Dark/Light Mode

Implementasi Panel Surya untuk Ketahanan Listrik Pasca Bencana: Di Kota Palu

Jumat, 19 April 2024 21:42 WIB
Panel Surya (Foto: Arsip Pribadi Frans)
Panel Surya (Foto: Arsip Pribadi Frans)

Pentingnya teknologi pembangkit sumber daya listrik alternatif pada masa bencana menjadi sangat penting di masa sekarang untuk mendukung kemauan industri dan juga informasi. Namun pemanfaatan energi alternatif di Indonesia masih tertinggal jauh dari negara lain. Tidak hanya dalam pemanfaatan teknologi, Indonesia juga masih minim edukasi bencana yang dapat mempengaruhi perkembangan masyarakat terhadap pemanfaatan sumber energi alternatif dalam kesigapan menghadapi bencana. 

Indonesia merupakan negara yang memiliki wilayah dengan tingkat keaktifan tinggi dalam pergeseran lempeng bumi. Adanya pergerakan lempeng besar yaitu, Asia Pasifik, Eurasia dan Indo-Australia menyebabkan beberapa daerah di Indonesia mengalami dampak yang cukup besar (Mareta, 2018). Salah satu pergerakan lempeng yang pernah terjadi di Indonesia adalah pergerakan sesar Palu-Koro. Pergeseran sesar Palu-Koro ini terjadi pada 28 September 2018 yang menyebabkan kemunculan gempa bumi dengan kekuatan 7,4 SR yang memantik kemunculan tsunami di Pesisiran pantai Kota Palu juga Donggala, selain itu terjadi juga likuefaksi di beberapa perumahan Balaroa dan Petobo. Bencana ini memakan korban jiwa sebanyak 4.340 jiwa (Nurdin et al., 2022).

Namun, apakah faktor lain yang menyebabkan tingginya korban jiwa? Hal lain yang mempengaruhi adalah ke tidaksiapan pemerintah dalam layanan teknologi yang dapat memperingati bencana dan juga tidak mempersiapkan energi cadangan sebagai tahap yang diperlukan saat bencana maupun pasca bencana terjadi terutama dalam teknologi dan juga jaringan komunikasi. Mengingat pergerakan pemerintah maupun masyarakat dalam beraktivitas banyak melibatkan listrik.

Kehilangan sumber listrik pasca bencana juga berdampak fatal bagi para korban dikarenakan dapat memperlambat proses evakuasi. Terlebih lagi pasca bencana sesar Palu-Koro ini terjadi di rentan waktu menjelang malam sehingga kondisi seluruh kota menjadi gelap gulita yang jelas memperlambat proses evakuasi terutama di beberapa titik bencana terjadi. Tidak hanya itu kehilangan sumber daya listrik menyebabkan jaringan komunikasi secara total terputus sehingga masyarakat tidak dapat menghubungi bala bantuan. Kebutuhan energi listrik sangatlah penting dalam menjalani kehidupan sehari-hari baik aktivitas fisik maupun non-fisik. Hal-hal ini merupakan kesadaran dan temuan penulis sebagai salah satu penyintas bencana yang disebabkan sesar Palu-Koro pada 28 September 2018 beberapa tahun silam. 

Baca juga : Menlu: Pemerintah Terus Pantau Keselamatan WNI Pasca Serangan Iran Ke Israel

Pasca bencana gempa bumi, tsunami dan likuefaksi memberikan dampak pada alam dan juga menyebabkan kerugian yang sangat besar terutama dalam bidang ekonomi dan sosial masyarakat. Beberapa di antaranya kerusakan aset negara, kerugian bisnis dan hilangnya mata pencaharian yang mempengaruhi perputaran pasar. Selain itu, pelayanan masyarakat juga terpengaruh seperti layanan kesehatan, sumber air bersih, kebutuhan pangan dan masih banyak lagi yang dapat mempengaruhi kondisi pengungsi (Fauzi & Mussadun, 2021).

Perlu menjadi sorotan juga bahwa pasca bencana terjadi masyarakat kehilangan akses dalam menjangkau jaringan disebabkan jaringan komunikasi terputus. Hal ini dapat terjadi disebabkan kehilangannya sumber daya listrik yang akhirnya memberikan dampak ke berbagai hal seperti, informasi terkait bencana yang terjadi tidak dapat tersebar luas sehingga memperlambat pertolongan kepada para korban bencana. Selain itu kehilangan sumber daya listrik juga menghambat banyak aktivitas dalam keseharian bermasyarakat terutama dalam mengakses sumber air bersih dan sumber penerangan di malam hari. Selama pasca bencana berlangsung satu-satunya sumber listrik yang didapatkan ialah melalui mesin pembangkit listrik “genset” yang sumber bahan bakarnya adalah BBM. 

 Kondisi Pasca Bencana Palu menjelang Malam Hari (Sumber: Arsip Pribadi Penulis)

Pada pasca bencana BBM merupakan bahan bakar langka sehingga masyarakat sangat kesulitan dalam mengaksesnya. Menyempitnya opsi pembangkit listrik ini membuat masyarakat semakin dalam kondisi yang tidak baik-baik saja. Tidak adanya penerangan di malam hari menyebabkan tingkat kriminalitas selama pasca bencana juga menjadi tinggi sehingga para pengungsi tidak memiliki ruang aman. Hal ini yang juga menjadi ketakutan penulis selama menjadi penyintas bencana.

Penulis menyadari bahwa dalam menghadapi persiapan bencana Indonesia merupakan negara yang tertinggal jauh dengan negara lainnya. Walaupun cukup banyak upaya yang dilakukan pemerintah dalam menyiapkan masyarakat untuk menghadapi bencana. Melalui kerja sama dan penerapan sistem informasi geografis (GIS) dalam mengakses database bencana kota/kabupaten melalui Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPD) dan Badan Informasi Geospasial (BIG) seharusnya dapat mengurangi korban jiwa yang terdampak. 

Baca juga : Menteri ESDM Apresiasi PLN Jaga Keandalan Listrik Selama Ramadan dan Idul Fitri

Kota Palu pasca bencana memiliki banyak hal yang perlu dikerjakan terutama dalam kesigapan bencana dan juga pasca bencana. Penulis menyadari bahwasanya pemerintah Kota Palu juga perlu tindak nyata dalam menangani hal ini, selain edukasi terhadap masyarakat mencari solusi lain dalam memanfaatkan kondisi iklim Kota Palu juga menjadi penting. Memiliki sumber energi alternatif juga merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan pemerintah setempat dalam menyelesaikan masalah yang terjadi pasca bencana (Ramadhan, 2021).

Berdasarkan letak geografis Kota Palu yang dilalui oleh garis khatulistiwa dan juga memiliki suhu dengan rata-rata maksimum 30-34 derajat Celsius membuat Kota Palu cocok dalam menggunakan Green Technology yaitu panel bertenaga surya (Alfiandy et al., 2020). 

Panel Surya (Photovoltaic) yang sering dikenal dengan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) adalah satu pembangkit listrik ramah lingkungan yang dapat menghasilkan energi listrik (Ramadhan, 2021) dengan memanfaatkan energi cahaya matahari. PLTS dapat digunakan dalam berbagai macam kebutuhan listrik, seperti penerangan, pompa air, layanan jaringan dan masih yang dapat diterapkan di berbagai jenis tempat seperti kantor, sekolah, rumah, dan fasilitas umum (Junior et al., 2022). 

Potensi penggunaan PLTS di Kota Palu sangat tinggi walaupun hingga saat ini belum banyak dilakukan. 

Baca juga : Menteri AHY Pantau Gerak-gerik Mafia Tanah Di Jakarta Selatan

Panel surya pertama Pak Frans (Sumber: Arsip Pribadi Pak Frans)

Penggunaan teknologi ini berhasil diimplementasikan oleh salah satu korban bencana yaitu Pak Frans. Beliau merupakan ayah dari penulis yang memiliki profesi dibidang wirausaha. Dimulai dengan keresahan pribadi beliau selama pasca bencana terjadi dengan kenaikan harga BBM yang tidak masuk akal dan keinginan besar agar tetap bertahan hidup. Bermodalkan selembar panel surya dengan daya 65 watt miliknya yang sering beliau gunakan untuk bekerja. Beliau memulai mempelajari penggunaan panel surya dalam kehidupan sehari-hari dengan muatan daya yang makin besar.

Pemasangan panel surya di kediaman pak Frans (Sumber: Arsip Pribadi Pak Frans) 

Pak Frans belajar mengoperasikan panel surya selama kurang lebih 5 tahun dimulai saat pasca bencana hingga sampai saat ini. Dengan melalui uji coba berkali-kali. Pemanfaatan iklim panas Kota Palu menjadi peluang bagi beliau dalam memperdalam pengetahuannya terhadap teknologi yang satu ini. Walaupun dalam penggunaan panel surya perlu mengeluarkan uang yang cukup besar namun ada kualitas barang yang harus dibayar dengan harga tersebut. Pak Frans dapat membuktikan bahwa penggunaan panel surya yang ia tekuni selama beberapa tahun ke belakang ini dapat memberikan efek luar biasa dalam menyambung kehidupannya pasca bencana. 

Hingga saat ini Pak Frans terus menyuarakan pentingnya penggunaan dan ketersediaan panel surya dalam kesiapan menghadapi bencana maupun keadaan darurat lainnya. Berkat itu beberapa lembaga maupun instansi mulai mengimplementasikan panel surya sebagai salah satu sumber energi listrik alternatif seperti Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Sulawesi Tengah juga sudah mulai menggunakannya.

Annisa Faradila
Annisa Faradila
Mahasiswa Film

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.