Dark/Light Mode

Serap 2 Ribu Pekerja

NSHE Harap COP25 Bisa Sukseskan PLTA Batang Turo

Sabtu, 7 Desember 2019 06:59 WIB
Perwakilan untuk Komisaris Utara PT North South Hydro Energy (NSHE) Emi Hafild (kanan) media briefing bersama Direktur Jenderal Indonesia untuk Pengendalian Perubahan Iklim Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Rhuanda Agung (kedau kanan) di COP25 Chile Madrid, Jumat (6/12) sore.
Perwakilan untuk Komisaris Utara PT North South Hydro Energy (NSHE) Emi Hafild (kanan) media briefing bersama Direktur Jenderal Indonesia untuk Pengendalian Perubahan Iklim Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Rhuanda Agung (kedau kanan) di COP25 Chile Madrid, Jumat (6/12) sore.

RM.id  Rakyat Merdeka - Di tengah perhelatan konferensi perubahan iklim Ke 25, PT North South Hydro Energy (NSHE) terus melakukan lobi kepada delegasi Indonesia untuk membantu pembangunan pembangkit energi terbarukan, yaitu  Pembangunan pembangkit listrik tenaga air (PLTA) Batang Toru di Tapanuli Selatan, Sumatera Utara, 

NSHE berharap PLTA ini bisa rampung dan ikut mengimplementasikan Paris Agreement pada 2020. Pembangkit listrik ini dijadwalkan akan beroperasi pada tahun 2022.

Penasihat Senior untuk Komisaris Utara PT North South Hydro Energy (NSHE) Emi Hafild mengatakan, kedatanganya ke COP25 untuk memberikan penjelasaan kesiapan PLTA Batang Turo di Paris Agreement di 2020, serta meluruskan adanya salah persepsi dalam pembangunan PLTA Batang Turo. 

Hal itu dikatakan Emi dalam rapat media briefing bersama Direktur Jenderal Indonesia untuk Pengendalian Perubahan Iklim Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Rhuanda Agung di COP25 Chile Madrid, Jumat (6/12) sore, waktu setempat.  

Baca juga : Didampingi Menhub, Bos Pertamina Tinjau Pembangunan Kilang Tuban

“Selama ini kami selalu disalah persepsikan. Makanya, kami hadir di COP25 untuk mempresentasikan kesiapan PLTA Batang Turo dalam perubahan iklim, dan diharapkan bisa direalisasikan pada implementasi Paris Agreement (PA) pada Januari 2020,” kata Emi. 

Ia menjelaskan, proyek PLTA Batang Turo dibangun dengan skema pembiayaan Build Operate Transfer (BOT) antara pemerintah dan swasta untuk pengelolaan selama 30 tahun.

"Pemerintah mendukung PLTA ini. Selain mengurangi emisi karbon, proyek ini bisa mempekerjakan sekitar 2 ribu orang, dan mampu meningkatkan rasio elektrifikasi buat masyarakat di daerah sekitar," ujar Emi  

Emi juga menjamin PLTA Batang Turo, tidak akan mengganggu keselamatan orang utan. Proyek miliaran ini juga telah memiliki standar ramah lingkungan dan tidak merusak ekosistem alam. 

Baca juga : Kerja Diambil Alih Robot, Pekerja Bisa Lakukan Ini

“Sejak PLTA ini dibangun, tidak ada satupun orangutan yang tewas. Justru sebaliknya, kita bekerja sama dengan Balai Konservasi Sumber Dava Alam (BKSDA) setempat untuk menjaga populasi orangutan. Jumlah populasinya sedang kita hitung,” jelasnya.

Mantan Direktur Eksekutif Walh menilai, tudingan bahwa PLTA Batang Toru mengancam habitat orangutan keliru. Dia yakin NSHE sudah melakukan mitigasi atas dampak dari pembangunan terhadap seluruh spesial flora dan fauna, termasuk orangutan.

"Lahan yang kita bangun adalah seluas 697 ha ini bukan 7 ribu ha. Statusnya bukan didasarkan pada konsesi. Tapi izin lokasi yang lahannya dibeli langsung dari masyarakat. Tujuannya, untuk melakukan eksporasi membangun lokasi bendungan," tegas Emil.

Lebih lanjut Emil menyatakan, NSHE menaruh harapan besar pada forum COP25 agar pelaksanaan PLTA ini benar benar berjalan baik seiring dengan impelementasi PA. 

Baca juga : Sespimti Polri Harus Pandai Baca Situasi dan Ancaman

“Selama ini kita selalu disalah persepsikan. Bahwa PLTA ini dianggap akan menenggelamkan 7 ribu ha hutan rakyat. Tudingan ini sangat keliru dan membuat kami kesal. Kritik silakan, tapi harus jelas data yang disajikan. Tidak asal menuding,” cetusnya.

Ia mengatakan, manfaat PLTA ini sangat besar dan menjadi sumber listrik buat masyarakat setempat. Karena itu, pemerintah mendukungnya

“Kita punya tanggung jawab macam-macam, seperti memberikan listrik kepada 400 ribu KK, meredukasi 1,6 jt ton gas karbon per tahun dan lainnya. Karena itu, persetujuan PLTA ini di bawah projek PA. Kalau itu tidak bisa mencapai di tahun 2030, COP25 akan sia –sia,” kata Emi seraya berharap PLTA ini bisa rampung. [FIK] 
 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.