baca juga : Jaga Pasokan Energi, Pertamina Siagakan Satgas RAFI 2024

Sebenarnya, pemanfaatan biogas ini sudah direncanakan sebelumnya oleh pemerintah. Pada tahun 2020 target pemasangan biogas di Indonesia adalah 131,9 juta meter kubik, namun pada tahun 2019 pemasangan masih mecapai 26,28 meter per kubik . Keterlambatan ini disebabkan oleh anggapan Masyarakat bahwa biaya investasi mahal, pendanaan yang terbatas dan perlu adanya sinkronisasi pemerintah pusat, daerah, dan swasta (kompas, 2019). Meskipun terdapat anggapan seperti itu, pemanfaatan biogas yang ditujukan untuk beberapa rumah menjadi lebih murah dan dapat menjadi investasi jangka panjang di wilayah tersebut. 

Model Kawasan Energi Mandiri

Gambar 3 Ilustrasi Kombinasi Konsep ZEH dan Pemanfaatan Biogas. Sumber : Bing AI

Berbagai limbah organik dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan biogas, seperti halnya sampah makanan, jerami, dan berbagai fases makhluk hidup. Limbah-limbah organik tersebut, dapat dikumpulkan menjadi satu dan diolah untuk dijadikan biogas. Selanjutnya, biogas tersebut dapat disalurkan kembali ke beberapa rumah atau  satu desa sekaligus untuk dijadikan pembangkit listrik dan gas kompor. Selain itu, reaktor biogas juga menghasilkan pupuk biogas yang sangat bagus untuk tumbuhan.

Detail dari konsep ZEH diantaranya yaitu penggunaan lampu LED yang lebih efisien dari pada bohlam,  penggunan AC GSHP (Ground-Source Heat Pump) (opsional),  penggunaan candela yang memberikan cukup cahaya, dan penggunaan alat alat yang efisien dan hemat energi. Meskipun alat pendukung ZEH terbilang cukup mahal, namun hal itu dapat menghemat biaya pengeluaran listrik, dan dapat mengurangi jejak karbon dalam jangka waktu panjang. 

Strategi Implementasi Kawasan Energi Mandiri

Proyek besar dengan mengkombinasikan antara ZEH dan Biogas membutuhkan strategi dan peran oleh beberapa pihak. Peran pemerintah, kesadaran Masyarakat, ketersediaan teknologi dan kemampuan sumber daya manusia merupakan aspek penting dalam mewujudkan kawasan energi mandiri ini.

Berdasarkan artikel yang dilampirkan pada Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konsevasi Energi (EBTKE) menyatakan   bahwa masuknya dana Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dalam bentuk hibah menyebabkan Masyarakat dimanjakan, tidak kreatif dan tidak ada usaha dalam menjaga reaktor biogas. Kebijakan ini sebaiknya dirubah,  Masyarakat paling tidak mengeluarkan biaya 30% dari harga jual reaktor biogas (EBTKE, 2016) Namun, dalam rangka mewujudkan penerapan kawasaan energi mandiri, Masyarakat tetap membutuhkan anggaran subsidi dari pemerintah, baik subsidi alat penghasil biogas ataupun bahan baku bangunan ZEH dan Kerjasama antara pemerintah tingkat daerah serta pusat. Peran Masyarakat  juga sangat penting dalam mewujudkan kawasan ini, hal tersebut berkaitan dengan kesadaran Masyarakat terhadap Pembangunan rumah  dengan konsep ZEH dan  menjaga serta merawat investasi  yang tersedia 

Baca juga : Mendikbudristek: Giatkan Pemanfaatan UKBI Adaptif Merdeka

Dalam rangka mewujudkan kawasan energi mandiri jugamembutuhkan tenaga ahli di berbagai wilayah, baik itu teknisi biogas ataupun arsitek dan kontraktor yang paham terkait konsep Zero Energy House.

Penutup

Pemanfaatan Energi Biogas pada Zero Energy House merupakan investasi jangka Panjang bagi Indonesia. Sifat Zero Energy House yang hemat energi didampingi dengan energi biogas yang melimpah di Indonesia dapat  mengefisiensi energi secara lebih optimal. Meskipun biaya investasi terbilang cukup mahal, namun hal ini dapat bermanfaat dalam jangka panjang dan tentunya dapat menjaga alam sekitar. Perlu adanya kerjasama antara pemerintah dan juga Masyarakat dalam mewujudkan Kawasan Energi mandiri ini.

Arievka Najma Muchreyza
Arievka Najma Muchreyza
Mahasiswa

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.