Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Kocek Negara Jebol Karena Corona, Selamat Datang Utang

Sabtu, 11 April 2020 06:23 WIB
Ilustrasi utang negara. (Foto: net)
Ilustrasi utang negara. (Foto: net)

RM.id  Rakyat Merdeka - Anggaran penanganan corona Rp 405,1 triliun bukan jumlah yang sedikit. Kocek negara dipastikan jebol. Untuk menutupinya, mau tak mau pemerintah harus menambah utang baru. Selamat datang utang.

Pemerintah sudah menganggarkan Rp 405,1 triliun untuk menangani wabah corona. Anggaran sebesar itu akan digunakan untuk membiayai banyak hal. Mulai dari bidang kesehatan, jaring pengaman sosial, insentif perpajakan, stimulus KUR sampai pemulihan ekonomi. 

Dari mana duitnya? Merujuk Perppu No 1 Tahun 2020 tentang Kebijakan Keuangan Negara dan Stabilitas Sistem Keuangan Untuk Penanganan Corona, sebagian uang itu diperoleh dari berbagai sumber, antar lain Sisa Anggaran Lebih (SAL), dana abadi dan akumulasi dana abadi pendidikan, termasuk dana hasil utangan. 

Mau tak mau pemerintah terpaksa cari utangan. Soalnya kalau hanya mengandalkan pendapatan negara tak akan mencukupi. Dalam proyeksi yang dikeluarkan pemerintah, pendapatan negara tahun ini akan anjlok 10 persen. Dari target Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2020 sebesar Rp 2.233,2 triliun menjadi Rp 1.760,9 triliun.

Sedangkan belanja negara membengkak Rp 2.613,8 triliun dari target APBN Rp 2.540,4 triliun. Jadi anggaran negara tekor Rp 852 triliun atau 5,07 persen dari PDB. Angka defisit naik drastis dari yang sebelumnya hanya sebesar Rp 307,2 triliun atau 1,76 persen dari PDB.

Baca juga : Kena Dampak Corona, Industri Perhiasan Kurang Kinclong

Baru-baru ini pemerintah sudah mengeluarkan tiga surat utang dengan denominasi dolar atau global bond dengan total sebesar 4,3 miliar dolar AS atau setara Rp 70 triliun. Salah satu tenornya mencapai 50 tahun.

"Ini adalah penerbitan terbesar dalam US bond dalam sejarah. Dan Indonesia juga jadi negara pertama yang menerbitkan sovereign bond sejak pandemic covid-19 terjadi," kata Sri Mulyani, Selasa (7/4).

Selain itu, sejumlah lembaga internasional seperti Bank Dunia, Bank Pembangunan Asia (ADB), dan Asian Infrastructure Investment Bank (AIIB) juga sudah menawarkan utang kepada pemerintah untuk sumber alokasi belanja. IMF juga berencana mengucurkan pinjaman kepada negara anggotanya. 

Menurut Bank Indonesia (BI), Bank Dunia mau meminjamkan duit sebesar 7 miliar dolar AS atau setara Rp 112 triliun. ADB dan AIIB juga akan memberikan pinjaman. Namun berapa besarnya belum pasti. 

Gubernur BI, Perry Warjiyo mengatakan, dana tersebut akan dimaksimalkan jadi sumber pembiayaan pemerintah. Bahkan kalau masih kurang, pemerintah dapat merilis surat utang yang nantinya dibeli oleh BI di pasar perdana.

Baca juga : Pertamina Lubricants Jaga Kesehatan Karyawan

"Dengan catatan kalau pasar tidak mampu menyerap. BI dibolehkan dalam perppu membeli di pasar perdana, kami akan perhitungkan dampaknya ke inflasi, kami akan hitung agar dampaknya bisa terukur," ujar Perry.  

Perry bilang, dalam kondisi normal bank sentral memang tak diizinkan memberikan pembiayaan kepada negara. Dengan demikian, sejauh ini BI hanya bisa membeli surat utang pemerintah lewat pasar sekunder jika situasi yang terjadi semakin parah dan negara membutuhkan dana lebih untuk menangani virus corona.

Sampai akhir Januari kemarin, utang luar negeri RI mencapai 410,8 miliar dolar AS atau setara Rp 6.500 triliun dengan kurs rupiah 16 ribu per dolar AS. 

Utang sebesar itu belum termasuk tambahan utang-utang baru. Meski utang sudah Rp 6.500 triliun, 

BI menyatakan struktur utang luar negeri Indonesia masih cukup sehat. Kondisi tersebut tercermin dari rasio utang luar negeri terhadap produksi domestik bruto (PDB) yang pada Januari kemarin sebesar 36 persen.

Baca juga : Jokowi Minta Bansos Corona Tepat Sasaran

Direktur Riset CORE Indonesia, Piter Abdullah Redjalam mengatakan, pemerintah butuh dana besar untuk penanganan dampak penyebaran wabah virus corona. Sumber anggaran pemerintah sudah tidak bisa ditutupi dari pajak. Sektor industri yang jadi penyumbang terbesar perpajakan sudah tak bisa diharapkan.

Solusinya adalah dengan mencari utang. Pemerintah misalnya menerbitkan SUN atau mencari pinjaman dari lembaga keuangan internasional. "Dalam kondisi sekarang, bantuan dari siapapun harus kita terima," kata Piter, saat dikontak Rakyat Merdeka, tadi malam. 

Piter menyebut, gara-gara virus ini semua negara sudah memperlebar defisit anggarannya. Bahkan Amerika Serikat sudah menghilangkan batas defisit anggarannya. Artinya bisa minjam sebanyak-banyaknya. Memang, kata dia, uang dari utang ini sensitif. Namun rakyat harus sadar dengan kondisi sekarang. Dengan bantuan itu pemerintah bisa fokus menangani wabah dan recovery ekonomi. [BCG]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.