Dark/Light Mode

Gandeng Deri: Ganti dengan Donor Energi, dari Rumah Sendiri

Selasa, 16 April 2024 20:56 WIB
Ilustrasi donor energi. (Sumber: APROBI)
Ilustrasi donor energi. (Sumber: APROBI)

Terjadinya perubahan iklim di dunia dapat ditinjau dari beberapa aspek, yang paling dirasakan adalah meningkatnya suhu permukaan bumi. Sejak akhir abad ke-19, rata-rata suhu permukaan bumi  meningkat sekitar 1,62 derajat Fahrenheit atau sekitar 0,9 derajat Celcius (Hasanah dan Puspitasari, 2019). Faktor utama dalam meningkatnya suhu di bumi sebagai pengaruh terhadap perubahan iklim adalah emisi Gas Rumah Kaca (GRK) yang dihasilkan dari eksploitasi pembakaran minyak bumi seperti fosil. Untuk mengatasi ketergantungan terhadap fosil, negara-negara mengupayakan untuk melakukan transisi energi ke energi yang lebih berkelanjutan seperti penggunaan energi yang lebih bersih, termasuk Indonesia yang mulai membaurkan energi nabati melalui program mandatori biodiesel B30.

Program B30 merupakan program pemerintah Indonesia untuk membaurkan antara Bahan Bakar Minyak (BBM) dengan bahan bakar nabati sebanyak 30%. Hal tersebut berkenaan dengan komitmen penurunan emisi Indonesia dalam Paris Agreement yaitu sebesar 29% dengan usaha sendiri dan 41% dengan bantuan dari pihak eksternal seperti organisasi internasional (Aisya, 2019).

Kendati demikian, masalah muncul karena program tersebut membutuhkan kelapa sawit yang mengancam hutan tropis Indonesia sebagai penyerap karbon dioksida. Berdasarkan Ramadhan et al. (2023), Indonesia menggunakan minyak sawit sebagai sumber utama pembuatan biodiesel, terbukti dengan peningkatan permintaan pasar dalam negeri terhadap biodiesel sebanyak 2,69 juta ton. Hal ini diikuti dengan peningkatan luas perkebunan kelapa sawit sebesar 4,25 juta hektar pada tahun 2014 hingga 2020. 

Lebih lanjut Ramadhan et al. (2023) menjelaskan, pengembangan biofuel secara tidak langsung akan mendorong perusahaan kelapa sawit untuk membuka perkebunan kelapa sawit di wilayah yang semula digunakan untuk budidaya. Perkembangan perkebunan kelapa sawit di kawasan non-hutan memberikan tekanan terhadap kawasan hutan di tempat lain. Sebab masyarakat masih membutuhkan lahan untuk menanam sebagai kebutuhan sehari-hari. Hilangnya lahan pertanian akibat pengembangan perkebunan kelapa sawit untuk bahan bakar nabati telah menyebabkan masyarakat lokal  membuka dan mengolah lahan  di kawasan hutan. Masyarakat melakukan hal ini  untuk melindungi penghidupan mereka. Situasi ini disebut deforestasi tidak langsung yang diakibatkan oleh hilangnya lahan pertanian milik masyarakat.

Di sisi lain, berdasarkan data yang dihimpun Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan pada tahun 2022, jumlah sampah yang dihasilkan di Indonesia sebanyak 68,7 juta ton per tahun, dan komposisi sampah sebagian besar merupakan sampah organik, khususnya sampah  makanan  mencapai 41,27%. Sekitar 38,28% sampah dihasilkan dari rumah tangga. Selain itu, sampah organik juga merupakan sumber emisi Gas Rumah Kaca terbesar jika tidak dibuang dengan benar.

Donor Energi dari Rumah Sendiri

Setiap harinya dapat dipastikan setiap rumah tangga dapat menghasilkan sampah setiap waktunya, terutama sampah organik. Banyak yang tidak menyadari bahwa sampah tersebut berpotensi menjadi energi bahan bakar. Pemanfaatan energi nabati sebagai bahan bakar selain biodiesel adalah bioetanol. Konversi sampah organik yang terdiri dari sampah sayur dan buah-buahan, sampah rumah tangga, sampah makanan telah dikaji dan terbukti dapat menghasilkan bioetanol (Anisah dan Widyaningrum, 2014). Potensi sampah rumah tangga ini menjadi potensi besar untuk bertransisi mengurangi penggunaan kelapa sawit.

Program yang dapat dijalankan bertajuk Gandeng Deri (Ganti dengan Donor Energi dari Rumah Sendiri). Program ini berfokus pada donor yang diberikan setiap rumah tangga berupa sampah organik yang telah dipilah dari jenis sampah lainnya. Langkah yang dilakukan cukup sederhana, dengan memilah sampah hasil dari dapur rumah tangga yang kemudian disalurkan menuju pusat donor atau bank donor yang bekerjasama dengan koperasi produsen hasil panen berkelanjutan.

Masyarakat atau penghuni rumah tangga dapat mendonorkan langsung sampahnya kepada pihak donor atau dapat menaruh sampah yang telah dipilah di tempat pembuangan sampah tingkat rumah tangga. Program ini juga memiliki titik fokus pada peningkatan kesadaran masyarakat akan pentingya pemilahan sampah. Masing-masing cara pendonoran memiliki insentif sebagai bentuk apresiasi terhadap usaha yang dilakukan.

Skema Insentif Donor

Kerja Sama Multipihak

Dalam menjalankan program yang dilaksanakan, tentu perlu bantuan banyak pihak untuk membantu suksesnya program ini, terlebih secara skala makro. Dimulai dari rumah tangga yang kemudian dapat diimplementasikan dengan menggandeng pihak-pihak lain seperti badan pelaku usaha, pemerintah, akademisi, hingga media yang kerap disebut kolaborasi pentahelix.

Skema Makro Gandeng Deri

Gandeng Deri terhadap Komitmen Keberlanjutan

Seperti yang sudah disebutkan pada bagian atas, program ini erat kaitannya dengan keikutsertaan Indonesia pada Paris Agreement atau Perjanjian Paris. Paris Agreement telah diratifikasi oleh Indonesia melalui UU No. 16 Tahun 2016 tentang Pengesahan Paris Agreement To the United Nations Framework Convention on Climate Change (UNFCCC). Sebagai anggota dari UNFCCC, Indonesia memiliki komitmen untuk dapat mengurangi emisi sesuai dengan Paris Agreement yaitu menurunkan emisi 29% pada tahun 2030. Suryandari (2021) memaparkan proporsi emisi masing-masing sektor yang meliputi: kehutanan (17.2%), energi (11%), pertanian (0.32%), industri (0.10%), dan limbah (0.38%).

Akan tetapi, dilihat dari fenomena yang ada mengenai penggunaan kelapa sawit, tentu urgensi terhadap penurunan emisi perlu memiliki sedikit perubahan untuk dapat tetap menjaga lingkungan. Gandeng Deri dengan program mengusung donor sampah organik yang dimulai dari sampah rumah tangga diharapkan dapat membantu komitmen Indonesia untuk tetap menurunkan emisi. Selain itu, tidak saja menurunkan emisi, namun juga memanfaatkan sisa dan menghindari proses yang dapat merusak lingkungan dan keanekaragaman lingkungan. 

Kebiasaan untuk dapat melakukan keberlanjutan dengan memilah sampah juga diimplementasikan sebagai wujud dari kesiapan masyarakat Indonesia terhadap penanganan perubahan iklim. Program yang dirancang ini sejalan dan dapat menjawab 6 Sustainable Development Goals (SDGs) yang dikeluarkan oleh PBB, yaitu SDG nomor 7, 9, 11, 12, 13, dan 17. Melalui pemenuhan SDGs ini, Indonesia dapat terus memupuk menuju keberlanjutan yang signifikan.

SDG
Sumber: UNSDG

Baca juga : Jelang Idul Fitri, Pelita Air Tuntaskan Program Energi Kebersamaan

Referensi

Aisya, N. S. (2019). Dilema Posisi Indonesia dalam Persetujuan Paris tentang Perubahan Iklim. Indonesian Perspective, 4(2), 118-132. https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&opi=89978449&url=https://ejournal.undip.ac.id/index.php/ip/article/download/26698/16085&ved=2ahUKEwjWoPiRoYeFAxV7S2wGHRWwD4MQFigAegQIEhAA&usg=AOvVaw0sIBZOCQZEsrqNuiS4iAY-

Anisah, D., Herliati, & Widyaningrum, A. (2014). Pemanfaatan sampah sayuran sebagai bahan baku pembuatan bioetanol. Jurnal Konversi, 3(1), 13–18. 

Hasanah, L., & Puspitasari, V. (2019). Kerja Sama Indonesia-Jepang dalam Joint Credit Mechanism (JCM) pada Pembangunan Rendah Karbon di Indonesia. Padjadjaran Journal of International Relations (PADJIR), 1(2), 142-155. doi: 10.24198/padjir.v1i2.26131

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. (2023). Oase Kabinet dan KLHK Ajak Masyarakat Kelola Sampah Organik Menjadi Kompos. ppid@menlhk. Retrieved April 16, 2024, from https://ppid.menlhk.go.id/berita/siaran-pers/7222/oase-kabinet-dan-klhk-ajak-masyarakat-kelola-sampah-organik-menjadi-kompos

Ramadhan, R., Mori, A., Abdoellah, O.S. (2023). Biofuels Development and Indirect Deforestation. In: Triyanti, A., Indrawan, M., Nurhidayah, L., Marfai, M.A. (eds) Environmental Governance in Indonesia. Environment & Policy, vol 61. Springer, Cham. https://doi.org/10.1007/978-3-031-15904-6_10

Suryandari, S. (2021). BRIN Fokus Inovasi Teknologi Dukung Penurunan Emisi Karbon. Mediaindonesia.com. Retrieved April 16, 2024, from https://mediaindonesia.com/humaniora/444404/brin-fokus-inovasi-teknologi-dukung-penurunan-emisi-karbon

Roybafihi A. Muharram
Roybafihi A. Muharram
Mahasiswa

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.