Dark/Light Mode

Erick Minta BUMN Beli Dolar AS Sesuai Kebutuhan, Jangan Berlebihan

Jumat, 19 April 2024 14:37 WIB
Menteri BUMN Erick Thohir (Foto: Antara)
Menteri BUMN Erick Thohir (Foto: Antara)

RM.id  Rakyat Merdeka - Menteri BUMN Erick Thohir menyoroti inflasi di Amerika Serikat (AS) yang sulit turun. Salah satu penyebabnya adalah kenaikan harga energi.

Situasi perang saat ini, membuat harga energi global sulit turun. Akibatnya, Bank Sentral di seluruh dunia merespon situasi tersebut dengan menunda kemungkinan pemangkasan suku bunga acuan.

Alhasil, terjadi capital outflows dari negara berkembang. Sehingga terjadi kenaikan imbal hasil obligasi, kenaikan suku bunga pasar dana (funding market), dan akhirnya kredit.

Baca juga : Arteta Siap Belajar Dari Kesalahan Di Liga Champions

Saat ini, imbal hasil obligasi negara sudah berada di angka 6,98 persen.

Terkait situasi ini, Erick mengimbau BUMN yang banyak memiliki bahan baku impor dan BUMN dengan porsi utang luar negeri (dalam dolar AS) besar seperti Pertamina, PLN, BUMN Farmasi, MIND ID untuk melakukan pembelian dolar AS dengan tepat guna, bijaksana dan sesuai prioritas dalam memenuhi kebutuhannya.

"Arahan saya kepada BUMN adalah mengoptimalkan pembelian dolar AS. Harus terukur dan sesuai dengan kebutuhan, Bukan memborong," kata Erick.

Baca juga : Mudik Asyik Baca Buku 2024, Membawa Kebutuhan Bacaan di Perjalanan

"Intinya, jangan sampai berlebihan. Kita harus bijaksana dalam menyikapi kenaikan dolar AS saat ini," imbuhnya.

Menurut Erick, hal ini juga sejalan dengan apa yang disampaikan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto dan Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara, dalam mengantisipasi dampak lanjutan dari gejolak geopolitik dan ekonomi global.

Saat ini, pemerintah telah memiliki instrumen dalam bentuk devisa hasil ekspor yang ingin ditempatkan di dalam negeri. Impor konsumtif dapat ditahan dulu.

Baca juga : Sekolah Swasta Menderita Kekurangan Guru Terbaik

Karena itu, pengendalian belanja dan impor BUMN harus dilakukan dengan prioritas. Sesuai kebutuhan yang paling mendesak.

"BUMN-BUMN yang memiliki eksposur impor dan memiliki hutang dalam denominasi dolar AS diminta lagar lebih awas dan tidak membeli dolar secara berlebihan. Jangan menumpuk dolar," pungkas Erick.

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.