Dark/Light Mode

Pertumbuhan Ekonomi Stagnan, Apindo Dan Kadin Tak Kaget

Selasa, 5 November 2019 23:25 WIB
Ketum Apindo Hariyadi Sukamdani. (Foto: majalahpajak)
Ketum Apindo Hariyadi Sukamdani. (Foto: majalahpajak)

RM.id  Rakyat Merdeka - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal III 2019 tumbuh melambat 5,02 persen. Pengusaha mengaku tak kaget.

Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Hariyadi Sukamdani mengatakan, melambatnya pertumbuhan ekonomi karena dipacu kondisi makro ekonomi dunia yang juga mengalami masalah. Ditambah tekanan adanya resesi ekonomi dunia yang terjadi pada Singapura dan Hong Kong. Sementara, kata Hariyadi, pemicu di dalam negeri adanya daya beli masyarakat yang turun. 

"Pelemahan dalam daya beli masyarakat karena ekonomi kita selama ini dipacu oleh konsumsi rumah tangga, kalau konsumsi turun impactnya akan terjadi penurunan daya beli," katanya kepada Rakyat Merdeka di Jakarta, Senin (5/11).

Baca juga : Pertumbuhan Ekonomi Cuma 5,02 Persen, Ini Penyebabnya

Hariyadi menilai, pertumbuhan ekonomi hanya dinikmati oleh penduduk kelas menengah ke atas, sementara penduduk kelas menengah ke bawah tertekan. Hal ini ditambah dengan serapan tenaga kerja formal yang makin sedikit daripada yang informal. 

Untuk itu, bos Sahid Group ini mendorong agar pemerintah mau merevisi Undang-Undang (UU) Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan agar Indonesia tidak terjebak dalam pertumbuhan ekonomi yang itu-itu saja.

Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Rosan Perkasa Roeslani mengatakan, pertumbuhan ekonomi yang stagnan di angka 5 persen membuat perusahaan enggan untuk ekspansi. Ekspansi bisnis sangat mempertimbangkan kondisi perekonomian seperti permintaan konsumen.

Baca juga : Demi Perbaikan Industri Perikanan, Menteri Edhy Tampung Masukan Kadin Indonesia

"Kalau dunia usaha itu (tergantung) supply dan demand, begitu demandnya lemah, pasti kita akan nahan (ekspansi). Begitu demand tinggi kita akan ekspansi," katanya.

Di sisi lain, Rosan menambahkan, Indonesia juga cukup beruntung karena belum masuk dalam rantai nilai tambah dunia (global value chain). Ketika negara lain mengalami penurunan signifikan dalam pertumbuhan ekonomi, Indonesia tidak terdampak besar.

"Kayak Singapura, mereka sudah global value chain. Begitu ekonomi turun mereka turunnya sampai ke 0,0 sampai 0,1. Kita di satu sisi pada saat ekonomi dunia turun kita turunnya nggak banyak. Tapi di satu sisi pada saat ekonomi dunia meningkat kita meningkatnya juga nggak banyak," ujarnya.

Baca juga : Pemprov DKI Ngos-ngosan Kejar Target Pajak

Rosan mengaku, memang sudah memprediksi perekonomian Indonesia akan stagnan. Dirinya mengatakan pihaknya memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini juga hanya tumbuh sedikit di atas angka 5 persen.

"Kalau pengusaha sih sudah memperkirakan. As predicted kalau kita bilangnya. Tahun ini pertumbuhan paling 5 koma nol something lah karena kita lihat memang perlambatan pertumbuhan dunia, semua negara dikoreksi. Pertumbuhan ekonomi dunia dikoreksi baik oleh IMF, World Bank, semua lakukan koreksi dan otomatis ya pasti ada dampaknya ke kita," tuturnya. [KPJ]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.