Dark/Light Mode
BREAKINGNEWS
Perluas Pasar Investasi
Industri Hijau Tingkatkan Ekspor & Lapangan Kerja
Sabtu, 10 Mei 2025 07:05 WIB

RM.id Rakyat Merdeka - Pemerintah mendorong percepatan transformasi industri hijau sebagai kunci untuk memperluas pasar ekspor dan menarik investasi berkualitas ke Indonesia.
Kebijakan ini semakin relevan seiring ketatnya standar lingkungan dari negara-negara mitra dagang utama seperti Amerika Serikat, Inggris dan Uni Eropa.
Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita mengatakan, penguatan ekosistem industri ramah lingkungan sangat penting. Hal itu dimaksudkan agar produk-produk Indonesia bisa menembus pasar global yang kini lebih selektif terhadap aspek keberlanjutan.
“Banyak negara kini menetapkan regulasi berbasis lingkungan. Amerika punya kebijakan polluter import fee, Inggris menerapkan aturan anti-deforestasi dan Uni Eropa menjalankan skema Carbon Border Adjustment Mechanism (CBAM),” kata Agus, Jumat (9/5/2025).
Baca juga : Kinerja LPS Diyakini Akan Makin Moncer
Karena itu, sertifikasi industri hijau yang dikeluarkan Pemerintah dinilai strategis. Hal ini sebagai bukti kepatuhan industri terhadap standar global dan dapat menjadi nilai tambah dalam perdagangan internasional.
Selain mempermudah akses ekspor, ekosistem industri hijau juga menjadi daya tarik bagi investor global.
Agus mengungkapkan, minat lembaga pembiayaan internasional terhadap sektor industri yang menjalankan prinsip keberlanjutan cukup tinggi.
“Ini potensi besar. Banyak financial institution yang siap menyalurkan pendanaan untuk proyek-proyek transformasi industri hijau di Indonesia,” ucapnya.
Baca juga : Jakarta Belum Ramah Pesepeda Dan Pejalan Kaki
Untuk memfasilitasi hal tersebut, Kementerian Perindustrian (Kemenperin) sedang merumuskan Peraturan Menteri Perindustrian (Permenperin) yang mengatur skema pembiayaan industri hijau. Termasuk pembentukan badan khusus bernama Green Industry Service Company (GISCO).
“GISCO akan menjadi wadah bagi para investor dan lembaga keuangan dalam mendanai transformasi industri menuju arah yang lebih ramah lingkungan,” jelas Agus.
Senada, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia menyatakan, Indonesia memiliki keunggulan komparatif di bidang energi hijau, seperti tenaga air, angin dan surya.
Bahlil menyebut, potensi Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) di Indonesia bisa mencapai 3.600 gigawatt (GW) atau 3,6 terawatt (TW).
Baca juga : MU-Spurs Di Final Liga Eropa, Duel Tim Pesakitan
Pemanfaatan potensi ini diyakini mampu menyerap ratusan ribu tenaga kerja dan menghasilkan devisa yang signifikan.
“Kalau ini kita garap serius, bisa menciptakan sekitar 300 ribu lapangan kerja dan mendatangkan devisa sekitar 70 miliar dolar AS,” ungkap Bahlil.
Dia menambahkan, keunggulan energi hijau ini juga membuka peluang bagi Indonesia untuk masuk ke pasar Eropa dan Amerika Serikat. Terutama di tengah meningkatnya tensi perdagangan global dan perang tarif antara negara besar.
Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News
Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Tags :
Berita Lainnya